tag:blogger.com,1999:blog-1592263412387132052024-03-05T14:24:19.995-08:00Cinta Kasih SesamaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.comBlogger70125tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-44878464256937628112014-01-17T05:45:00.002-08:002014-01-17T05:45:16.897-08:00Tentara Masuk DesaBertahun-tahun setiap musim kemarau tiba, daerahku mengalami
kekeringan. Sebenarnya ada sebuah sumber air dari mata air yang
melimpah, namun jarak dari desaku menuju sumber air itu cukup jauh dan
terjal. Seandainya saja ada saluran air yang bisa mengalirkan air dari
mata air itu menuju pesawahan dan perkebunan kami, setiap musim kemarau
petani di desaku tidak akan mengalami gagal panen.
Syukurlah, minggu itu datang puluhan anggota TNI AD yang akan
membantu warga desa membuat saluran air dari mata air menuju desa kami.
Wah, ternyata banyak yang gagah dan tampan juga para personel tentara
itu. Karena aku adalah anak kepala desa dan sudah remaja, aku ikut ambil
bagian dalam kerja bakti membangun saluran air tersebut.<br />
Ada satu tentara yang mencuri perhatianku. Dibandingkan dengan yang
lain, tubuh tentara itu paling besar dan paling kekar. Sepertinya dia
sendiri sadar akan hal itu dan dengan bangga menunjukkannya dengan cara
melepas kausnya saat bekerja, padahal matahari bersinar terik pagi itu.<span id="more-319"></span><br />
Sengaja aku bekerja membersihkan tanah yang akan dijadikan saluran
air dengan memotong rumput liar itu dekat dengan tentara tersebut agar
aku bisa leluasa mencuri-curi pandang melihat tubuh kekarnya yang
menggelap akibat terpapar matahari sekaligus tampak seksi karena basah
oleh keringat.<br />
“Dik! bantuin abang cangkul sebelah sini!”<br />
Tiba-tiba tentara itu menyuruhku membantunya. Jantungku berdegup kencang dan dengan gugup menghampirinya.<br />
“Bisa nyangkul enggak?” tanyanya.<br />
“Bi.. bisa bang!” jawabku tak yakin.<br />
“Coba cangkul sebelah sini dulu!” perintahnya sambil menunjuk sebuah gundukan tanah.<br />
Aku mengikuti perintahnya dan mulai mencangkul. Rupanya gerakanku
masih kurang benar hingga tentara itu beranjak dan membantuku mencangkul
yang benar.<br />
“Begini megangnya dik,” ujarnya sambil memelukku dari belakang dan
sama-sama menggenggam cangkul. Aku menjadi salah tingkah saat dada
bidangnya yang basah oleh keringat menekan punggungku hingga kurasakan
putingnya menusuk cukup keras.<br />
Selama beberapa saat aku menikmati posisi seperti itu. Kuharap tak
ada yang sadar kontolku mengeras karena mengkhayalkan yang tidak-tidak
oleh si tentara itu.<br />
Malamnya, para tentara itu beristirahat di berbagai tempat. Karena
ayahku seorang pemuka desa, dan memiliki teras rumah yang cukup luas,
dengan rumah semi-panggung dan alas kayu licin yang dingin, lima orang
tentara itu tidur di depan rumahku. Termasuk Bang Heru, nama tentara
yang paling kekar itu.<br />
Bang Heru tidur dengan memakai kaus hijau ketat dan sarung. Entahlah,
apakah dia memakai celana dalam dibalik sarungnya atau tidak, tapi tadi
aku sempat mengintip dari kamarku yang jendelanya menghadap teras dan
mengagumi tubuh kekar Bang Heru yang sulit disembunyikan oleh kaus
ketatnya itu.<br />
Sudah lewat tengah malam. Aku terbangun karena ingin buang air kecil
dan haus. Kamar mandi di rumahku letaknya di luar rumah dan aku harus
keluar melalui dapur untuk menuju kamar kecil.<br />
Betapa terkejutnya aku saat keluar, Bang Heru sudah berdiri di sana.<br />
“Eh, bang? mau ke toilet?” tanyaku.<br />
Bang Heru mengangguk sambil menguap malas. Aku meneguk ludah melihat
putingnya yang menonjol dibalik kausnya. Setelah itu, aku menuju dapur
untuk mengambil segelas air. Tak lama Bang Heru keluar dari toilet dan
melewatiku.<br />
“Gerah Bang?” tanyaku.<br />
“Gerah sih enggak dik, tapi nyamuknya itu loh..” ujar Bang Heru.<br />
“Mmmm.. iya Bang, maklum musim pancaroba..” kataku.<br />
Bang Heru tak membalas. Dia kemudian berjalan menuju teras kembali. Aku memberanikan diri untuk memanggilnya.<br />
“Bang! kalau banyak nyamuk tidur di kamarku aja…” tawarku.<br />
Bang Heru berbalik dan menatapku lama. Dia kemudian mengawasiku dari atas sampai bawah.<br />
“Bener boleh?” tanyanya memastikan.<br />
Aku mengangguk. “Iya bang, gapapa..”<br />
Bang Heru kemudian menuju kamarku. Kamarku pun sederhana. Aku tidur
di lantai namun kasurku cukup ditiduri oleh dua orang. Bang Heru ikut
rebahan di sebelahku sambil membetulkan sarungnya. Jantungku berdebar
kencang mendapati tentara gagah dan macho itu tidur di sebelahku.<br />
“Bang.. Abang udah punya istri?” tanyaku.<br />
“Udah.. anak juga udah, baru satu, umurnya dua tahun,” jawab Bang Heru.<br />
“Kangen mereka dong bang?” pancingku.<br />
“Iya dek, kangen pastinya. Ini aja udah hampir dua bulang abang
tinggalin mereka…” keluhnya. Aku melihat Bang Heru. Wajahnya memang
tidak terlalu tampan. Rahangnya tegas dan membuatnya terlihat sangat
jantan. Kulitnya coklat gelap sehingga menambah keseksian tentara ini.<br />
“Abang.. abang sering latihan ya? kok badan abang lebih bagus dari yang lain?”<br />
Bang Heru tertawa. “Iya dek, abang hobi angkat beban. Seneng aja
kalau bisa ngebentuk badan, biar istri seneng sama makin hot di ranjang.
Hahaha..”<br />
“Wah.. beruntung banget istri abang…”<br />
“Beruntung kenapa?” tanya Bang Heru curiga.<br />
“Mmm.. punya suami yang sayang kayak abang…” kataku nakal sambil meletakkan tanganku ke atas perutnya yang rata.<br />
Bang Heru tidak memprotes. Sekilas dia melihat tanganku yang mengusap-usap perutnya namun tak menghentikannya.<br />
“Kalau abang kangen istri, terus gimana bang?” pancingku.<br />
“Abang ngocok sendiri, dek..” jawabnya.<br />
“Kok sendiri bang? enggak minta dibantuin?” tanyaku lagi. Kali ini
aku memberanikan diri mengelus dadanya dan mengusap putingnya.<br />
“Ehm… eh… kamu.. kamu mau bantuin?” tanyanya.<br />
Aku mengangguk senang. Lalu Bang Heru melepas kausnya sehingga tubuh
kekarnya terekspos jelas. Apalagi bang Heru meletakkan tangannya di
kepala hingga ketiaknya yang berbulu itu terpampang jelas menantang.<br />
Tanpa menunggu lama, aku mulai menciumi dada bidang Bang Heru.
Kuserang langsung puting Bang Heru dan mengulumnya serta mengisapnya.
“Aaah…” desah Bang Heru keenakan. Kugunakan gigiku untuk menggigit
lembut daerah sensitif itu dan kugunakan lidahku untuk menekan-nekannya
hingga Bang Heru mendesis dan menggelinjang nikmat.<br />
Kutelusuri tubuh Bang Heru hingga sampai di selangkangannya. Ternyata
Bang Heru memakai celana dalam kecil di balik sarungnya. Kusingkap
sarung itu dan langsung kuturunkan celana dalamnya hingga kontol Bang
Heru yang besar gelap dan berurat itu menyembur tegak keluar.<br />
Aku memerhatikan kepala kontol Bang Heru yang cukup besar bak
cendawan di musim hujan. Aku membayangkan Istri Bang Heru yang menjerit
keenakan setiap kali kepala jamur ini merobek memeknya tiap malam.
Pantatku pun berdenyut denyut ngeri membayangkan kontol kepala jamur ini
menembus lubang pantatku.<br />
Kujilat kontol Bang Heru hingga kembali dia mendesis keenakan.
Kukerahkan kemampuanku agar Bang Heru menikmati isapanku. Tubuh tentara
itu menggeliat-geliat keenakan saat aku terus mengulum dan berusaha
memasukkan kontol gemuk dan berurat itu ke dalam mulutku.<br />
Tapi seperti pria beristri lainnya, Bang Heru tak bisa keluar hanya
dengan servis oral. Dia membutuhkan lubang. Dan apabila lubang memek
istrinya tak ada, satu-satunya cara dia melampiaskan syahwatnya adalah
dengan menyetubuhiku.<br />
Bang Heru kemudian melepas kaus dan celanaku hingga aku telanjang
bulat. Bang Heru mengganti posisi dan kini dia berada di atasku. Dengan
penuh nafsu melihat pemandangan tubuh kekar seorang tentara di atasku,
kucoba meraih putingnya dan berusaha menjilatinya dengan lidahku.<br />
Bang Heru kemudian membuka pahaku lebar-lebar dan menekuknya hingga
lubang pantatku terlihat. Bang Heru kemudian meludah tepat di mulut
anusku dan berniat menggunakannya sebagai pelicin.<br />
“Pelan-pelan bang…” aku memohon ngeri melihat batang kontolnya yang tegak sempurna dan siap untuk ditusukkan ke dalam pantatku.<br />
“Pelan-pe.. Akhhh!!!” aku memekik saat kepala jamur kontol Bang Heru
mulai menembus paksa lubang pantatku. Walau telah dilumuri air liurnya,
tetap saja kontol sebesar itu membuat anusku terasa nyeri.<br />
“Sabar ya dek.. ooh.. pantat kamu sempit juga…” racaunya.<br />
“Bang… Bang…” tadinya aku hendak protes, lama kelamaan kontol Bang Heru terasa enak berada di dalam pantatku.<br />
“Ya..?” tanya Bang Heru.<br />
“Genjot bang…” kataku memohon.<br />
Bang Heru pun mengabulkan permohonanku. Aku mengerang kenikmatan saat
kontol Bang Heru menghantam anusku berkali-kali hingga Bang Heru
terpaksa membungkam mulutku dengan sarungnya.<br />
“Aaah.. aaaah…” erang Bang Heru. Matanya terpejam sambil pinggangnya terus bergoyang menyetubuhi lubang anusku.<br />
Aku menggelinjang keenakan menikmati entotan tentara seksi itu. Bang
Heru kemudian meraih tubuhku dan merangkulnya sementara gerakan
pinggangnya semakin cepat dan semakin panas. Aku meremas pantat Bang
Heru yang bergerak-gerak ganas menyemangatinya untuk terus merojokkan
kontolnya ke dalam pantatku.<br />
“Terus Bang.. terus…” desahku. Tubuhku berkeringat dan ikut menghentak setiap kali Bang Heru menghujamkan kontol besarnya itu.<br />
Aku tak tahan lagi. Kontol Bang Heru membuatku kontolku menegang dan
akhirnya menyemburkan cairan hangat yang mengalir pada perutku.<br />
“Aaaaah…” desahku panjang. Bang Heru masih terus menggenjot pantatnya dan menghujamkan rudal besarnya berulang-ulang.<br />
“Abang mau keluar sayang…” desahnya.<br />
“Ayo bang.. keluarin.. keluarin bang… adek pengen rasain pejuh abang di dalam pantat…” kataku menyemangatinya.<br />
“Aaah… abang mau ke… aaahh..” Bang Heru memekik tertahan. Kurasakan
kontolnya berdenyut-denyut mengerikan sebelum akhirnya menyemburkan
cairan spermanya yang terasa bergalon-galon mengisi terowongan anusku
hingga terasa hangat dan lembab.<br />
Tubuh berotot Bang Heru terjatuh di atas badanku. Kurasakan kontolnya
mulai melunak sementara Bang Heru masih tersengal-sengal nafasnya.
Kuusap punggung kekar Bang Heru yang berkeringat itu dengan tanganku dan
mencium pipinya dan menujinya.<br />
“Abang hebat banget…” kataku. Bang Heru menyeringai senang sambil terus mengatur nafasnya.<br />
Kami berdua terkejut saat tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Masuklah
dua orang tentara yang juga bertubuh kekar walau tak sebesar badan Bang
Heru. Salah satu dari mereka menyahut.<br />
“Gila lo Her..! ngentot enggak ngajak-ngajak…”<br />
Aku langsung ngeri saat kedua tentara itu membuka kausnya dan menghampiri kami berdua. Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-75114431283442440122014-01-17T05:36:00.001-08:002014-01-17T05:36:01.577-08:00Cinta Kasih Sesama: AHM (Richie Kul)<a href="http://prialovepria.blogspot.com/2014/01/ahm-richie-kul.html">Cinta Kasih Sesama: AHM (Richie Kul)</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-4562734557703215492014-01-16T05:55:00.004-08:002014-01-16T05:55:46.418-08:00AHM (Richie Kul)<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Richie Kul
</h3>
<div class="post-header">
</div>
Richie Kul, born in 1980, in New York, is an American model of Chinese descent.<br /><br />Kul
is a Stanford graduate turned investment banker who was tired of living
his life on a timed schedule that he had no control over, thus he
decided he wanted to become a model.<br /><br />Kul has worked for various
CF in Hong Kong, Taiwan, Thailand, and The U.S. He's done campaigns for
"Swatch", "D.S. Dundee", and "Nivea", shot numerous commercials and has
graced the pages of "GQ", "Men's Health", "Out", "Instinct",
"Cosmopolitan", "FHM" and more<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsa7g81qe8vjebJT3_guZq6L38D3IEPKnr80r-AoXpNt-OlEdwMpueeETHPOoAp416cqXG93pZT6bcZcAy0YlujW3IXE6e_v37G0TA3jzczAzmd2P2L-ZW7nDsdCvWM8EuOZqCEM7_aIA/s400/Richie+Kul+1+(19).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsa7g81qe8vjebJT3_guZq6L38D3IEPKnr80r-AoXpNt-OlEdwMpueeETHPOoAp416cqXG93pZT6bcZcAy0YlujW3IXE6e_v37G0TA3jzczAzmd2P2L-ZW7nDsdCvWM8EuOZqCEM7_aIA/s400/Richie+Kul+1+(19).jpg" height="320" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-coaE3mPC0qPAfMadUZlufGfl6OmoZytr2DRK7vrpiL7FL4npZ1tvUu8bKRgVlY4CTCY415t5OtsIcZHUbbK5tTwuzawJDlH5ZLYUja6fN97ACiE47PjDgg2a8FNCSOYLYLHYjUS-ycs/s400/Richie+Kul+1+(23).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-coaE3mPC0qPAfMadUZlufGfl6OmoZytr2DRK7vrpiL7FL4npZ1tvUu8bKRgVlY4CTCY415t5OtsIcZHUbbK5tTwuzawJDlH5ZLYUja6fN97ACiE47PjDgg2a8FNCSOYLYLHYjUS-ycs/s400/Richie+Kul+1+(23).jpg" height="320" width="230" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3grbx9JiKGXjE0JIpviIsAdawiAZaNKnDrT2hBBuA5-cgqJ9k6NP3PsiHPK073dRwAA_78pfFylbwSHQzDLFQk2jKE_t50dugIWq_ZltjVFGBMvIT4t_B3gBccVHjCxL-RjLLU0R4gYA/s400/Richie+Kul+1+(29).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3grbx9JiKGXjE0JIpviIsAdawiAZaNKnDrT2hBBuA5-cgqJ9k6NP3PsiHPK073dRwAA_78pfFylbwSHQzDLFQk2jKE_t50dugIWq_ZltjVFGBMvIT4t_B3gBccVHjCxL-RjLLU0R4gYA/s400/Richie+Kul+1+(29).jpg" height="320" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvpxoEuQdkgiD2VSR1EdqGmHgsjFI9BZ6MOSPgZ8IvlIRsdJs9Tk4xc2_RwcRme0Z3L-6eSdHUtpyduCIRYZLPjpqA48N53zJDjeeXUByb08pkDlzvLP5R3bD-gQjdTKeNsqw-adKyVbg/s400/Richie+Kul+1+(26).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvpxoEuQdkgiD2VSR1EdqGmHgsjFI9BZ6MOSPgZ8IvlIRsdJs9Tk4xc2_RwcRme0Z3L-6eSdHUtpyduCIRYZLPjpqA48N53zJDjeeXUByb08pkDlzvLP5R3bD-gQjdTKeNsqw-adKyVbg/s400/Richie+Kul+1+(26).jpg" height="320" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1DS-JYUB6ntyWszMe7c1bhVBOBbf11z3ORUuZ7_ne-7eDq60H5TjNEKyYxZmRRaqsIrinqZGQ6cDxriZE7bIC1Fla-LWFDuZgN4A38SipG6zAwQULs3pJgFcf6sLsBdHK1KM16wPK7xQ/s400/Richie+Kul+1+(8).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1DS-JYUB6ntyWszMe7c1bhVBOBbf11z3ORUuZ7_ne-7eDq60H5TjNEKyYxZmRRaqsIrinqZGQ6cDxriZE7bIC1Fla-LWFDuZgN4A38SipG6zAwQULs3pJgFcf6sLsBdHK1KM16wPK7xQ/s400/Richie+Kul+1+(8).jpg" height="320" width="240" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-65264154543099254412014-01-16T05:35:00.001-08:002014-01-16T05:35:47.725-08:00AHM (Rishi Idnani)<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Rishi Idnani
</h3>
<div class="post-header">
</div>
Rishi Idnani, born February 18, 1988, in New York, is an American model
of Indian descent. Idnani attended Rennselaer school and majored in
Accelerated Management Law.<br /><br />Idnani started his modeling career with "On Display Men" and is now working with New York City commercial and fitness agencies.<br /><br />Idnani's
dream is to land a modeling campaign with either a major fashion or
fitness company. He says that his fitness routine is 90% dieting and 10%
exercise.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj43W5vwz8QAI973f77xO7jKRnKF2R5OeuGoh74DZAqp6xCOrWYLvc3-pUCPItI9LkoBRyof4A2YZzxU0mCpVrueokAo8fgCkSh1Yw53joXC-BNAsi-EtxCLv68Yyd-dM-RB0fk5cZMCvI/s320/8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj43W5vwz8QAI973f77xO7jKRnKF2R5OeuGoh74DZAqp6xCOrWYLvc3-pUCPItI9LkoBRyof4A2YZzxU0mCpVrueokAo8fgCkSh1Yw53joXC-BNAsi-EtxCLv68Yyd-dM-RB0fk5cZMCvI/s320/8.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq8IKHI-Ep7IUsaAHGMWWO88qNBxXYViH1_lUikeJ2aLSMEKQAcnjZHEYQPo48GCJDGh40bLi7ruXZ6p18ZeDCQOyLiGOqsQWh4jFLd3E37aQFVyeXJygye3Od3gUDezcSjllk-pqsRj4/s320/7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq8IKHI-Ep7IUsaAHGMWWO88qNBxXYViH1_lUikeJ2aLSMEKQAcnjZHEYQPo48GCJDGh40bLi7ruXZ6p18ZeDCQOyLiGOqsQWh4jFLd3E37aQFVyeXJygye3Od3gUDezcSjllk-pqsRj4/s320/7.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlYpDuUUlKUGcA_uk0_hPBZ8RgihtxAxGeyR5r_tUrTQcuKmxurRJwwStnoJWxYkroWpBRdTSLTOnvuMOeDc0bBXW_LusGLj2O42L4lDDKS2LoBQSAI7WhGFCzZg4IhDeNzwaRFFOo-dA/s320/6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlYpDuUUlKUGcA_uk0_hPBZ8RgihtxAxGeyR5r_tUrTQcuKmxurRJwwStnoJWxYkroWpBRdTSLTOnvuMOeDc0bBXW_LusGLj2O42L4lDDKS2LoBQSAI7WhGFCzZg4IhDeNzwaRFFOo-dA/s320/6.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU2L-wvprJU1LANxsKahU-y9I-m6e1CnlxgnMwPXmdeqSSIp9g8xtWWJtmz8gY9BBPp7Wc5Mtqz_-RFxznQmSUcOHavIeQGw7x0b1C4Z8VOK1pW8Li0LCjnvjK8d5R9pWWpG2IpcTxw4A/s400/5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU2L-wvprJU1LANxsKahU-y9I-m6e1CnlxgnMwPXmdeqSSIp9g8xtWWJtmz8gY9BBPp7Wc5Mtqz_-RFxznQmSUcOHavIeQGw7x0b1C4Z8VOK1pW8Li0LCjnvjK8d5R9pWWpG2IpcTxw4A/s400/5.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhK3sMDhW8upN0Upetwf10-HZsPntdVw_Ay7uH0DlA5JjaYrreM9eBtx2Rvc4YfkZA9EF_mi69yv90IIGztBBjbhq1D4ACXof_DfiawnELqbFks6enOJeIlQSOFFBmneMI4n6DY6jTxdg/s400/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhK3sMDhW8upN0Upetwf10-HZsPntdVw_Ay7uH0DlA5JjaYrreM9eBtx2Rvc4YfkZA9EF_mi69yv90IIGztBBjbhq1D4ACXof_DfiawnELqbFks6enOJeIlQSOFFBmneMI4n6DY6jTxdg/s400/4.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR7Wf5ph9sF7SZj7NJpuNdPNdh-bXcLpLdO7BoB7_e8jNmijA2HwOR1JkO75R6NYsSKiWMgeGEDOfDLagGidAQtqOLpXP7liiA4W7NsLwJ1e_nf-5AgVQCF3toSb0z51R1fxyiPueaM8w/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR7Wf5ph9sF7SZj7NJpuNdPNdh-bXcLpLdO7BoB7_e8jNmijA2HwOR1JkO75R6NYsSKiWMgeGEDOfDLagGidAQtqOLpXP7liiA4W7NsLwJ1e_nf-5AgVQCF3toSb0z51R1fxyiPueaM8w/s1600/1.jpg" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-5416297680096981172014-01-16T05:27:00.003-08:002014-01-16T05:27:43.004-08:00AHM (Mark revilla)<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Mark revilla
</h3>
<div class="post-header">
</div>
Mark is Phillipines young and hot models. Mark is one of hunks models in Phillipines.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglsJSJFaUUM5KeDHOfB1TKxBwdAah5cl2QS8yeB-2x0-w6bLkz6G3Ntu0UTBh-j2a-gGWW9SYT8OUNN2UnKse9B3aZuPHtHMydJ6jvwg3Y3UIUl4Xdb65qlq64AEgpsQaUTk5EWsGDT18/s400/207603_196770610363715_100000923326355_508979_5684509_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglsJSJFaUUM5KeDHOfB1TKxBwdAah5cl2QS8yeB-2x0-w6bLkz6G3Ntu0UTBh-j2a-gGWW9SYT8OUNN2UnKse9B3aZuPHtHMydJ6jvwg3Y3UIUl4Xdb65qlq64AEgpsQaUTk5EWsGDT18/s400/207603_196770610363715_100000923326355_508979_5684509_n.jpg" height="320" width="214" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOaxg9tJJ-HPW0QsXHXFjw-SQ5Og4z-z9Md2GDGwFaUtxt9vuVXA49iIAt27volyXS4O-wQS4iNcLYDSN-oA-z5VxlZmV17HLQGxulGlbxGhClXrrusNciNF94aIzAkbY8b7SNOk4vRdI/s1600/DSC05255.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOaxg9tJJ-HPW0QsXHXFjw-SQ5Og4z-z9Md2GDGwFaUtxt9vuVXA49iIAt27volyXS4O-wQS4iNcLYDSN-oA-z5VxlZmV17HLQGxulGlbxGhClXrrusNciNF94aIzAkbY8b7SNOk4vRdI/s1600/DSC05255.JPG" height="320" width="214" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYtrxejbYD8W6Ydx_ciDEJ2Jv6qoZKtxm8HsBrA7H3N9hRqsl4GNh0TQ_GkoAOkjORF1atiZmZ6M3XCUFJ1W7UfqYceQml5M-ojokyY3OAgxIWtA60E4YZC28soySu1nnWELE2VzGksos/s400/DSC05291.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYtrxejbYD8W6Ydx_ciDEJ2Jv6qoZKtxm8HsBrA7H3N9hRqsl4GNh0TQ_GkoAOkjORF1atiZmZ6M3XCUFJ1W7UfqYceQml5M-ojokyY3OAgxIWtA60E4YZC28soySu1nnWELE2VzGksos/s400/DSC05291.JPG" height="320" width="214" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGpJvuREVWQeDJopHmD309GCHAe7Ez16StfY43A6CU8k7VdmkFrRVLMawJHA8qKxWsl3nlgF72__452MHqQQ2vtNWo_uKFfi6ETYa3HTpKKXz27Fn9EyIW_X8VjuIBlhOvzuWzSZx2usM/s400/DSC05286.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGpJvuREVWQeDJopHmD309GCHAe7Ez16StfY43A6CU8k7VdmkFrRVLMawJHA8qKxWsl3nlgF72__452MHqQQ2vtNWo_uKFfi6ETYa3HTpKKXz27Fn9EyIW_X8VjuIBlhOvzuWzSZx2usM/s400/DSC05286.JPG" height="320" width="214" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-2475264346454538282014-01-16T05:20:00.000-08:002014-01-16T05:20:44.594-08:00AHM (Vanesly kok)<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Vanesly kok
</h3>
<div class="post-header">
</div>
Malaysian Hunks models. He compete on The Hottest Hunks 2011 competition in Malaysia.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg44FN41p1I9p0KagmwZ7geRJ0KAi9TAyn1fXgyCdGm-uBUvTmOe80Q7JwZWEuOdS2jZXvs_ClBw3LdxaxJ4gqkA1uvCXpSDRopszcU4jLekgH4_MsJpeGEVKXUd71cYePkatwGPGSd7O0/s320/vanesly8.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg44FN41p1I9p0KagmwZ7geRJ0KAi9TAyn1fXgyCdGm-uBUvTmOe80Q7JwZWEuOdS2jZXvs_ClBw3LdxaxJ4gqkA1uvCXpSDRopszcU4jLekgH4_MsJpeGEVKXUd71cYePkatwGPGSd7O0/s320/vanesly8.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRcKZg-PUYU1NB8LfYot-hT_InBmJcutgaO9_hkmgBe23QpvKxg7Sratn2DWFv1a4GKOs0FQLIoAK43jD2wtqEzfrJeEgwxQk_S0SXfa_dZ_qNhvJJFE6lsorSK8iIyZ5XWqyTFeR0OC0/s320/vanesly3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRcKZg-PUYU1NB8LfYot-hT_InBmJcutgaO9_hkmgBe23QpvKxg7Sratn2DWFv1a4GKOs0FQLIoAK43jD2wtqEzfrJeEgwxQk_S0SXfa_dZ_qNhvJJFE6lsorSK8iIyZ5XWqyTFeR0OC0/s320/vanesly3.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioZStN-POg7II0QQ7YRNMeDTYHy6at_X0fP1LPx9Z-nMf6mo58nBhMlVZIY1fuM5Iqvak1DTPOrcBmkv_02xErDiuo6DebKu1OB5utVu47LhabQuJZ2ixxLzMgU34QewftXDqL9Qvupvg/s320/vanesly16.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioZStN-POg7II0QQ7YRNMeDTYHy6at_X0fP1LPx9Z-nMf6mo58nBhMlVZIY1fuM5Iqvak1DTPOrcBmkv_02xErDiuo6DebKu1OB5utVu47LhabQuJZ2ixxLzMgU34QewftXDqL9Qvupvg/s320/vanesly16.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjov_kgEoVVRv6rohFYD3t3GH_9FrByLZNEDMcVVGQBMBRpZQgzzq21IlnlyUquTxMEvDE68BGte9GeFer14hmSzEP95NRGsDJS2xGGc-sBDiq_yp3S7L1SyQghtFGI-nxnxv8lDxfWFow/s320/vanesly14.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjov_kgEoVVRv6rohFYD3t3GH_9FrByLZNEDMcVVGQBMBRpZQgzzq21IlnlyUquTxMEvDE68BGte9GeFer14hmSzEP95NRGsDJS2xGGc-sBDiq_yp3S7L1SyQghtFGI-nxnxv8lDxfWFow/s320/vanesly14.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht2K9KxxR8tuJfaDA6_EZYF__o14V4UtI4xv7eeBKsQUbsVvdKqDFRWZN43zz6rzwb_efQCgGL_1RQ_lEDlT4aUjqIj4obdO6x13Y3spMvQ6lm77c_goYjepESCJt7X6zGGJf9mxsWHoM/s320/vanesly12.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht2K9KxxR8tuJfaDA6_EZYF__o14V4UtI4xv7eeBKsQUbsVvdKqDFRWZN43zz6rzwb_efQCgGL_1RQ_lEDlT4aUjqIj4obdO6x13Y3spMvQ6lm77c_goYjepESCJt7X6zGGJf9mxsWHoM/s320/vanesly12.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0WjKzaS91xhUlOHyIWSnO7A-3GlItIbS3fI5aagZbXnKwfnopwkO8JLtFT5DnffXlk9o7ZtXUHwEORUnRq8cEKqZchcRuJ889uRDfaYSVqJAWuY8Y_DxLtzKS4vBFC84M5LLbhX7b4us/s400/vanesly11.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0WjKzaS91xhUlOHyIWSnO7A-3GlItIbS3fI5aagZbXnKwfnopwkO8JLtFT5DnffXlk9o7ZtXUHwEORUnRq8cEKqZchcRuJ889uRDfaYSVqJAWuY8Y_DxLtzKS4vBFC84M5LLbhX7b4us/s400/vanesly11.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-36949757424673446172014-01-16T05:13:00.000-08:002014-01-16T05:13:07.304-08:00Asian Hot Male (AHM) Hung Phong<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Hung Phong
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-7783434558267273975" itemprop="description articleBody">
The model named Hung Phong, an amateur Vietnamese model with hunky and workout body.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhKOMjrWj04WGdr94NDF6i1S9njjJNYaxAzxm8-YUnvPHjeuN6Pg2SnIRXTQFnwZSPnW4HlxmNLWocvAQBn12HKt9RqyMMuwY3fwpa1yWaOsHiXzJTjD3oivXTXIRhpp86sAImLFnArMA/s400/Picture+06+Hung+Phong+sexy+and+hot+Asian+man+with+tatoo+handsome+with+glass.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhKOMjrWj04WGdr94NDF6i1S9njjJNYaxAzxm8-YUnvPHjeuN6Pg2SnIRXTQFnwZSPnW4HlxmNLWocvAQBn12HKt9RqyMMuwY3fwpa1yWaOsHiXzJTjD3oivXTXIRhpp86sAImLFnArMA/s400/Picture+06+Hung+Phong+sexy+and+hot+Asian+man+with+tatoo+handsome+with+glass.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO6Fuie6wwysJjZ6IiFxob0MJGVV8-uHfgvfWlpbzPMhzCL03i9-z0YXXlv8hZBVfY-1KwcAmmS1HtyDV_ymxqsdGQbSdube_53usjGK93sVq1PzQhSjxkhpntM00o_FznQLVRN6W9thA/s400/Picture+01+Hung+Phong+beautiful+body+shirtless+Vietnamese.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO6Fuie6wwysJjZ6IiFxob0MJGVV8-uHfgvfWlpbzPMhzCL03i9-z0YXXlv8hZBVfY-1KwcAmmS1HtyDV_ymxqsdGQbSdube_53usjGK93sVq1PzQhSjxkhpntM00o_FznQLVRN6W9thA/s400/Picture+01+Hung+Phong+beautiful+body+shirtless+Vietnamese.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiClfrxAHB_xt3QqP6Urq4UWqeTNw8-XpU-1XOJ2BkFBFCZzei9bLXkmOpMg2Mz4ZT45pRHNuLq8TpLsuimjL7XDK_C_ku3A8x2zGuKKDUZpP3xqPBR1TQygmo426YaN9sHXQ-yLNNUOeI/s400/Picture+07+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiClfrxAHB_xt3QqP6Urq4UWqeTNw8-XpU-1XOJ2BkFBFCZzei9bLXkmOpMg2Mz4ZT45pRHNuLq8TpLsuimjL7XDK_C_ku3A8x2zGuKKDUZpP3xqPBR1TQygmo426YaN9sHXQ-yLNNUOeI/s400/Picture+07+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJNlmSrCQgHpynQCELV3Yig1um9UWe6mMbJ5Gb1a3ONi17jBVgm1auNtdYSac4DNy2GFK9ZwcE_vyqji6ru_KiRBrTlbjBePyO5MFU9FKVNbMyICJGNIT_eShmoSLTFwvosLzcVN8QlJM/s400/Picture+09+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome+6+pack+abs.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJNlmSrCQgHpynQCELV3Yig1um9UWe6mMbJ5Gb1a3ONi17jBVgm1auNtdYSac4DNy2GFK9ZwcE_vyqji6ru_KiRBrTlbjBePyO5MFU9FKVNbMyICJGNIT_eShmoSLTFwvosLzcVN8QlJM/s400/Picture+09+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome+6+pack+abs.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXp_qgIDDhT3cVXhCBozTdVXA3LXuYONPD5OgbBzHUg_inG0JLZ9llb_rSZNUXr9WsA27ZYw70wdO2dMocBqJxRxJzrAmz4B_dPzXGcXP11Rv32Kc-gwcIROuI6GUlzGdwB6d-uswpQys/s400/Picture+08+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome+6+pack+abs.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXp_qgIDDhT3cVXhCBozTdVXA3LXuYONPD5OgbBzHUg_inG0JLZ9llb_rSZNUXr9WsA27ZYw70wdO2dMocBqJxRxJzrAmz4B_dPzXGcXP11Rv32Kc-gwcIROuI6GUlzGdwB6d-uswpQys/s400/Picture+08+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome+6+pack+abs.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5McFKA9QO306I28W8O_Zi0wx02xiXTDBWRrVPuQQU34yxDkVUPEvt-h55YesqjvUc1dBX27jtPWZYpbFMygNSEplzNF94Yuwv5fF2_c17ViZbKbKxCXliIFxIw1vnjsqTKNI8ZKq_qIc/s400/Picture+04+Hung+Phong+sexy+shirtless+hunk+body+6+pack+abs.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5McFKA9QO306I28W8O_Zi0wx02xiXTDBWRrVPuQQU34yxDkVUPEvt-h55YesqjvUc1dBX27jtPWZYpbFMygNSEplzNF94Yuwv5fF2_c17ViZbKbKxCXliIFxIw1vnjsqTKNI8ZKq_qIc/s400/Picture+04+Hung+Phong+sexy+shirtless+hunk+body+6+pack+abs.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiGyZxUCV_QvE0tBWhTpvQjRyPisSiFRY8WNbdVdBJP2spK1ekAW_gmnVgS5oWAVpyfhzJvSyBa7k0MlxNNsBmP37HvIKlDGpc-WKyEKyJzCGALcdJu9I4AjinMYh1lqrRq7_DT5dEoIE/s400/Picture+11+Hung+Phong+Asian+male+model+hot+and+handsome+6+pack+abs.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiGyZxUCV_QvE0tBWhTpvQjRyPisSiFRY8WNbdVdBJP2spK1ekAW_gmnVgS5oWAVpyfhzJvSyBa7k0MlxNNsBmP37HvIKlDGpc-WKyEKyJzCGALcdJu9I4AjinMYh1lqrRq7_DT5dEoIE/s400/Picture+11+Hung+Phong+Asian+male+model+hot+and+handsome+6+pack+abs.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuOen32rpawoIkh6tx-Q06mMakok1h28dPdXz9Q3aR5-uWJTEaF0OFUB64z1W9_mTG4T1Jbq6ykaxuUO-FUAXf9ZF_283sTkTtohrypnqhnmxLeAemsRiVTOO19E3zSBUwqW_UQI0v6Lw/s400/Picture+10+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome+6+pack+abs.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuOen32rpawoIkh6tx-Q06mMakok1h28dPdXz9Q3aR5-uWJTEaF0OFUB64z1W9_mTG4T1Jbq6ykaxuUO-FUAXf9ZF_283sTkTtohrypnqhnmxLeAemsRiVTOO19E3zSBUwqW_UQI0v6Lw/s400/Picture+10+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome+6+pack+abs.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiClfrxAHB_xt3QqP6Urq4UWqeTNw8-XpU-1XOJ2BkFBFCZzei9bLXkmOpMg2Mz4ZT45pRHNuLq8TpLsuimjL7XDK_C_ku3A8x2zGuKKDUZpP3xqPBR1TQygmo426YaN9sHXQ-yLNNUOeI/s400/Picture+07+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiClfrxAHB_xt3QqP6Urq4UWqeTNw8-XpU-1XOJ2BkFBFCZzei9bLXkmOpMg2Mz4ZT45pRHNuLq8TpLsuimjL7XDK_C_ku3A8x2zGuKKDUZpP3xqPBR1TQygmo426YaN9sHXQ-yLNNUOeI/s400/Picture+07+Hung+Phong+Vietnamese+guy+sexy+body+hot+and+handsome.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-7783434558267273975" itemprop="description articleBody">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-14306559101688893432014-01-16T05:04:00.000-08:002014-01-16T05:04:17.917-08:00Asian Hot Male (Chen Linxin)<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Chen Linxin</h3>
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
<span style="font-weight: normal;">Chen Linxin is male model from China. He is model for magazine and runway. Also for Health Magazine </span></h3>
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoaDhJUgFkb_aPp8sv8UDD42f338BAhUHNtVGM3U8r4BAhb3ARSS2pqMswWyYNgfOEvTgKmCcQHRfFn7FvDJy4c3D9dCFB-HYhOHj6UjuEhnvz9BYNY8v3xHVxuS9XzlVJbQWhMRe7jik/s400/63377809t7798297e85c4&690&690.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoaDhJUgFkb_aPp8sv8UDD42f338BAhUHNtVGM3U8r4BAhb3ARSS2pqMswWyYNgfOEvTgKmCcQHRfFn7FvDJy4c3D9dCFB-HYhOHj6UjuEhnvz9BYNY8v3xHVxuS9XzlVJbQWhMRe7jik/s400/63377809t7798297e85c4&690&690.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKG-7G2f0VaKi4GwYtTMQlnR22fmx7E-z06WjVGgmUv_U3puxrFRH_9Lx3ITX_WxxqkzPsUrz7e2tWlWqZ8tYgITHk94dmXDSTP1KBphgyMjl8PR5TiC4rckj_rnP4yVEG_X_xGB2o7Mo/s400/63377809tabf19adfb999&690&690.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKG-7G2f0VaKi4GwYtTMQlnR22fmx7E-z06WjVGgmUv_U3puxrFRH_9Lx3ITX_WxxqkzPsUrz7e2tWlWqZ8tYgITHk94dmXDSTP1KBphgyMjl8PR5TiC4rckj_rnP4yVEG_X_xGB2o7Mo/s400/63377809tabf19adfb999&690&690.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwykiEOr42CBiiYXMFFLjI5lfsf5FVOokYItzmTV_YG_qSu-Ulped5khGbFbY6y4kgkeeABEnSG5fUDGKqUc6bEsPZpmFbjyW58le_5GapgC6JSnKKloXHBJdJ3w51iE3JNZWMkjvm-do/s400/TqgbF8sfw6PLGDoWktlpqg.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwykiEOr42CBiiYXMFFLjI5lfsf5FVOokYItzmTV_YG_qSu-Ulped5khGbFbY6y4kgkeeABEnSG5fUDGKqUc6bEsPZpmFbjyW58le_5GapgC6JSnKKloXHBJdJ3w51iE3JNZWMkjvm-do/s400/TqgbF8sfw6PLGDoWktlpqg.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr75GHD1NehFxx8AftpaUfsKmuc7l4_1yU_-7y-Cml0H3JN3r-xr76kPgmO6oGEmOTzVt598bYNP0BuY8_II_pcsCQbXiV6PN6s43IHkqxiEdQ3A1SSbelNFAu-HVayoN3mXhD1l1BK_w/s400/_m2rKJHNUQpRIy5UZs1r4g.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr75GHD1NehFxx8AftpaUfsKmuc7l4_1yU_-7y-Cml0H3JN3r-xr76kPgmO6oGEmOTzVt598bYNP0BuY8_II_pcsCQbXiV6PN6s43IHkqxiEdQ3A1SSbelNFAu-HVayoN3mXhD1l1BK_w/s400/_m2rKJHNUQpRIy5UZs1r4g.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx3Jm5bcrSp8lrdju1jfjjiCDvy2nuhK6G8k78l6WnY5bz8PvROak3K4nZZB2Hbo1CBn3NXKW4xLcS2hqIjltf7sdQMgQ17l4FjynaoLSk7ZVUyOG6m4j0sADs1gRQbknH8nGEog5ie6U/s400/hsMVLrmunnf0wBjPYV_9bg.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx3Jm5bcrSp8lrdju1jfjjiCDvy2nuhK6G8k78l6WnY5bz8PvROak3K4nZZB2Hbo1CBn3NXKW4xLcS2hqIjltf7sdQMgQ17l4FjynaoLSk7ZVUyOG6m4j0sADs1gRQbknH8nGEog5ie6U/s400/hsMVLrmunnf0wBjPYV_9bg.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglhU2DS3MW1YI_iqKRstuVDsRuzEI9F_Xmk01yHdOpBFkAbExJMd0X0tcmdnwjO_dkViOSxHfauBQ44ftTPtoo4ZVuDKKg9V9JL5-i3q6Rk-C0rtgOXJIHB5c9BDyMuvJzbnl_6u2ZSB8/s400/cLikN0zcuslyT5E4Z2rhLg.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglhU2DS3MW1YI_iqKRstuVDsRuzEI9F_Xmk01yHdOpBFkAbExJMd0X0tcmdnwjO_dkViOSxHfauBQ44ftTPtoo4ZVuDKKg9V9JL5-i3q6Rk-C0rtgOXJIHB5c9BDyMuvJzbnl_6u2ZSB8/s400/cLikN0zcuslyT5E4Z2rhLg.jpg" height="320" width="219" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGS1bVnWhBMofl0v0tciPvbwfS8e8q9IWJWWkb7QYE98U0kb_TTXI36azr8UOkB9Euzf2O4US32AMc-RKVnn1aaDu5qfiC9r5Me3DgPRc5NgxfvyXFImoIE3RS05yPQPXz0g2yCXOplmY/s400/fotlb8mOF1W_QKIUj0vz8A.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGS1bVnWhBMofl0v0tciPvbwfS8e8q9IWJWWkb7QYE98U0kb_TTXI36azr8UOkB9Euzf2O4US32AMc-RKVnn1aaDu5qfiC9r5Me3DgPRc5NgxfvyXFImoIE3RS05yPQPXz0g2yCXOplmY/s400/fotlb8mOF1W_QKIUj0vz8A.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZaSycSb29ClPEr8F5cRFoy_Ikhz2zZuwcPPhXqjAff-JEuzeXr7J_UePX7gDixPOgZdDffKCESLxYF2fARUgBLEE37zfp6ZLVyEN5V10VIePf0G4qyk8B_ir-c8rHcWwt-4Bkso7qoxs/s400/R7VRi0e2syh5W_2I1VNhIg.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZaSycSb29ClPEr8F5cRFoy_Ikhz2zZuwcPPhXqjAff-JEuzeXr7J_UePX7gDixPOgZdDffKCESLxYF2fARUgBLEE37zfp6ZLVyEN5V10VIePf0G4qyk8B_ir-c8rHcWwt-4Bkso7qoxs/s400/R7VRi0e2syh5W_2I1VNhIg.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
</h3>
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-35287983292146333882014-01-16T04:56:00.001-08:002014-01-16T04:56:09.075-08:00Asian Hot Male (Li Ben He)<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Li Ben He
</h3>
<div class="post-header">
</div>
Li Ben He, born in 1985, in Beijing, China, is a Chinese model. A
fitness buff, Ben He makes himself differently from the others with
perfect hunky body -- a little more muscular but enough.<br /><br />Manly,
great physique and professional at work, Ben He is hunted by top fashion
brands and magazines in China and already graces the pages of "MOKO"
and "MANse" magazines, modeling for a variety of Chinese brand
underwear, jeans, perfumes and skin products.<br /><br />Aside from modeling, Ben He is a personal trainer and some of his hobbies include swimming and volleyball<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhHPYd966y1SciXjkrPwIIZp5Su-0G9RCD-6NdC8N1q0UIkLn5xnfhfQYzdjVcJbsY6W1NzQriM1JIgPfN-h6lbUnR24bYIx1-rFyu34WEHE86iixQZaMIEa0RYV4gg0LmvUfqP6fUkkY/s400/Li-Ben-He-06.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhHPYd966y1SciXjkrPwIIZp5Su-0G9RCD-6NdC8N1q0UIkLn5xnfhfQYzdjVcJbsY6W1NzQriM1JIgPfN-h6lbUnR24bYIx1-rFyu34WEHE86iixQZaMIEa0RYV4gg0LmvUfqP6fUkkY/s400/Li-Ben-He-06.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU4Olii5P6mvnT0dBu1_Dp4HuH8gxF41dzx8tmqnc-Jz_byq1L4MbR-abUcJm-9L7k4ULMgufQWFMYzhI19b8Skx2-s_XSPJEnDyflU7u-DaVh6e8d8S_U9QCIBrBdwWKlyRrdsVFO1jk/s400/Li-Ben-He-07.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU4Olii5P6mvnT0dBu1_Dp4HuH8gxF41dzx8tmqnc-Jz_byq1L4MbR-abUcJm-9L7k4ULMgufQWFMYzhI19b8Skx2-s_XSPJEnDyflU7u-DaVh6e8d8S_U9QCIBrBdwWKlyRrdsVFO1jk/s400/Li-Ben-He-07.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijGj9vryXCH-s0gSNLtN9Sb-9b7oIYDV7munpFTWp6Z1drPB2pE6rqh1eyhUZ-ytN-ftRni35GV0Fh4F-YjUFWdC6N966hjIytHxyjuCS4aZts6acUK6iJ_TFaV29qAod5HZGu1dm3YvU/s400/Li-Ben-He-09.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijGj9vryXCH-s0gSNLtN9Sb-9b7oIYDV7munpFTWp6Z1drPB2pE6rqh1eyhUZ-ytN-ftRni35GV0Fh4F-YjUFWdC6N966hjIytHxyjuCS4aZts6acUK6iJ_TFaV29qAod5HZGu1dm3YvU/s400/Li-Ben-He-09.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuvkFYJVpFHzD7ZRDXI4QISft5qLcYB-XQx8bpmNqnMj6xenzyfHFBs3blcHXo6ENGltY7PQN4PwYq1XOChdtt4Qs5hqafozFbWf0NZTWz9pkeneqJdl0qc5v8B-oA4JyTOIm7thvjS3Y/s400/Li-Ben-He-02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuvkFYJVpFHzD7ZRDXI4QISft5qLcYB-XQx8bpmNqnMj6xenzyfHFBs3blcHXo6ENGltY7PQN4PwYq1XOChdtt4Qs5hqafozFbWf0NZTWz9pkeneqJdl0qc5v8B-oA4JyTOIm7thvjS3Y/s400/Li-Ben-He-02.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNC2Qog9hS-lQ5NdlioVhJ3O2V_SGrZo2H4uDhBjbBkNQHjd6KmFuIJ7GVhciRC9CU-tlqfAqHX8hCpvwPZW3wTH8yJQvltQUAZQcDBw8OFWxMYVXr4TW-Btm1qs6U3VvqC5P0xfSCJiU/s400/Li-Ben-He-03.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNC2Qog9hS-lQ5NdlioVhJ3O2V_SGrZo2H4uDhBjbBkNQHjd6KmFuIJ7GVhciRC9CU-tlqfAqHX8hCpvwPZW3wTH8yJQvltQUAZQcDBw8OFWxMYVXr4TW-Btm1qs6U3VvqC5P0xfSCJiU/s400/Li-Ben-He-03.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn_PccB0B0bmXMdYp1Ax7IoUglzmGXrbkgVLO2MTWynJ_KTxD-nUyW2C_fz0nupS5nsdYa447q1DKjqX-_2Nkw9OgnPohWRJosXq9qxRiOWV4gH2T7Hrsi6rjdVLy_pQDw33Hr54VHCbA/s400/Li-Ben-He-04.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn_PccB0B0bmXMdYp1Ax7IoUglzmGXrbkgVLO2MTWynJ_KTxD-nUyW2C_fz0nupS5nsdYa447q1DKjqX-_2Nkw9OgnPohWRJosXq9qxRiOWV4gH2T7Hrsi6rjdVLy_pQDw33Hr54VHCbA/s400/Li-Ben-He-04.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3harFMsUlDq0g4mkO0waosold61U0N7Zd5YCIS2FsAEwg9ZaDzV91ose7MpynzAkizL-es8i57M6WQ7YK7IAxsCs1y2YVFBNA2StePprpQM7Ww49JTAd8KpPM0quRCJlys0S1YSZMDOU/s400/Li-Ben-He-05.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3harFMsUlDq0g4mkO0waosold61U0N7Zd5YCIS2FsAEwg9ZaDzV91ose7MpynzAkizL-es8i57M6WQ7YK7IAxsCs1y2YVFBNA2StePprpQM7Ww49JTAd8KpPM0quRCJlys0S1YSZMDOU/s400/Li-Ben-He-05.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSa_DtQKbTuyXhagwb4LJmsxf1F_SeTKuRizfn1c99-10fxbMuAf4UPD8W5nmiveheJRe9K1R_sxi8H69zf47O3teaSEZvZfUMkj1t0fMEoA8mIFi4CtdP5sUzTMir72_gw65TSLhM4CU/s1600/Li-Ben-He-01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSa_DtQKbTuyXhagwb4LJmsxf1F_SeTKuRizfn1c99-10fxbMuAf4UPD8W5nmiveheJRe9K1R_sxi8H69zf47O3teaSEZvZfUMkj1t0fMEoA8mIFi4CtdP5sUzTMir72_gw65TSLhM4CU/s1600/Li-Ben-He-01.jpg" height="319" width="320" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-55843050322931503492013-05-02T08:02:00.001-07:002013-05-03T22:36:09.370-07:00Supri Si Tukang Sayur<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip62AZvVORYoRFQVxPk4COoGgbrzhgrjI7DI3JUVurO80lEse-KdIIMKg5MX2MuYbYTfjYDL3tUe-sD8VZju05k4bxrjNj0m3IkZHnE-jc1gRFP1av7ClPKoVhZwliy6e4xSxFxShbcCY/s1600/tt5uqulxpk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip62AZvVORYoRFQVxPk4COoGgbrzhgrjI7DI3JUVurO80lEse-KdIIMKg5MX2MuYbYTfjYDL3tUe-sD8VZju05k4bxrjNj0m3IkZHnE-jc1gRFP1av7ClPKoVhZwliy6e4xSxFxShbcCY/s1600/tt5uqulxpk.jpg" /></a></div>
Orangnya gede besar, item, potongan rambutnya mirip Tukul tapi mukanya lebih baguslah dari Tukul hehehe. Gagah sekali saat dia menunggangi motor RX King-nya itu. Dari kejauhan sudah terdengar keras suara motornya yang dipacunya dengan jantan dengan suara klakson yang menjerit-jerit. Ugh, walau agak urak-urakan dan -ehm- dekil, aku suka cowok seperti ini ketimbang cowok manis, perlente, rapi dan girly.
Hampir tiap hari aku melihatnya melewati komplek kami ini dan tidak jarang pula aku sering ‘ketemu’ muka dengan dia. Dan sering kali pula dia mengangguk hormat dan tersenyum kecil kepadaku dan aku membalasnya serupa. Namun, tak pernah sekalipun aku berniat membeli sesuatu dari keranjang sayurnya itu. Palingan aku penasaran ama ‘terong berbulu’ dalam celananya itu. Ugh, aku hanya bisa curi-curi pandang ke arah selangkangannya.
Hari itu, aku iseng nongkrong di bengkel motor temanku. Biasalah aku asyik denger cerita tentang pengalaman seksnya tadi malam baik ama bininya maupun ama PSK idolanya itu. Aku tertawa-tawa mendengar celotehnya, vulgar dan tentu saja tanpa sensor. Detil sekali dia bercerita. Maklumlah, isi celananya aja sudah pernah aku rasakan walau harus merogoh kocek tapi ga terlalu dalam kok. Orangnya sih kecil-kecil aja tapi ‘anu’nya, ehm, luar biasa ukurannya. Namanya juga orang Madura, percaya atau tidak, beberapa cowok dari etnis ini yang kukenal memiliki senjata yang luar biasa.
Selang beberpa menit, muncul si tukang sayur menuntun RX King-nya itu. Wah, bergetar jiwaku melihatnya. Baru kali ini aku bakal melihatnya dekat. Oh, jantan dan gagah sekali lelaki itu. Dia melihatku dan nampaknya dia mengenalku. Dilemparnya senyum kecil yang kubalas dengan ramah. Sayangnya, dia cuman sebentar saja berada di bengkel itu. Motornya yang bocor itu ditinggalkannya.
“Itu yang tukang sayur itu toh?” tanyaku sama si Madura.
“Ya, namanya Supri”
Oh, baru aku tahu namanya.
“Gagah jantan….” ucapku vulgar di depan si Madura. Dia terkekeh sambil membuka ban motor itu.
“Kamu mau ama dia ya?”. Akh, ga perlu aku jawab-pun dia sudah tahu isi otakku.
“Nanti aku bilang ama dia” kata si Madura, “aku akrab kok ama dia tapi aku ga tahu apa dia mau apa ga ya…”
“Ehm…..”
“Tenang aja, “janjinya, “Nanti aku urus. Aku tahu kok dia itu sering kekurangan duit soalnya duit dia itu habis-habisan buat judi ama main cewek hehehe…”
“Ya udah…” ujarku, “aku pulang dulu. Tolong nanti ngomong ama dia ya.. Kasih aja nomor aku”
“Sep.. “tukasnya, “tapi ada persenan kan buat aku?”
“Ya.. Tenang aja klo masalah itu”
Besok harinya, aku mendapat SMS dari nomor baru. Kubaca isinya dan membuatku berdebar. SMS itu dari Supri, tukang sayur jantan itu. Isinya sih dia mau aja aku kerjain asalkan cocok dengan pembayarannya. Ehm, aku segera membalas SMS itu dan isinya menyanggupi permintaannya. Tak lupa pula, aku menanyakan ‘waktu pelaksanaan’nya. Hihihi.. Sayangnya, SMS-ku itu tidak dibalasnya lagi. Aku berusaha menelponnya tapi tidak dia angkat. Huh, membuatku sedikit kesal seakan dipermainkan.
Malam harinya, aku mendapat SMS lagi dari Supri. Isinya tambah membuatku berdebar. Dia ada waktu buatku malam ini. Aku-pun ‘mengundangnya’ ke rumahku. Setelah itu, aku mempersiapkan koleksi bokepku. Sengaja kupilih yang hot hot biar dia lekas horny.
Jantungku berdetak kencang, suara motornya membahana memasuki pekarangan rumahku. Dan, kudengar ketukan di pintu rumahku. Segera aku bukakan untuknya. Oh, Supri berdiri di depanku dengan gayanya yang seperti biasa, selenge’an, jantan, gagah dan apa adanya. Membuatku ga sabar rasanya menelanjanginya. Kupersilakan dia masuk dan cepat-cepat aku tutup pintu.
“Mau nonton dulu?” tawarku sambil memperlihatkan beberapa bokep di hadapannya.
“boleh…”
Setengah jam, aku belum berani macam-macam. Dia lebih banyak diam. Tapi, dia pasti tahu aku jelalatan memperhatikannya yang sedang berbaring terlentang di depan TV.
“sekarang?” tanyanya.
“Ugh…. Ehm…” aku gelagapan menjawabnya sambil memperhatikannya yang sedang mengusap-usap selangkangannya itu. Duh, aku ga sabar rasanya.
Kudekati dia dan kuusap selangkangannya. Dia diam saja sambil terus memperhatikan TV. Aku Segera aku gantikan tangannya dengan tanganku yang kemudian mengusap-usap selangkangannya itu. Jelas aku gemas sekali. Kuremas-remas pelan selangkangan yang masih di bungkus celana kain itu. Bisa kurasakan kemaluannya lagi tegang.
“ehm.. Bisa ga lampunya dimatiin?” pintanya saat jariku mulai menarik risluting celananya.
Aku bangkit dan menekan tombol off pada stop kontak. Seketika ruangan itu gelap. Hanya cahaya raemang-remang dari TV yag sedang menayangkan bokep dari DVD playerku. Aku mendekatinya. Dan ternyata dia sudah mempelorot celananya hingga sepaha. Nampak olehku CD murahan bewarna coklat muda masih melekat di pangkal pahanya.
“wah, udah nantang nih” celutukku.
Aku pelorot lagi celananya hingga terlepas dari kedua kakinya. Kini perhatianku kian besar terhadap gundukan di dalam CDnya itu. Kuremas gemas gundukan itu, ugh, lumayan juga punya dia. Aku berbaring di sampingnya. Lalu kususpkan tangan kananku ke balik CD nya dengan gugup. Supri diam saja bahkan cuek saat tanganku merogoh di dalam sana.
Oh.. Kutemukan bulu-bulu keriting yang lebat di pangkalnya. Tanganku bergerilya meremas batangnya. Ugh, ga terlalu panjang tapi besar juga. Dan, kusingkap CD itu. Mencuatlah rudal kebanggaan Supri. Terkungkung dalam genggaman tanganku. Kuperhatikan rudalnya item, agak berurat-urat. Jantan sekali rudalnya. Hangat dan hampir mengeras penuh.
“Wah… Pasti cewek-cewek teriak keenakan ditusuk ama ini” pujiku. Dia tertawa kecil. Dan tiba-tiba dia menggelinjang ketika jariku menyentuh telor puyuh di bawah sana.
“Telornya gede mas. Pasti isinya banyak”
Aku bangkit. Tak sabar lagi aku mulai menjilati biji pelernya itu. Aroma kejantanannya menusuk hidungku namun justru aku tambah semangat. Kujilati telor item berbulu itu dengan rakus. Supri menggelinjang-gelinjang dan napasnya ngos-ngosan. Tak kubuang kesempatan itu. Kusedot-sedot bergantian kedua bola rudal yang gede item itu. Supri menyentak-nyentak kecil kakinya. Nampaknya dia sangat terangsang saat telornya aku permainkan. Kepala rudalnya itu basah dengan cairan precum.
Puas membasahi bola-bola itu, lidahku bergerak ke atas. Ujung lidahku menelusuri urat-urat yang banyak melingkar di batang rudal itu. Lagi-lagi, Supri menggeliat sambil mendesah. Sejenak aku menghentikan aksiku.
“Enak ya??”
Supri tersenyum, nampak malu-malu. Ugh, dibalik sikap selenge’en dan gagah itu dia bisa malu juga hehehe.
“Pasti belum pernah ya seperti ini?”
“iya”
“katanya sering main cewek???”
“Kan langsung tancap gas….”
“Ama bini di rumah gimana?” korekku, “masa ga pernah sekalipun dijilatin??”
“Ga mau dianya….”
Aku kembali fokus pada rudal yang keras itu.
Kepala rudal Supri nampak membesar dan mengkilat membuatku menjulurkan lidahku. Kusapu lembut ujungnya dengan lidahku yang hangat itu. Kugelitiki lubang kecil yang ada di atasnya. Oh, dia menggelinjang lagi. Kurasakan lidahku menyentuh cairan bening yang keluar dari lubang itu. Bukannya jijik tapi aku malah tambah semangat menjilati cairan precumnya itu.
“Mas, basah banget nih mas”
Supri tidak banyak bicara dan akupun tanpa banyak bicara, aku buka mulutku. Bibirkupun menyentuh kepala rudal yang seakan membiru mengkilat itu. Perlahan batang itu masuk ke dalam mulutku. Sedikit demi sedikit hingga akhirnya bibirku bertemu dengan hutan lebat yang menutupi pangkalnya. Ya, punya dia ga lebih dari 13cm tapi diameternya lumayan membuatku kesulitan. Kutarik lagi kepalaku hingga bibirku melepas sebagian batang kejantanan Supri hingga kepalanya. Kemudian aku dorong lagi kepalaku ke depan berulang-ulang. Kusentakan kepalaku mendadak hingga rudalnya itu melesak cepat dalam mulutku. Supri melenguh pelan..
Kusedot-sedot dengan penuh nafsu rudal Supri. Lidahku bergerak-gerak menggelitik di dalam sana. Membuat Supri tampak blingsatan. Berkali-kali tubuhnya bergetar hebat. Berkali-kali pantatnya terangkat-angkat. Seolah-olah menyambut mulutku yang dengan ganas mengulum rudalnya.
“Akhh…. ku.. mau… keluar”
Aku kian bersemangat saja. Kupercepat gerakan mulutku pada rudalnya, sementara itu tangan kananku memegang pangkal rudalnya. Sedangkan tangan kiriku meremas-remas kedua telornya yang besar itu…
“Akhhh…….”
Supri mendesah agak keras dan tubuhnya menggelijang-gelinjang liar serta bergetar hebat mana kala rudalnya menyemprotkan mani hangat dalam mulutku.
Crot… crottt.. crott…
Kubenamkan rudalnya itu ke dalam mulutku dalam-dalam saat rudal itu menembakkan ‘racun maut’nya. Cairan itu membanjiri mulutku. Ada yang tertelan, ada yang meleleh keluar, namun lebih banyak yang tertampung di mulutku. Aku sedot-sedot lagi dengan nafsu. Supri nampak terengah-engah.
“duh…. Enak banget…..” celutuknya.
Aku tertawa tertahan karena mulutku masih mengulum rudal itu. Aneh sekali, rudalnya masih tegak berdiri walau sehabis memuntahkan amunisinya. Saat kulepas rudal itu dari mulutku, aku melihatnya masih keras. Setelah kubersihan rudal itu dengan tisu, cepat-cepat aku ke kamar mandi dan memuntahkan sebagian spermanya dari mulutku. Setelah berkumur-kumur sebentar kembali aku mendekatinya yang masih terbaring terlentang dengan ,ya ampun, rudal yang masih keras.
“Wah mas, hebat betul terongmu” celutukku, “Udah nembak masih keras nih”
Supri tertawa. Dengan gemas aku remas lagi batang itu.
“Kok cepat banget sih mas keluarnya??”
“Kuluman kamu enak banget”
“Tapi, terongmu ini masih keras. Aku jadi pengen lagi”
Tanpa menunggu reaksinya terong berbulu itu aku jilati lagi dan lagi aku permainkan dalam mulutku.
“Biasanya klo yang kedua ini pasti lama” celutuknya
“Oh ya??”
Ugh, bikin cape aja ntar, pikirku. Tapi, aku masih ingin menikmati rudal Supri yang asyik ini. Sisa-sisa sperma masih terasa di batangnya apalagi di bagian lubangnya itu. Benar-benar rudal yang joss. Keras dan tegang di dalam mulutku. Kulumat-lumat gemas sampe ke pangkalnya yang berbulu lebat. Ehm, seiring itu kurasakan denyut-denyut di lubangku menginginkan dimasuki rudal itu.
“Mas, mau ga ngentotin pantatku?”
Supri nampak kaget. Mungkin dia tidak mengira aku akan memintanya seperti itu.
“aku belum pernah mas” katanya.
“Coba aja mas. Siapa tahu suka” rayuku sambil meremas-remas rudal hangat yang masih keras itu.
Supri tidak menjawab tapi dia tersenyum penuh arti. Aku bangkit dan kemudian kembali dengan membawa sebotol pelicin.
“Maukan mas? Aku pengen merasakan rudal mas di dalam sini” rengekku.
Supri mengangguk membuatku merasa sangat kegirangan. Kutanggalkan celana pendekku dan hanya mengenakan celana dalam saja. Sementara itu, aku memintanya untuk melepas baju yang masih dikenakannya. Duh, aku makin bergairah. Badannya yang bagus berotot alami itu membuatku kian tidak sabar.
Kuraih batang rudal Supri. Ehm, aku kulum lagi sesaat sebelum aku olesin dengan pelicin itu. Supri mendesis menikmati kulumanku. Lalu, tangan kananku dengan lincah melumurin rudalnya dengan pelicin dan dengan nakalnya aku kocok-kocok pelan membuat Supri kembali mendesis.
“Entot aku mas” pintaku seraya membelakanginya. Aku mengambil posisi menungging dengan bertumpuan pada kedua lutut dan kedua tanganku. Kupelorot bagian belakang celana dalamku lalu Supri mengambil posisi di belakangku dengan bertumpuan pada kedua kakinya. Kutuntun rudalnya ke bibir lubang anusku yang sudah aku lumuri pula dengan pelicin itu.
“Dorong pelan-pelan mas….” desahku. Hatiku gak dag dig dug saat merasakan kepala rudalnya menempel tepat di bibir boolku.
Kurasakan ada sesuatu yang berusaha memasuki lubangku. Aku melenguh dan merem melek. Supri memang belum pernah memasuki lubang sempit itu. Agak kesulitan baginya memasukkan rudalnya itu karena dia memang sepertinya belum terbiasa. Namun, sebuah hentakan pantatnya membuat kepala rudal itu melesak masuk.
“Mas… Akh… Pelan-pelan….”
Aku mengerang pelan. Supri nampak belum mengerti bahwa lubangku beda dengan lubang wanita. Dia nampak sangat bernafsu sekali memasukkan rudalnya. Semakin kesulitan, dia nampak semakin bersemangat .
“Masss…..”
Aku mengerang saat rudal Supri tiba-tiba melesak sedemikian dalamnya. Kurasakan barang rudal itu hampir semuanya masuk.
“Ugh…” Supri melenguh jantan sambil terus mendorong rudalnya ke dalam pantatku. Oh, kurasakan bulu-bulunya menempel di pantatku.
“Mas… Jangan ditarik dulu… Biarin terbenam dulu… “ rintihku. Namun, Supri nampak tidak sabar. Agak canggung dia menarik pantatnya mundur hingga rudal itu sedikit demi sedikit keluar dari lubangku. Namun, baru separo kembali dia benamkan. Aku melenguh-lenguh. Kenikmatan mulai menjalar dalam diriku. Gerakan rudal Supri mulai lancar dan bertambah cepat tanpa irama. Sepertinya dia sudah mulai terbiasa dengan lubangku yang memang jarang dimasukin rudal itu.
“Akhhhh……..”
Tiba-tiba Supri mendesah, gerakannya semakin cepat dan menghentak-hentak membuat aku yang dalam posisi nungging itu terdorong-dorong ke depan. Untungnya bongkah pantatku dipegangnya erat hingga akju tidak sampai jatuh ke depan.
“Mas…. “ desahku merasakan hentakan rudal Supri.
“Akh…. Akh…..”
Blesss….. Tiba-tiba paman sayur langganan ibu-ibu komplek itu memekik sambil membenamkan rudalnya dalam-dalam ke lubang pantatku. Kurasakan denyutan keras di dalam sana. Lalu ada sesuatu yang hangat membanjirinya. Napas Supri terengah-engah dan memburu seusai memuntahkan spermanya di dalam pantatku.
“Katanya lama mas???” sindirku, “buktinya cepat kok keluarnya”
“Duh, enak banget lubang pantat ya… Keset dan mencengkram”
Aku terkekeh senang. Kurasakan rudal Supri mulai mengecil di dalam sana. Kugerak-gerakan pinggulku membuat rudal Supri bergerak-gerak dalam sana. Supri memegang pantatku dengan gemas lalu ditariknya rudal belepotan cairan itu.
Aku bergegas berbalik menghadapnya. Laki-laki itu menyulut rokoknya dan kemudian berbaring terlentang dengan rudal terkulai lemas dan mengecil. Aku gemas melihat rudal berbulu lebat itu. Aku remas lagi. Supri hanya diam saja sambil menoton TV.
Setelah kembali mengenakan pakaian, aku memberikan dia sejumlah uang yang sudah aku janjikan sebelumnya. Dia namapk senang menerimanya. Saat aku berseloroh klo aku kepengen merasakan rudalnya lagi kapan-kapan dia tertawa kecil dan katanya asal harganya cocok.
Ugh, sampai kini aku telah ‘merasakan’ rudalnya beberapa kali. Kadang dia yang minta, kadang aku yang lagi kepengen. Tapi, aku musti selalu sediakan uang setiap ‘kencan’ dengannya. Bahkan pernah suatu hari saat dia berkeliling komplek dengan motor jantannya itu, dia sempatkan diri menikmatin oralanku dan tentu saja dia lagi perlu duitAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-88403432077057152672013-05-02T07:53:00.001-07:002013-05-03T22:38:27.976-07:00Seks Hot Kolam Renang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOEPqRCPQREootzCkgifKfl1d8GsZBl00S_hoKFLIpgKR_NS1_qt9HDde39nf6AWg3pSrqB64swU6Zqf9cxHBycuVKEmB28-YYNkTgTEkGVULYi6DBzQ1JDJFKlA_EAtzx0kcpZDlinso/s1600/_ID_%EE%9B%BANu'Z%E2%98%86The%EE%9B%BA_.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOEPqRCPQREootzCkgifKfl1d8GsZBl00S_hoKFLIpgKR_NS1_qt9HDde39nf6AWg3pSrqB64swU6Zqf9cxHBycuVKEmB28-YYNkTgTEkGVULYi6DBzQ1JDJFKlA_EAtzx0kcpZDlinso/s1600/_ID_%EE%9B%BANu'Z%E2%98%86The%EE%9B%BA_.jpeg" /></a></div>
Minggu kemarin saya pergi ke kolam renang di salah satu kota di tempat saya kerja. Pada saat berenang, saya memakai kacamata renang yang sering saya gunakan bila berenang yang kadang kala saya suka iseng melihat bagian bawah milik pria macho ouch jadi ngaceng oe..
Dan setelah itu saya kekamar mandi untuk melepaskan “sperma” yang telah lama tersimpan dalam “penis” saya.
Namun kali ini saya iseng melihat kemaluan
cowok .Tiba2 saya terkejut ketika dia memergoki saya ketika melihat senjata dia yang gede banget, padahal miliknya itu sedang “tidur”.
Dia tersenyum dan saya pura-pura tidak sengaja, namun dia memperkenalkan dirinya.
“Hi, nama saya Andre”, katanya.
“Hi, Edo “, kataku.
Dia tersenyum manis, saya suka senyumnya, tapi hanya sesaat. Namun dia mulai cerita mengenai hobby yang sering dilakukannya ini. Saya memperhatikan gaya bicaranya sambil duduk di bibir kolam yang diikuti olehnya. Saya begitu tertarik melihat postur tubuhnya yg dempal atletis, 175 cm dan saya perkirakan beratnya 74kg lihat bodynya jadi ingat danny pijat kota malang sama2 dempal .Dan ketika saya melihat ke arah kemaluannya, dia menangkap pandangan saya itu. Dia pura pura tidak melihat atau malu.
“Ah.. masa bodoh”, pikirku.
Kira-kira 2 jam lamanya berenang, aku menuju kamar mandi, sedangkan dia masih asyik berenang. Namun ketika mandi, dia masuk ke kamar mandi yang sedang saya pakai dengan mendorong saja pintu kamar mandi tersebut. Pintu itu dengan mudah terbuka karena kuncinya rusak. karena di kamar mandi itu sebelumnya sunyi dan tidak ada siapa-siapa, saya mandi dengan tidak sehelai benang pun di badan.
Tapi ketika dia masuk, aku terkejut. tapi dia tersenyum dan mulai masuk, kemudian membuka celana renangnya. ternyata dia tidak memakai celana dalam, wow, ternyata senjata itu.. 13 cm terkulai. gimana kalo tegang? pikirku.
Sepertinya dia tahu apa yang kupikirkan.
“Kamu mau?”, tanyanya sambil menuntun tanganku ke arah senjatanya.
Aku mulai memegangnya dan mulai meremasnya sesuai arahannya. Namun tak lama dia menyuruhku untuk mengulumnya.
Saya semula tidak mau, karena belum
pernah. yang ada juga kemaluan saya pernah dikulum sama pacar saya. Tapi saya tidak berani menolaknya karena kita berdua berada di kamar mandi dan dia mulai menguasai medan. saya kemudian mengulumnya dan dia mulai mendesah kenikmatan. Dia kemudian membasahi tubuhnya dengan shower di kamar mandi dan saya pun ikut basah.
“Mau nggak saya tembak?” pintanya. saya bagai kesambet pelet, mengiyakan kemauannya. Tak sadar kemaluanku sejak tadi berdiri terus. Dia kemudian mengambil sabun yang aku pakai dan mengoleskannya ke kemaluannya yang sedang mengacung tegang dengan dahsyatnya, 18 cm saya rasa ada panjang senjata yang dia miliki itu.
“Ahh.. pelan donk”, sakitt tahu??? rintihku pelan, takut ketahuan sama tetangga sebelah kamar mandi.
Dia kemudian mencoba dengan pelan dan peruh rangsangan ke arah kemaluanku. Akhirnya dia berhasil menembus gawangku yang belum pernah disentuh oleh penis manapun. dia kemudian mengocok penisnya di anus ku dan dengan cepat dan cepat dia mengocoknya. Terakhir dia mulai tegang dan memegang tubuhku dengan kuatnya.
Cret.. cret.. cret..crooottt croooot akhirnya peluru itu pun keluar dan masuk ke dalam anusku.
Perlahan lahan dia menarik kembali penisnya dan dia berjongkok ke arah kemaluan ku. dia kemudian menjilati dan mengulum dan mengisap sampai ke pangkal kemaluanku. kemaluanku. sebesar punya dia 18cm. Namun ada persamaan diantara kemaluan kami, yaitu sama2 tebel berurat sama seperti kontolnya .
Dia kemudian membuka kulup penisku. dan mengocoknya perlahan-lahan, dan kemudian cepat sesuai irama desah nafasku. Dan akhirnya..
cret..crett.. crett.. crooooooottt croooooot
spermaku pun keluar masuk kemulutnya, dan dia mengisapnya dan menelannya sampai tidak ada yang tersisa.
Kamipun mandi bersama sama dan dia menyabuniku dan dia terkadang memainkan kemaluanku.
Demikian juga saya yang menyabuninya sambil perlahan lahan saya menyabuni anusku untuk mengeluarkan peju yg menyembur di lubang kenikmatanku yang berhasil di”robek”nya. Terasa perih namun asyik.
Saat pulang, dia mengantarkanku sampai persimpangan gang menuju rumah kost ku. Dia meninggalkan kartu namanya dan dia meminta nomor telponku. Aku memberikannya dan dia sering menelpon ku,
apalagi jika dia rindu pengen ketemu denganku. Kadang dia mengajakku ke luar kota dan menginap di sebuah hotel. Hal itu kami lakukan berulang ulang, namun dia hanya 2 kali melakukan anal sex denganku.
Pengalaman ini baru buatku dan juga buat dia. Namun Andre sekarang telah pergi ke pulau Jawa, di sebuah kota yang terkenal dengan gudegnya, untuk melaksanakan tugas baru di kota yang baru.
Aku tidak mengetahui keberadaannya kini dan dia juga tidak pernah menelpon ku lagi. Padahal dia telah menjadikanku kekasihnya. Oh, hanya 2 bulan saja hubunganku tuh sdh aturan cinta sejenis tdk ada yg langgeng dan itu harus ku akui.
Namun kini saya membutuhkan seorang teman yang bisa membuatku bahagia. Dia telah meninggalkan kota ini, kota yang terkenal dengan bunga rafflessia arnoldinya, yang terkenal dengan benteng malborough nya, kapankah dia akan kembali?
Namun itu sudah berakhir 1 tahun yang lalu dan saya sudah melupakannya. sekarang jika saya ke kolam renang lagi saya selalu terkenang akan peristiwa itu. Peristiwa di mana kenikmatan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-59762858545861936392013-05-02T07:52:00.001-07:002013-05-02T07:52:15.049-07:00Yadiku SayangApa yang akan kau lakukan jika kau laki-laki dan jatuh cinta pada seorang laki-laki?
Begitu yang terjadi padaku selama bertahun-tahun. Dan lelaki itu tak lain adalah Pak Yadi, pria berumur 52 tahun, yang rumahnya hanya 30 meter di samping kanan rumahku.
Bagi sebagian orang, sosok Pak Yadi mungkin tidak terlalu menarik. Meski berkumis tebal dengan wajah yang sangat laki-laki, tetapi Pak Yadi bertubuh gendut dengan lengan dan perut yang besar. Tetapi bagiku, dialah laki-laki terseksi di dunia.
Aku selalu tergetar setiap kali melihat bulu tangannya, bibirnya, dadanya yang menyembul dari balik kemeja atau perutnya yang membulat itu. Aku telah mengenalnya sejak bertahun lalu dan selama itu pula aku memimpikan pria itu telentang, tanpa sehelai benang.
Beribu malam aku mencoba menemukan cara untuk menumpahkan hasrat ini, agar aku tak lagi hanya melayangkan birahiku dengan onani. Tetapi beribu malam pula aku kalah, tidak punya cukup keberanian.
Tetapi aku bersumpah akan melakukannya, ya aku harus melakukannya. Hingga semuanya terjadi begitu cepat, tak terduga dan luar biasa.
Di sebuah senja yang tidak terduga, di bawah kuyup oleh guyuran hujan. Aku tahu pasti, sore itu Pak Yadi sedang sendirian di rumah.
Tadi siang aku melihatnya mengantarkan istri dan anaknya.
“Ini, mengantar istri dan anak mau mengunjungi neneknya, mumpung libur sekolah,” katanya menjawab pertenyaanku, saat itu kami berpapasan jalan depan rumahku. Wow, inilah saatnya, pikirku. Entah kekuatan apa yang mendorongku, tiba-tiba saja aku sudah berada di teras depan rumahnya sore itu. Dari jendela aku lihat Pak Yadi membaca koran di kursi sofa ruang tamunya.
“Eh, Dik Aryo, mari masuk, biar nggak basah,” sambutnya begitu melihatku kuyup di teras.
“Oya, Pak, terima kasih, Pak,” kataku sembari melangkahkan kaki memasuki rumahnya yang asri.
Aku lalu duduk di sofa, berseberangan meja tempat Pak Yadi duduk. Dadaku berdegup kencang. Bagaimana tidak, pria yang paling aku impikan duduk hanya satu setengah meter di depanku, aku tidak kuasa menatap matanya.
“Wah, hujan kok nggak berhenti ya. Eh, kalau pingin minum ambil sendiri ya, soalnya ibu sedang pergi,” katanya ramah.
Kaos oblong putih dan sarung yang dia pakai membuat perutnya membulat, darahku terkesiap.
Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku harus melakukannya.
“Pak, sebenarnya saya kesini karena ada sesuatu yang penting. Tapi saya sungguh meminta pada Anda, apapun yang yang saya katakan, tolong jangan Bapak ceritakan pada siapapun,” kataku setengah gemetar.
Wajah Pak Yadi sontak menegang, kalimat yang barusan aku ucapkan jelas bukan kalimat biasa. Benaknya pasti dipenuhi seribu pertanyaan kini. Aku bisa melihatnya dari cara dia meletakkan koran.
Kini wajahnya tegak lurus di depanku. Keningnya berkerut, menampakkan seorang yang sedang berusaha keras menemukan sebuah jawaban atas rasa penasaran yang sedang menderanya.
Awalnya terbata aku menjelaskan. Aku katakan padanya, aku menyukainya sejak bertahun lalu, sejak nafsu seks mulai menjalari benakku. Aku membayangkannya setiap waktu dan bermimpi menciumi setiap inci kulit lelaki seksi itu. Ya, aku mencintainya, dengan cara yang dia tidak pernah tahu.
Wajahnya menampakkan kebingungan dan salah tingkah. Tetapi hal itu hanya beberapa menit saja berlangsung. Sebentar kemudian, wajah itu sudah kembali tenang dan sangat kebapakan, membuat gairahku merayap makin tinggi. Lalu aku dengar jawaban yang sungguh di luar dugaan.
“Hmm, sesungguhnya Bapak kaget dengan apa yang Dik Aryo ungkapkan. Tapi jangan kawatir, Bapak tidak akan memberi tahu siapapun. Sekarang, bolehkah Bapak tahu, apa yang ingin adik lakukan pada Bapak jika ternyata Bapak juga mau?” tuturnya tenang. Sejenak aku terpana, ini seperti mimpi. Lalu aku beranjak dari kursi, berjalan mendekati lelaki impianku. Pertama kali aku dekatkan wajahku ke depan wajahnya, begitu dekat. Kuusapkan telapak tanganku pada wajahnya. Bulu-bulu wajahnya dalam sentuhanku, langsung memicu nafsu dan kurasakan batang kemaluanku bangkit dengan cepat.
Aku cium kedua pipinya, ciuman panjang, sepanjang masa penantianku. Lalu aku kecup bibirnya.
Awalnya Pak Yadi masih agak grogi menanggapiku. Tapi lalu bibirnya memagut bibirku, kami berciuman. Kucium aroma rokok dari mulut laki-laki itu. Sambil berciuman, tanganku mengusap lengannya yang berbulu.
“Saya akan buka kaos Bapak, bolehkan?” kataku.
“Lakukan, Aryo, Bapak menikmatinya,” katanya.
Tangan gemuknya yang sedari tadi melingkari pinggangku mengendur lalu terangkat bersama kaosnya yang aku singkap. Sebelum benar-benar kaus itu terlepas, aku ciumi perut gendut Pak Yadi. Bulu-bulunya membentuk garis tegak lurus. Mm, kini aku benar-benar tak kuasa menahan hasrat seksku.
Aku lepas kaos putihnya. Aku tidak bisa menahan decak kagumku, tubuh laki-laki itu benar-benar seksi. Dadanya yang menonjol, perutnya yang membulat indah dan lengannya yang besar. Tetapi yang paling membangkitkan gairahku adalah ketika kaos itu aku singkap. Ketika lengannya terangkat, ketika kain lengannya tersingkap. Wow, aku lihat bulu ketiaknya, begitu lebat, panjang dan memburai indah memenuhi bidang lipatan ketiaknya yang lebar, membentuk pemandangan paling indah yang pernah aku lihat.
“Pak, apakah anda ingin tahu mimpi saya yang paling rahasia?” kataku, beberapa saat setelah kaosnya terlepas dari tubuhnya.
“Hey, katakan, Bapak tidak sabar ingin mendengarnya,” kata dia, matanya berbinar. Aku robohkan badannya ke belakang sehingga bersandar punggung sofa tempatnya duduk, setengah berbaring.
“Ini..,” ujarku. Kata-kataku tidak kuteruskan, aku memang ingin menjawab bukan dengan kata-kata. Melainkan aku angkat kedua lengannya yang besar.
Lalu aku daratkan hidungku di rimbunan ketiak kanannya. Ciuman yang panjang, sepanjang kerinduan yang menderaku. Aku rasakan bulu-bulu ketiak itu menempeli hidungku. Bau keringat laki-laki, membuat kontolku menjadi sangat keras.
“Ngghh.. Wow, nikmat sekali, Aryo,” lenguh lelaki pujaanku. Hidungku terus menciumi ketiak laki-laki itu, membauhi bau kelelakiannya. Sementara tangan kiriku mengusapi ketiak kanannya. Lenguhan Pak Yadi membuat kontolku semakin kencang berdiri.
Aku hujani ketiak itu ciuman, lalu aku jilati setiap helai rambutnya, membuat kedua ketiak laki-laki itu basah kuyub, benar-benar basah kuyub. Sesekali aku lancarkan gigitan kecil, jambakan lembut dengan bibirku. Dan pria seksiku melenguh, menggeliat menahan nikmat.
Lidahku terus bergerak, lengannya sebelah atas ketiak aku jilati. Kulitnya terasa hangat. Lalu lengan tangannya yang berbulu itu. Aku terduduk di atas lelaki gendutku. Kurasakan, sebuah batang keras terasa mengganjal di bawah pantatku. Hasrat laki-laki seksi ini telah terangkat kini.
Kukecup bibirnya, kami berpagutan sangat lama. Tangan Pak Yadi mengusap punggungku, pundakku, pantatku, dengan gemas penuh gairah. Nafas kami memburu. Sembari berpagutan, tangan laki-laki itu membuka kaosku, membuka celanaku, dalam waktu yang sangat cepat aku telanjang kini, duduk di pangkuan laki-laki seksi itu, berhadapan.
Bibir kami kami masih berpagutan. Aku goyangkan pantatku dan aku rasakan desir birahi menumpuk di otakku.
Aku turun dari pangkuan, aku lepas sarung Pak Yadi. Tangan orang itu mengelus rambutku. Celana dalam putih yang dipakainya sudah kulempar ke atas kursi. Dan kini, tubuh bulat itu telanjang bulat, menempel dengan kulitku, seperti mimpi yang kuhadirkan tiap malam.
Pada suatu malam kami melakukannya kembali, di sofa pak yadi sedang tertidur Aku elus dadanya, aku puntir putingnya, aku remas-remas puting itu hingga Pak Yadi meringis mehana nikmat. Sembari melakukan itu, aku ciumi perutnya, aku jilati seluruh permukaannya, tak tersisa. Jari-jariku cepat berpindah, meremas dadanya, lalu menelusup lipatan lengan mencari rimbunan bulu ketiak, merasakan hangatnya kempitan ketiak itu, lalu kutarik lagi, meremas putingnya, meremas pinggangnya, pinggulnya, perutnya, lengannya, lehernya dan oughh!
Aku benar-benar kesetanan, aku jamah seluruh tubuh laki-laki itu. Mulutku terus bergerak, berpindah dari perut ke bagian bawah, lidahku terus menyapu setiap pori kulitnya. Kini, wajahku menelungkupi pangkal pahanya, menjilati batang kontol di tengah rimbun jembut berbau khas laki-laki. Ohh, lebat jembutnya membuat kulit wajahku seperti dijilati. Batangnya besar, dan lidahku menjilatinya, naik lalu turun-naik-turun-naik-turun lagi. Kepala batang itu aku kecupi, aku jilati lalu aku masukkan ke dalam mulutku. Aku memasukkannya dalam-dalam, sedalam aku bisa, sembari membuat gerakan menyedot, wow, aku merasa terbang tinggi. Setiap sedotanku menciptakan hentakan, Pak Yadi menjerit pelan, mengerang, tubuhnya gemetar menahan birahi. Sembari bekerja di selangkangannya, kedua tanganku bergerilya, meremas dada, meremas perut, meremas pinggulnya yang gembul lehernya dan berkali-kali keluar masuk lipatan ketiaknya, merasakan hangat lipatan itu, merasakan rimbun rambut yang subur di dalamnya.
Suara lenguhan terus keluar dari mulut Pak Yadi. Tangannya bergerak, menggapai punggungku, mengusap-usap rambutku, meremas lenganku, menahan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya yang seksi.
“Pak, anda seksi sekali, sungguh seksi, sangat seksi, aku cinta Bapak,” kataku sembari mengecupi lehernya.
Aku duduk di atas batang kontolnya yang keras. Lalu aku pegang batang itu, kumasukkan ke lubang anusku. Lalu aku membuat gerakan naik turun, lembut, lembut lalu lebih kencang dan lebih kencang.
Batang kemaluannya seperti menebarkan racun kenikmatan, merasuki seluruh urat darahku, membuat benakku terbang melayang.
“Oh Aryo, ini nikmat sekali, kenapa tidak kau katakan sejak dulu?” kata Pak Yadi setengah mengerang. Nafasnya memburu, seperti juga aku.
“O, Bapak, saya impikan ini seumur hidup,” kataku. Sembari menggoyang pantat, aku daratkan ciumanku pada bibirnya, tanganku bergerak terus, mengusap seluruh badannya.
“Bapak tidak mau segera keluar, ayo, gantian,” katanya. Kuangkat pantatku. Tubuh besar Pak Yadi membalik, memberikan pantatnya untuk kontolku yang sudah sangat keras. Sebelum aku masuki pantat itu, aku ciumi dulu.
Aku tak tahan melihat seluruh bagian tubuhnya, aku ciumi pantatnya, aku jilati, terus bergerak ke atas, lalu punggungya, sementara kedua tanganku meremas perutnya, pinggangnya, dadanya dan menelusupi lipatan lengannya kembali mencari ketiak kesukaanku. Lalu aku mulai masukkan kontolku ke lubang itu. Pak Yadi memekik pendek.
“Ughh, uhh, terus, tak apa, terus saja,” katanya. Aku masukkan kontolku, pelan-pelan, lalu mulai menariknya, mengangkat batangku, lalu turun kembali, begitu berulang dan makin cepat. Nikmatnya sungguh sejuta, aku membuat gerakan maju-mundur, maju-munudr, kaluar-masuk-keluar masuk, sembari menggerayangi seluruh bagian tubuh laki-laki seksi ini. Ouuhh, luar biasa!
“Okey, sekarang gantian Bapak,” katanya lagi. Dia kembali duduk dan memangkuku. Aku langsung masukkan kontolnya ke lubang pantatku, dan menciuminya wajahnya sembari melakukan itu. Kami langsung membuat gerakan bergoyang.
“Oh, Aryo, nikmat sekali, nikmaat sekali,” kata mulut pria seksiku. Kontolnya keluar masuk anusku, dan mulutku menyapu seluruh permukaan wajahnya, lehernya dan memaguti bibirnya.
“Aryo, Bapak mau keluarr, ahh, mau keluarr,” katanya. Dan aku dekap erat tubuh laki-laki itu. Dia mengerang, setengah bergumam, tubuhnya menegang, menandakan bakal muncratnya puncak kenikmatan. Benar saja, sejurus kemudian erangannya memanjang, Pak Yadi mencapai puncak kenikmatan. Kedua lengannya mendekapku kuat.
“Arrhhrhh,” pekiknya. Aku segera menghujani wajahnya dengan ciuman, lehernya dan dadanya. Di saat yang sama air maninya menyemprot, membasahi pantatku.
Tidak menunggu waktu, aku angkat lengannya, aku telentangkan pria seksi itu. Aku membuat gerakan naik turun di atas perutnya. Tekanan perutnya yang gendut dan tubuhku membuat kontolku makin memuncak. Sembari membuat gerakan itu, jari-jari tanganku meremas kedua ketiaknya. Sesekali aku menciuminya, menjilati ketiak yang basah keringat itu, sungguh nikmat luar biasa.
Kini aku rasakan tubuhku menjadi ringan, dan seluruh tubuhku dirasuki perasaan nikmat tiada tara, air maniku hendak keluar, dan aku bakal mencapai puncaknya. Aku percepat gerakanku. Aku tekan lebih kuat kontolku. Ahh, akhirnya kontolku tak kuat lagi menahannya. Maniku muncrat ke perut dan dada Pak Yadi-ku.
“Aouhh, Paak, luar biasaa, woow!” seruku. Pak Yadi mengusapkan seluruh air maniku ke seluruh permukaan perut dan dadanya sendiri. Dia menciumiku berkali-kali, lalu kami berpagutan panjang, sangat lama.
“Aryo..,” katanya.
“Pak Yadi sayangku,” kataku, lalu bibir kami kembali bertemu.
Usai adegan penuh kenikmatan itu kami lalu mandi bersama. Aku menggosok seluruh permukaan tubuh Pak Yadi dengan sabun, sembari terus menciuminya. Aku benar-benar tak kuasa untuk tidak mencium dan menyentuh seluruh tubuh laki-laki itu. Bahkan meski aku baru saja mencapai klimak.
“Nanti malam tidur di sini saja, ya. Bapak akan berikan tubuh Bapak padamu, semuanya milikmu, setiap bagiannya,” katanya.
Setelah pulang sebentar, aku kembali ke rumah lelaki pujaanku. Kami bergulat penuh kenikmatan sepanjang malam hingga kelelahan. Aku terus menciumi tubuh laki-laki itu, bahkan ketika sudah lelap kecapaian. Pria yang begitu seksi, benar-benar seperti mimpi.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-48563284689541730132013-05-02T07:49:00.001-07:002013-05-02T07:49:10.227-07:00BIG sizePas gue lulus SMU gue dapat universitas dilain kota dan kebetulan orang tua gue punya rumah disitu sehingga gue bisa nempatin rumah itu sendirian. Emang sih asyik juga tinggal sendirian dan keluar dari rumah ORTU. Gue tinggal dirumah sendirian sama pembantu, pembantu gue ini udah ikut lama sama orang tua gue, jadi dia yg nyiapin perlengkapan gue mulai dari makan, cleaning, strika, dll. Sayangnya pembantu yg ada diortu gue pulang, jadi terpaksa si mbok yg kerja ditempat gue harus balik lagi ke ortu dan gue jadi sendirian nggak ada pembantu.
Beberapa hari tanpa pembantu, hidup gue jadi rada berantakan juga. Terpaksa gue kuliah pake baju yg kucel nggak disetrika, makan supermie tiap hari, so is life. Dan nyokap gue juga masih belum nyariin yg baru. Saking nggak tahannya akhirnya gue dapet alamat penyalur pembantu dari temen yg katanya gue bisa dapet pembantu yg bagus dan betah. Ngomong punya ngomong gue langsung hubungin penyalur itu. Gue telfon and bicara sama ibu2. Gue jelasin aja langsung bahwa gue lagi butuh pembantu yg all in, bisa macem2 dan kalo bisa yg betahan, nggak cuman keluar masuk semau dewek. Si ibu balik nanya, apa gue butuh pembantu yg rada tua atau muda, gue bilang terserah deh yg penting bagus, terus dia nanya lagi mau cowok atau cewek. Langsung aja sifat jantan gue bereaksi, kebetulan kalo bisa milih, yah gue pilih cowok aja deh, biar bisa rada cuek dan nggak risih, soalnya gue kalo dirumah lebih enak pake celana dalam doang. Akhirnya si ibu ngejanjiin bakal ngirim cowok yg muda besok pagi sesuai pesanan gue.
Besokannya yg kebetulan hari Sabtu, gue tenang2 dirumah sambil nungguin pembantu baru dateng. Pagi2 kira2 jam 9 datang cowok yg konon disuruh ibu penyalur untuk kerja ditempat gue. Terus gue tanya2 sedikit, akhirnya gue punya kesan ini cowok rada dekil dan pemales. Tapi apaboleh buat gue biarin aja nyoba dia kerja utk beberapa hari. Soalnya rumah udah mulai berantakan. Firasat gue akhirnya bener, pembantu baru ini nggak bisa disamain sama si mbok, orangnya males banget dan rada kurang ajar. Gue liat juga kerjanya jorok banget, dan akhirnya gue telfon ibu penyalur untuk menyampaikan complaint bahwa gue kurang puas sama dia. Untungnya penyalur ini cukup serius juga, bahkan si ibu langsung minta maaf, dan menawarkan pembantu lain. Setelah ngomong panjang lebar ditelfon, dia bahkan bilang: ...kalo mas pengen lebih pasti lagi, lebih baik mas datang aja kesini, disini ada 3 laki2 yg belum dapat kerja, mereka rajin dan bersih..., akhirnya gue setujuin aja gue datang kerumah siibu penyalur yg kebetulan cukup jauh dari rumah gue, untungnya gue punya mobil.
Pulang kuliah, sore2 gue nyempatin diri datang kerumah penyalur pembantu. Setelah gue cari cukup lama akhirnya ketemu juga. Gue langsung disambut sama siibu yg biasanya kita cuman kenal pertelfon. Tapi siibu menunjukan bahwa dia orang yg ramah, gue langsung disuruh duduk dan disuguhin minum. Sementara gue nunggu siibu panggil calon2 pembantu, akhirnya datang 4 kandidat, dan gue langsung salamin satu persatu. Tapi emang jodoh, diantara 4 cowok didepan gue ini ada satu yg rada menarik perhatiaan. Rambutnya tersisir rapih, kulitnya putih bersih, badannya tegap dan tinggi. Dan yg paling gue suka adalah sopan santun. Langsung aja gue bilang sama siibu, bhw gue ambil anak itu. Setelah pembayaran administrasi dan nego gajih selesai, gue bawa langsung pembantu putih ini pake mobil kerumah. Diperjalanan gue tanyain berapa lama dia udah kerja, asal dari mana, dll. Konon namanya dia Aan, orang Sunda dan dia udah pernah kerja 2 tahun di Bandung sebagai pembantu dan penjaga toko. Sampe dirumah gue langsung tunjukin kamar dan apa aja yg harus dia kerjain sehari2.
Setelah gue seminggu perhatiin, gue ngerasa cocok sama dia, semua kerjaan dikerjain dengan rapih dan nggak banyak cing cong.
Lama2 gue kesian ngeliat dia yg pake baju cuman itu2 aja, akhirnya gue sumbang T-Shirt gue yg gue udah bosen pake dan celana pendek yg biasanya gue pake untuk fitness beberapa potong. Biar lu tau aja biasanya gue selalu beli celana sport yg sexy dan ketat. Kebetulan badan dia nggak beda jauh dari gue, jadi dia bisa pake dan pas.
Ceritanya gue pulang dari kuliah, gue liat si Aan lagi nyuci mobil sambil pake celana sport mini yg gue kasih. Langsung aja gue bengong, karena selain dia udah basah kuyup, celananya yg basah ngejiplak abis, jadi lekuk pantat dan kontolnya keliatan jelas. Pikiran jorok gue langsung bekerja. Daripada gue langsung masuk rumah, gue ajak si Aan ngobrol aja sambil dia nerusin ngelap mobil. Gue perhatiin badannya yg cukup berotot, tangannya yg kuat dan berurat dan kakinya yg mulus buat gue langsung ngaceng. Gue perhatiin juga jiplakan dibalik celana basah yg nonjol. Pengennya sih gue langsung mijat2 pantatnya dia, tapi birahi tetep gue tahan, supaya nggak keliatan sama dia. Setelah itu gue masuk kerumah dan sebelumnya gue pesen ke dia: An, kalo lu abis mandi tolong buatin gue teh dan bawa kekamar... Si Aan ngangguk dan bilang saya udah selesai kok mas, nanti Aan langsung buatin teh. Gue nyaut: jangan sekarang deh, lu mandi aja dulu, setelah itu lo kekamar gue, ok. Sebenarnya gue udah nggak tahan lagi nahan birahi dan pengen langsung ngesex sama si Aan, tapi apaboleh buat, niat itu gue harus simpen dulu.
Akhirnya sebelum gue nonton tv, gue mandi dulu supaya bersih, maklum tadi dikampus udah keringetan. Dibawah shower gue ngebayangin badan si Aan, dan sambil maenin kontol yg udah ngaceng. Gue kocok tapi nggak sampe orgasmus, sayang soalnya seudah mandi gue pengen nonton bokep VCD dan gue bisa lebih enak ngocok sambil nonton.
Selesai mandi gue andukan ngeringin paha dan kontol yg rada lembab. Keluar dari kamar mandi rupanya dikamar si Aan udah nungguin siap dengan teh pesanan gue. ...Mas ini tehnya, kalo kurang manis saya bawain gulanya lagi... ; ...nggak usah An, gue nggak suka terlalu manis, dan gue juga ngejaga badan supaya tetap sehat dan nggak gemuk, oleh sebab itu badan gue keliatan atletis dan otot2nya jadi, walaupun nggak segede2 binaragawan. ; Kalo mas masih ada perlu lagi, panggil Aan lagi aja nanti... ; ...tunggu An, temenin gue dulu deh disini, lu duduk aja dikursi jangan berdiri terus... ; Karena sopannya si Aan langsung aja duduk dilantai sebelah kasur gue. ...Jangan An lu duduk aja dikursi, nggak usah malu2...
Disamping itu gue bener2 horny dan otak jantan gue yg lagi birahi mulai ngerembes diseluruh aliran darah gue yg lagi kehausan kontol cowok jantan, otak gua yg ada cuman KONTOL KONTOL dan KONTOL. Kontol gue dibalik handuk udah mulai nggak mau kompromi dan langsung keras nusuk handuk yg ngelingkar dipinggang.
An, lu bisa mijet nggak?? tanya gue rada terengah2 karena nahan napsu. Nggak terlalu bisa sih mas, tapi pernah juga mijet temen dan katanya pijetan saya enak...kata si Aan malu2. Ah.. nggak masalah An, tolong dong pijetin gue, badan gue agak pegel nih....kata gue bohong. Padahal pikiran gue cuman pengen tangan si Aan ngeraba seluruh badan gue yg bener2 sensitive sama lautan horny.
Setelah itu gue cari Nivea dibawah tempat tidur yg biasanya gue pake sebagai pelumas kontol kalo lagi ngocok diatas tempat tidur. Terus gue ambil posisi tengkurap diatas tempat tidur dan handuk mini gue tetep masih melingkar dipinggang untuk nutupin pantat gue. ...Aan boleh duduk diatas tempat tidur mas?... ; Duduk aja, biar lebih enak lagi, lebih baik lu buka aja kaos oblong lu... sahut gue; ...emang boleh mas? tanya Aan lagi. Iya nggak apa2 dan keliatannya celana lu kotor, lu buka aja sekalian. Si Aan malu2 bilang, kaos aja deh yg dibuka mas, biar celana pendeknya tetep Aan pake...; ...Jangan deh An, nanti kasur gue kotor, lu buka aja celananya, kan elu pake kolor, lebih enakan mijet cuman pake kancut doang supaya elu bisa naek keatas tempat tidur dan leluasa...kata gue ngebohong sambil sedikit maksa..., masalahnya gue pengen banget dia mijet sambil kontolnya rada nempel ke paha, kan horny banget tuh....Akhirnya dengan malu2 si Aan ngikutin juga kemauan birahi gue.... hehehehe
Pertama2 dia mijet betis gue rada lama; An rada naekan dong sedikit...pahanya... Paha gue diolesin nivea sama si Aan, pijetannya bener2 enak dan buat gue makin horny aja...Lama2 gue naekin handuk gue supaya pantat gue bisa keliatan lebih jelas lagi, dan si Aan bisa ngeremas2 pantat gue yg ototnya berbentuk dan cukup sexy. Dibalik itu kontol gue udah keras banget sampe dipuser dan udah keluar precum banyak banget, gue bisa ngerasain basah2 anget diperut gue. ...An kamu duduk dipantat gue dan pijetin punggung gue juga yah... ; Iya Mas !! jawab Aan. Dan akhirnya gue bisa ngerasain gundukan kontol si Aan yg hangat dan masih pake celana dalam diatas pantat gue dan tangannya sambil mijet pundak gue. Terasa juga kontolnya udah agak keras nusuk bantalan pantat gue....wah nggak tahan deh pokoknya.
...An, cukup deh, sekarang lu pijetin dada gue deh, gue balik dulu badannya.... Aan terus pindah kesamping setelah dari tadi duduk diatas pantat gue, gue curi2 pandang juga sambil perhatiin tonjolan dibalik kolornya yg warna biru tua. Dia posisikan kontolnya keatas, jadi bisa keliatan bahwa penisnya udah setengah ngaceng. Setelah gue balik badan dan telentang, gue suruh si Aan mijet dada gue dan sekitar perut. Sementara si Aan mijet dari Samping. Wah An, nggak enak tuh keliatannya, mendingan lu duduk diatas paha gue, biar lebih enak. Si Aan nurut aja sampe disitu... tapi tunggu dulu, gue buka aja deh handuknya. Handuk gue lempar kebawah, dan kontol gue ngaceng gede banget nempel sampe ke puser dan buah zakar gue masih ketutup sama kulupnya. Dibagian lubang pipis nempel cairan seperti embun, cairan precum yg dari tadi ngucur dari kontol. Si Aan bener2 kaget dan tercengang2 ngeliat kontol gue yg ereksi keras dan gede banget diatas perut. ...Mas, belum disunat yah...tanya Aan. Belum tuh, jawab gue. Kenapa gitu? tanya gue lagi. Enggak sih... saya baru pertama kali liat barang laki2 yg belum disunat...dan apalagi lagi ngaceng gini... ; Lu suka kontol yg nggak disunat nggak An? ... si Aan cuman senyum sambil nunduk dan mukanya merah banget, mungkin malu banget ditanya gue kaya gitu. Setelah itu dia duduk percis diatas kontol gue dan langsung mijet tete dan dada gue. Kontol gue yg panjang bersentuhan sama kontol si Aan yg masih dibungkus kolor....kadang2 gue maenin kontol gue sambil diusap2 kepahanya.
Lu udah pernah ngewe sama cowok belum An? Si Aan langsung kaget2 gue tanya kaya gitu, dan napasnya langsung terbata2. Dia nggak jawab sedikitpun, cuman mukanya aja merah padam. Nggak tau dia marah atau dia malu, tapi biar aja deh...yg penting gue mau nanya jujur kedia. Sambil Aan masih juga mijet dada gue dan kontolnya yg ngegosok kontol gue yg basah, gue tanya lagi. Kontol gue sama kontol kamu gedean punya siapa? tanya gue...Punya mas lah lebih gede ! jawab Aan ; ...masa sih? kata gue pura2... kalo gitu liat dong.. paksa gue. Idih...malu ah mas.... ; nggak usah malu deh, kan kita sama2 cowok, buka deh kolor kamu! ...Jangan ah mas, Aan malu...; nggak apa2 An...gue aja dari tadi telanjang nggak malu, dan elu udah dari tadi ngeliat kontol gue... Akhirnya gue paksa Aan buka celana dalamnya, dan agak sedikit ditahan akhirnya CDnya kebuka juga....Gue nggak nyangka kontol lu gede juga yah An...item lagi, uratnya nonjol gitu. Tangannya berusaha nutupin kontolnya yg udah ngaceng, tapi tetap nggak bisa ketutup karena panjang dan diameternya lebih gede dari tangannya sendiri. Gue cuman tersenyum girang banget...akhirnya gue tau bahwa dia juga ketularan birahi.
Sementara itu Aan balik duduk diatas paha dan tangannya mulai mijet dada . Kontol & peler Aan ngegesek percis diatas kontol gue, dua2 nya ngaceng abis dan mulai mengeluarkan precumnya masing2. Tangan gue ngeremes2 pantat dia yg gempal dan sekali2 mijet tetenya yg masih perawan. Gosokan kontol Aan ke kontol gue makin panas, dan gue cuman bisa aaahhh...ahhhhh enhaakk banget An...terusin....Aan pun makin nggak konsen mijetnya, napasnya mulai naek turun....akhirnya gue tarik aja badannya nidurin badan gue. Kepalanya gue tarik rambutnya gue usap2, dan akhirnya bibir gue nggak tahan nyium bibirnya yg kasar. Nafasnya bau odol makin gue nggak ragu2 lagi nyodorin lidah gue masuk kemulutnya.
Gue tau mungkin ini baru pertama kali Aan ciuman sama laki2, karena dari iramanya masih berantakan. Tapi gue tetep maenin lidah gue nyipok mulutnya. Aan cuman bisa mendesah2....mmmmhhh mmhhhh nikmatin ciuman ini sambil matanya terpejam dan kadang2 meringis....
Sambil gue balikin badan Aan supaya telentang, gue memohon kedia supaya tetap tenang... An...gue pengen ngerasain kontol kuda lu yg item, buka paha lu yg lebar.... Aan ngeliatin gue kebawah yg lagi ngisep kontolnya yg berurat... nnyyhhh nyyuppph cllkckk cllkkck. Pelan2 bijinya juga dikulum dan sedikit digigit, dia meringis.... dan mendesah2...ahhnghhhh ngghhh ...Pahanya gue buka lebih lebar lagi supaya keliatan lubang pantatnya yg sedikit berbulu....aduh...bagus banget nih anak....lubangnya item dan pantatnya berotot.....setelah itu gue jilat dan lubangnya difuck pake lidah....Aan langsung kaget....jangan mas....kotor...., jangan.... ; nggak papa kok An...gue pengen banget service pantat lu.... pasti kamu suka deh...., akhirnya gue maksa supaya dia tetep tenang, dan lidah gue mulai maenin lobangnya yg item jantan. Tangannya mulai pegang kepala gue dan rambut gue dijambak sekuat2nya....Aan tetap keenakan dengan jilatan lidah gue....
Sekarang gantian dong...lu isep kontol gue. Tanpa a i u lagi langsung kontol gue dikenyot kaya orang rakus dan kehausan peju... Biji gue juga diisep dua2nya...nikmat banget. Setelah itu gue nungging dan minta Aan ngejilat pantat gue. Awalnya dia cuman ngejilatin bulu2 dipinggir pantat, tapi lama2 dia jadi kesetanan, lobang gue disedot abis dan dimaenin sama lidahnya....sampe gue puas.
Aan meluk gue lagi dan kita ciuman lagi, kontol kita saling bergesekan, perut kita udah basah sama precum. Keringat gue dan keringat Aan ngucur makin banyak, badan kita udah mengkilap basah dan bergesekan. Licin banget dan horny banget. Aduh...duh...mas.... Aan mau keluar nih..... ; tunggu An, tahan bentar, kita barengan ngecretnya....Aan jongkok didepan gue dan gue telentang, kita dua2nya ngocok kontol masing2 sekuat2nya, tapi tangan kiri megang biji lawannya. Gue paksa jari manis gue nusuk pantat Aan, dia kesakitan, tapi kocokannya makin kenceng. An...jari lu juga masuk pantat gue dong.....dan jari Aan masuk juga pantat gue sedalam2nya.... Kita ngocok hadap2an..... hhhammmm ckkllllkc hmmmmhh ahhhhh ahhhh ahhhh Aduh gue keluar nih bentar lagi... ahhh saya juga massssh.. sekarang.... muncratin ke perut gue semua maninya An....yaaa yaaah yahhhhhhhhh... ooooh ohhhh crrt crrrrrrt crrrrrt oh mas demi Allah saya suka kontol mas ...ahhhh ahhh crot crot. Mani Aan ngebanjirin perut, dada dan tangan gue, sementara kontol Aan penuh sama peju gue.
Badan kita berdua ngegelinjang kaya kesetrum listrik 1000 watt. Aduh....nikmat banget...lemes banget....
Kita berdua ngebiarin mani kita nempel ngebasahin perut masing2. Gue peluk Aan dan ciumin bibirnya. Capek banget tapi nikmatnya nggak ada duanya. Gue bisikin pelan2... An, nanti kalo setengah jam ngaceng lagi lu entot pantat gue yah....gue butuh banget....nanti gue entot juga pantat lu...Aan cuman bisa bilang, iya mas...Aan juga pengen nyoba.
Terus kita istirahat sambil liat bokep gay, dan setengah jam kemudian maen lagi....Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-64456902335318186382013-05-02T07:44:00.001-07:002013-05-02T07:44:07.441-07:00Gubuk KenikmatanIni adalah kisah nyata yang terjadi padaku sekitar beberapa bulan lalu, meskipun terlihat seperti khayalan, inilah cerita yang sesungguhnya terjadi antara aku dan supirku Mukhlis.
Pada hari itu aku sedang dalam perjalanan menuju Lumajang untuk menyegarkan pikiran seusai ujian yang baru saja berlangsung. Aku berangkat berdua bersama supirku, Mukhlis. Meskipun umurnya mungkin sudah menginjak usia 40an, ia terlihat masih gagah. Dadanya yang tegap dan lengannya yang kekar tidak menunjukkan bahwa ia sudah berusia 40an. Setelah beberapa jam mengemudi, Mukhlis akhirnya meminta waktu untuk beristirahat sebentar, ia menghentikan mobil di samping padang rumput yang sepi dan menggelar tikar, lalu tidur diatasnya. Terik matahari yang panas menyengat membuatnya melepaskan kaus singletnya hingga terlihatlah otot yang seksi itu, membuatku ingin menikmati tubuhnya, ketiaknya yang dipenuhi dengan bulu-bulu semakin membuatku terangsang. Aku mendekatinya dan mencium aroma keringatnya yang sangat jantan, aku meraba-raba dadanya yang berkilat-kilat karena keringat. “Den Calvin lagi ngapain?”, ia tampak kaget melihat aksiku, namun tidak berkata apa-apa. “Ga ada apa-apa kok pak, cuma pingin pegang aja”, jawabku. “Mau pegang apa den emang? Pegang aja ga apa apa kok.” Kemudian ia mengarahkan tanganku ke dadanya yang kekar dan membimbingku untuk mengelus-ngelusnya, menuju putingnya yang hitam ke perutnya yang berotot. Kemudian memegang kepalaku dan mengarahkan mulutku ke bibirnya, ia sangat pandai melakukan french kiss. “Pak, emang bapak suka cowok?”, “Engga den Calvin, bapak kangen banget sama istri bapak di kampung, dan liat wajah den Calvin bapak jadi nafsu, maklum udah lama ga coli, den Calvin mau ngga coliin bapak?” Tanpa berpikir lebih lama lagi, aku membuka retsletingnya dan mengarahkan kontolnya keluar, kontolnya yang sudah setengah ngaceng itu terlihat sangat besar, kuusap-usap beberapa saat dengan ludahku, kemudian kontol itu ngaceng tegak sempurna, kontolnya panjang sekali, sekitar 20cm dengan diameter sekitar 5cm. “Den coliin bapak dong den..” pinta Mukhlis kepadaku, aku pun membuka mulutku dan mengulum kontolnya. Tanganku bergerilya di atas putingnya, ia hanya mengerang keenakan serta menjambak rambutku. Ia kemudian berdiri, lalu memaju mundurkan kontolnya ke mulutku seperti sedang mengentot sambil menjambak-jambak rambutku. Aku mengulum kontolnya seperti seekor anjing menjilat-jilat majikannya, dan ia mengentot mulutku dengan binalnya seperti ia mengentot istrinya. Keringat peluh membasahi tubuhnya, membuatnya sangat seksi. Setelah sekitar 10 menit bergerilya di mulutku, ia semakin cepat memasukkan kontolnya “ARGHHH DEN AKU MAU KELUAR!!” CROOOOT CROTT CROOT CROTTT!! Pejunya banyak sekali hingga keluar dari mulutku karena aku tidak sanggup menelan semuanya, ia lalu mengusap-usapkan kontolnya yang masih bercampur peju di wajahku, akupun membersihkan sisa pejunya dengan lidahku. “Makasih ya den, ayo masuk ke mobil, bapak tahu tempat yang sepi disini jadi kita bisa ngelanjutin yang barusan.” Ia mengenakan kembali singletnya dan mengajakku kembali ke mobil dan melaju kembali sekitar 5 menit dari tempat awal tadi hingga kita menuju ke sebuah gubuk “ini tempat kesukaan bapak coli den kalau bapak lagi perjalanan jauh ke Bondowoso, dijamin aman deh!”.
Ia mengajakku keluar dari mobil dan masuk ke dalam gubuk tadi, lalu mengunci rapat-rapat gubuk yang pengap itu sehingga udara semakin panas. Ia kemudian mendorongku ke kasur yang ada di gubuk itu dan melucuti pakaianku, tangan kanannya memainkan putingku, sementara tangan kirinya mengunci kedua tanganku, dan lidahnya menempel pada lidahku dengan birahinya. “Den bapak akan buat kamu puas hingga ke langit ketujuh!” ia kemudian dengan kasarnya membuka seluruh pakaianku hingga aku telanjang bulat, sementara ia masih memakai baju lengkap. Bau keringatnya yang jantan memenuhi seluruh gubuk membuatku semakin terangsang, ia menyodorkan kontolnya yang mencuat dari retsleting jeansnya ke mulutku, kukulum kontolnya dengan semangat sementara ia mengikat kedua tanganku ke atas, kemudian ia menjilat-jilat ketiakku dengan bernafsu, menuju kedua putingku, ia memelintir kedua putingku dan menjilat kemudian menggigit-gigit kecil keduanya. Setelah beberapa saat dalam posisi itu, ia akhirnya melepaskan kembali kaus singletnya hingga ia hanya memakai celana jeansnya saja dengan kontolnya yang keluar dari retsletingnya. “Den Calvin mau ga dimasukin sama pak Mukhlis?” ia berkata sambil menepuk-nepuk pantatku “Mau banget pak, masukin aja pak”, setelah mendengar izin yang kuberikan, dia melumuri jarinya dengan ludahnya, lalu berusaha memasukkan jari-jarinya yang kasar ke lubangku. “Auh sakit pak, pelan-pelan pak!” pintaku yang sebenarnya keenakan karena lubangku yang sudah lama tak dientot ingin segera dipuaskan. Kemudian ia melepaskan kulumanku terhadap kontolnya, kontolnya yang basah itu ia arahkan dan gesek-gesekkan ke lubang pantatku. “Den bapak masukkin ya” belum selesai ku berkata iya, ia sudah dengan bersemangat memasukkan kontolnya yang gede itu ke dalam lubangku. “ARGHH! PAK MUKHLIS KONTOL BAPAK BESAR SEKALI!! ENAK SEKALI PAK!!” teriakku karena rasa sakit dan enak yang bercampur jadi satu. “Gila lubangmu sempit amat den! Lebih sempit daripada memek istri bapak vin! Bapak akan membuatmu nikmat vin! Santai saja!” ia berada di atasku menghadap wajahku, dengan semangatnya ia mengentotku sambil mencium dan menjilat lidahku serta putingku “Vin bapak seneng sekali sama kamu vinn! Kamu lebih enak daripada istri bapak vin!” sambil mengentotku. Ia menjilat-jilat ketiakku dan menggigit-gigit putingku hingga berbekas, semangatnya membuatku kewalahan, keringatnya yang segede jagung kujilat-jilat, rasanya asin tapi sangat jantan. Setelah beberapa saat dalam posisi itu, ia melepaskan kontolnya yang basah, kemudian berbaring dan menyuruhku duduk di atas kontolnya. Kumasukkan kontolnya yang basah ke lubang pantatku, lalu naik turun di atas pinggangnya berpegangan ke perutnya. “argh terus vin.. pantat kamu sempit banget.. enak sekali vin!!”, ia menarik tanganku hingga aku berpegangan pada tembok, lalu mulai menghisap-hisap putingku “oh vin putingmu lebih enak daripada istriku!!” aku hanya mengerang keenakan karena kontolnya yang gede panjang itu menyodok-nyodok setiap inci lubangku dengan kerasnya. Puas menyodok lubangku dengan posisi itu, ia menyuruhku untuk berputar menghadap tembok, lalu menarik tubuhku hingga tubuhku yang basah berkeringat menempel pada tubuhnya yang juga basah oleh keringat jantan. Ia semakin bersemangat mengentotku, mulutnya semakin liar menggigit-gigit putingku, lalu menuju mulutku dan ke telingaku “argh vin sempit benerr, bapak ga tahan vin.. bapak suka banget sama kamu vin.. kamu lebih enak daripada istri bapak!!”, kemudian entotannya semakin keras, ia menggerakkan pinggulnya seperti orang kesetanan, lalu dengan rakusnya melahap lidahku sambil kedua tangannya yang kasar memelintir dan memainkan kedua puting susuku. “AAARGH BAPAK MAU KELUAR LAGI VIN!!” “AKU JUGA MAU KELUAR PAK!! KELUARIN AJA DI DALAM PAK!” CROTT! CROOOT! Pejuku keluar terlebih dahulu, ejakulasiku membuat lubang pantatku semakin sempit dan menghimpit kontolnya yang ada di dalam lubangku, “AAAARGH BAPAK MAU KELUAR!” CROOT CROTT CROOOOT CROOT ! Semburan pejunya di dalam lubangku terasa panas. Ia menyemprotkan banyak sekali peju ke dalam lubangku tanpa ampun. “vin bener lubang orang cina sempit banget, enak banget ngentot sama orang cina kayak kamu vin.. lebih enak daripada istri bapak.. makasih ya vin..” ia menciumku lalu menutup mata dan terlelap sementara kontolnya masih di lubangku, aku puas karena telah mendapat kehangatan pejunya di mulut dan lubangku, kami tidur hingga pagi menjelang dan meneruskan perjalanan kami ke Lumajang.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-29952679636163358132013-05-02T07:43:00.001-07:002013-05-02T07:43:14.377-07:003Siang itu aku sedang berada di lingkungan sekolah SMPku yang lama untuk sekedar bermain-main hingga aku bertemu pak Bambang guru olahraga favoritku. “Pak kita main di atas yuk, udah lama kita ga main basket bareng nih!”, “boleh dek, ayo naik ke atas”. Kami menaiki tangga hingga ke lantai atas, “Dek bentar ya kuncinya ada di ruang saya di atas, ayo ikut bapak ambil kunci”. Setelah naik ke ruangannya, ia tiba-tiba menutup pintu lalu mendekapku “Aku tahu gelagatmu itu! Kamu mau kan ngerasain kontol bapak? Hah? Mau kan? Maksudmu gitu kan?” sambil menyodorkan kontolnya yang besar itu, panjangnya dapat mencapai 20 cm dengan diameter sekitar 6 cm. “Ayo isap kontol bapak! Bapak tahu kamu mau! Bapak bisa lihat mata kamu yang tergoda itu!” aku langsung menyamber dan mengocok-ngocok kontolnya lalu memasukkannya ke dalam mulutku. “Oh ya vin.. Kamu bener-bener tau apa yang bapak mau.. Sudah lama bapak ga ngentot lonte-lonte. Kamu mau ga vin dientot sama kontol bapak ini?” Dientot?? Sama kontol gede kayak gini? Siapa yang kagak mau?? Aku terus menyepong kontol gedenya, precum mengalir di dalam mulutku, jembutnya menggelitik hidungku, udara pengap di dalam ruangan tertutup itu membuatnya melepaskan bajunya hingga hanya tersisa celana trainernya saja, otot dada dan lengannya yang kekar serta perutnya yang sixpack berlumuran keringat hingga membuatnya makin seksi. Ia semakin cepat menggerakkan kontolnya di mulutku, rambutku dijambak dengan keras, mulutku seperti lubang memek baginya “AAH VIN BAPAK MAU NGECROT!!” CROOOOT CROOTT CROOTT!! Kurasakan mulutku penuh oleh pejunya, ia melepaskan kontolnya dari mulutku dan berbaring sebentar di ranjang untuk senam. Kemudian dia bangkit dan mulai melucuti pakaianku dengan nafsunya hingga aku telanjang bulat di depannya. Ia menciumi mulutku dari belakang dengan birahinya “Vin mau kan dientot bapak? Bapak akan puasin kamu vin.. Mau kan vin?” sambil memilin-milin kedua puting susuku “mau banget pak, fuck me pak sekarang!! Entot aku pak!!” tiba-tiba ia membanting tubuhku ke kasur, lalu ia meludah di lubang pantatku dan membasahi kontolnya yang gede itu. Tanpa babibu lagi ia perlahan-lahan memasukkan kontolnya ke lubang pantatku, plokk plokk plokk terdengar suara kontolnya di lubangku “Arghh enak pak!! Gede amat!! Terus pak masukin yang dalam pakk!!” “lubangmu sempit banget vin!! Lebih sempit daripada memek lonte!!” kami mengentot dengan posisi doggy style, ruang yang panas membuat suasana semakin seksi. KREEKKK! Tiba-tiba pintu ruangan dibuka “Bang! Enak amat lu ngentot! Ga ngajak-ngajak lagi!” ternyata guru olahraga yang kedua, pak Deni masuk menerobos “Hai Den! Enak loh ngentot dia, mau gabung ga nih?” Pak Deni yang masih berbaju lengkap membuka resleting celananya dan menyodorkan kontolnya yang ga kalah gedenya dengan pak Bambang ke mulutku. Aku telanjang bulat di antara kedua mantan guruku, satu sedang menghajar lubang pantatku, dan satu sedang mengentot mulutku, pak Deni kemudian juga membuka bajunya hingga hanya memakai singlet saja, otot lengannya juga tidak kalah kekar dengan pak Bambang. “Bang gantian dong! Enak amat lu ngentot dia dari tadi! Gua juga mau nih!” “Iya iya Den! Eh Calvin mau coba ga dientot berdua sama kami?” tanya pak Bambang dengan nafsunya kepadaku. “Mau pak!! Cobain aja! Pasti muat kok!!” Pak Bambang menghentikan entotannya di pantatku, dan dan pak Deni mengeluarkan kontolnya dari mulutku, pak Bambang kemudian menggendongku, dan membalikkan tubuhku hingga berhadapan dengan wajahnya sementara kontolnya masih menancap rapat di lubangku, bibirnya sibuk bergerilya dengan lidahku, kemudian pak Deni dengan perlahan-lahan berusaha memasukkan kontolnya ke dalam lubangku yang sudah berisi kontol pak Bambang “Argh sakit pak!! Tapi enak banget! Masukin yang dalam pak!!” aku terpekik menahan sakit dan enak yang melebur jadi satu. Kontol pak Deni sudah masuk sepenuhnya, kami pun mulai bergerak, aku berpegang erat-erat pada punggung pak Bambang, pak Deni mulai memaju mundurkan pinggangnya sambil meremas-remas putingku, dan pak Bambang mengimbangi ritme pak Deni, ketika kontol pak Deni ditarik keluar, pak Bambang mendorong kontolnya masuk ke dalam, dan seterusnya. “Den istri lo mana mungkin mau dibeginiin!” “Ga mungkin mau Bang! Lagi memeknya juga ga seret kayak gini” omongan kotor mereka semakin membuatku horny, telanjang bulat diantara dua orang berotot besar dengan pakaian yang masih menempel sambil dientot berdua, yummy enak sekali. Kami kemudian berganti posisi, Pak Bambang berbaring di ranjang untuk senam yang telah basah oleh keringat kami, aku kemudian duduk di atas kontolnya membelakanginya, aku bertumpu di atas perut pak Bambang, sementara pak Deni di depan menghadapku dan perlahan-lahan memasukkan kontolnya ke lubangku yang sudah ada kontol pak Bambang di dalamnya, kemudian dengan binalnya menciumiku seperti aku adalah istrinya. Pak Bambang menarik tubuhku hingga jatuh ke atas dadanya, membuatku melepaskan ciumanku terhadap pak Deni. Pak Bambang kemudian ikut menciumiku dengan rakusnya melahap lidahku, sementara pak Deni mulai menggerakkan pinggangnya maju mundur. Mulut pak Bambang berhenti mengerjai mulutku, dan mulai bermain di lubang telingaku, spot yang membuatku sangat terangsang, sambil memainkan jari-jarinya di kedua puting susuku, ia memilin-milin dan memelintir putingku dengan nikmatnya. Keringat pak Deni jatuh di atasku, beberapa jatuh di wajahku dan kujilat, asin nikmat rasanya. Bayangkan diantara 2 lelaki jantan yang sedang mengentot dengan keringat yang bercucuran segede biji jagung menetes! Bayangkan 2 kontol di dalam lubang pantat sempit sambil 2 puting susu dimainkan, betapa nikmat rasanya. Bau keringat jantan memenuhi ruangan pengap itu, membuat suasana semakin seksi, namun semua yang nikmat pada akhirnya akan berakhir. “Bang aku bentar lagi mau keluar!! Kita keluarin bersama-sama ya!!” “Ayo pak Deni!! Keluarkan semuanya di dalamku!! Terus pak!! Fuck me hard!! Entot aku pak!!” terangsang oleh kata-kataku, pak Bambang semakin keras mengentotku, 2 kontol di lubangku menyentuh suatu bagian di pantatku yang sangat enak, membuat kontolku terangsang dan akhirnya muncrat CROTTT. Orgasmeku menyebabkan lubang pantatku semakin sempit dan mencekik 2 kontol di dalamnya “DENI AKU MAU KELUAR!! VIN AKU KELUAAR ARGH!!” CROOOT CROOOT CROOOTTT pak Bambang mengeluarkan seluruh isi pejunya di dalamku “sialan lu Bang! Pejumu kena kontolku!!” CROTTT CROOOOT CROOOOOT CROTTTT pak Deni akhirnya keluar juga di lubangku, terasa panas perutku akibat semburan pejuh 2 kontol lelaki jantan kekar. “makasih ya Calvin, bapak puas banget, kamu mau ngga jadi pemuas kami berdua lagi?” “mau banget pak, aku sangat ingin jadi pemuas bapak berdua”. Kami berbaring sebentar dan akhirnya tertidur sejenak dengan kedua kontol masih didalam lubangku. Ketika kubangun, ternyata mereka sudah lanjut ronde kedua, and the fuck goes on..Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-20409534337660300232013-05-02T07:42:00.001-07:002013-05-02T07:42:53.815-07:00ABG Vs GigoloJam sebelas lebih sepuluh. Itu artinya, sudah hampir satu jam aku dibuat menunggu oleh Michael. Aku tak habis pikir, ini sudah yang ketiga kalinya aku melayani anak bos itu, dan tiap kali selalu saja ia datang telat dari janji yang dibuatnya sendiri. Kalau dibilang ia segan menemuiku, sangatlah tidak mungkin, mustahil, kami saling menyukai, dia menyukai tubuhku dan aku menyukai uangnya. Kalau ia kapok, ia pasti tak akan "memanggil"-ku lagi, apalagi sampai tiga kali.
Tapi sebagai seorang pekerja yang baik, aku memang harus siap menghadapi pelanggan semacam Michael, aku tak boleh banyak protes. Aku pun ingin bekerja secara "profesional" seperti apa yang sering didengungkan oleh orang-orang yang duduk di kantoran. Kurasa, profesionalisme bukan hanya milik sebagian orang saja, seorang pekerja seks-pun pasti akan lebih laris kalau ia bekerja secara profesional. Benar tidak? Karena itu, aku menurut saja ketika kemarin malam, Michael memintaku datang jam setengah sebelas di hotel ini, tempat kami biasa check-in sebelum ini, sebuah hotel yang sewa kamarnya saja mencapai tarif 600 ribu semalam.
"Sudah lama nunggunya?" tiba-tiba Michael menepuk pundakku dari belakang sampil tersenyum padaku, memamerkan kedua lesung pipinya yang luar biasa menawan.
Michael memang remaja yang ganteng, aku akui. Sekilas, orang tak akan menyangka kalau orientasi seks-nya lebih kepada sesama laki-laki daripada kepada lawan jenisnya. Kulitnya putih dan badannya bersih, belum lagi bodinya yang ramping dan penampilannya yang sangat cool. Tak berlebihan, jika aku lantas mulai menyukainya juga, meski sebelumnya aku tak pernah benar-benar menyukai laki-laki. Aku sebenarnya terlahir sebagai lelaki normal, namun mungkin karena profesiku inilah yang terkadang menuntutku untuk melakukan "kontak" dengan lelaki, yang pada akhirnya membuat orientasi "seks"-ku menjadi kacau.
"Yah, lumayan lama juga nunggunya. Hampir satu jam. Kenapa telat?" tanyaku seraya bangkit dari sofa di lobby hotel, tempat aku menunggu sejak satu jam yang lalu. Kami lantas berjalan beriringan mendekati meja resepsionis untuk selanjutnya menuju sebuah kamar di lantai tiga yang sudah di-booking Michael.
"Sorry, aku baru pulang clubbing." sahut Michael sambil merangkulku. Sudah biasa, kalau remaja kota seumuran Michael yang masih kelas 2 SMU sering menghabiskan waktunya keluyuran bersama teman-temannya, ia selalu menyebutnya "clubbing". Entahlah, apa saja yang mereka lakukan di luar sana, aku tak begitu peduli, lagipula itu bukan urusanku.
Ketika kami berdua menyusuri lorong lantai tiga, Michael tampaknya sudah mulai tak sabar melepaskan hasratnya, ia merangkulku lebih erat. Kali ini bukan di pundak, namun di pinggangku. Dan tangan kirinya yang mulai gatal, mengelus-elus perutku. Sesekali ia menciumi lengan dan leherku. Untung saja, lorong hotel itu begitu sepi dan tak ada seorangpun yang melihatnya. Tak berapa lama kemudian, tibalah kami di depan pintu kamar 335. Michael langsung memasukkan anak kunci ke lubangnya, dan kemudian memutarnya untuk membuka pintu. Setelah kami masuk, Michael langsung mengunci kembali pintu kamar.
Di balik pintu itulah, Michael langsung memelukku. Kami saling berpagutan lidah satu sama lain untuk beberapa lama. Aku mulai merasakan sentuhan bibir hangatnya melekat di bibirku. Michael memang hebat sekalipun usianya masih belia, bahkan terpaut lima tahun lebih muda dariku, tapi untuk urusan yang satu ini, ia seperti seorang yang sudah sangat berpengalaman.
Aku lantas membimbing Michael menuju kasur empuk yang ada di dalam kamar itu, aku membanting tubuhnya, menindihnya sambil tetap berpagutan satu sama lain. Tak puas sampai di sana, tanganku mulai beraksi mempreteli satu per satu pakaian yang melekat di tubuh Michael, T-shirt merahnya, sampai kaos oblong yang dipakainya. Lalu, aku mulai melonggarkan sabuk kulitnya untuk mempermudah memelorotkan celana jeans yang dipakai Michael. Sepatu sportnya pun tak ketinggalan, ku tanggalkan juga. Tak ada selembar pakaian pun yang kusisakan selain celana dalam putih dan kaus kaki yang dipakainya, dan luar biasanya ia malah tampak lebih tampan dengan keadaan telanjang seperti itu, apalagi dengan seuntai kalung emas yang berkilatan melingkar di lehernya. Dan kini, pemandangan indah itu terbentang tepat di depan mataku.
Michael pun tak mau kalah, ia juga melucuti pakaianku satu per satu. Aku malah dibuatnya telanjang bulat. Lalu, ia membalikkan tubuhku dalam posisi telentang. Michael mengangangkan kakiku sedikit lebih lebar dan kemudian ia menghisap batang rudalku. Dikulumnya dan dibawanya keluar masuk mulutnya, sampai sepanjang penisku basah oleh air liurnya. Aku mengerang, sambil merasakan gigitan-gigitan nakalnya di penisku, bahkan sampai ke buah pelirku. Sesekali ia mencengkeram penisku dan menjilati ujungnya dan bagian kulupnya bergantian. Aku tak tahan merasakan rasa geli di bagian bawah sana, geli yang bercampur nikmat.
Setelah tiba giliranku, maka aku pun berbuat tak kalah liar dengan apa yang dilakukan Michael tadi. Aku pun menikmati batang kejantanan Michael yang panjangnya tak kurang dari 15 cm itu dengan bulu-bulu halus yang mulai memanjang yang tumbuh liar di seputar kemaluannya. Aku memberikan servis terbaikku untuk pelangganku yang satu ini, karena aku memang mulai menyukainya. Bahkan untuk dia, sekalipun aku tak dibayar kali ini, aku rela. Tapi Michael bukan tipe orang yang suka diberi servis gratis, ia sangat mengerti, kalau aku hidup dari bekerja seperti ini, kalau tak dibayar, maka aku tak dapat uang hari ini.
Malam itu kami bertempur habis-habisan. Aku tak bisa menceritakan semuanya secara detail, karena selebihnya dari foreplay itu, aku tak ingat lagi secara detail apa saja yang kami lakukan. Yang jelas, kami melakukan yang lebih baik dari pertemuan sebelumnya, bahkan saat kami mulai mandi bersama untuk membersihkan badan seusai bertempur, jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 4 pagi.
"Kau mau kuantar pulang?" kata Michael esok siangnya selepas kami bangun tidur.
Ia berbaring disisiku dan menggenggam sebelah tanganku. Dengan setengah mengantuk, aku membalikkan badanku berhadapan dengan Michael.
"Tak usah repot-repotlah. aku naik taksi saja, ok?" sahutku dengan suara lemah.
Michael kemudian berbalik, ia mengambil celana jeansnya yang tergeletak di meja dekat kasur dan kemudian mengambil dompetnya. Kemudian ia menyodorkan sepuluh lembar uang seratus ribuan kepadaku. Lagi-lagi, ia tersenyum, aku juga balas tersenyum sambil menerima uang jasaku untuk semalam, "trims."
"Kau yakin tak mau diantar? Tak keberatan kan kalau aku ke tempat kosmu?" tanya Michael sekali lagi. Sesaat aku hanya diam, aku mengelus muka Michael yang bersih.
"Maaf aku tak bisa menerima tawaranmu. Lebih baik jika kamu tidak tahu dimana kosku, kau bisa menelponku lagi jika butuh servisku. atau barangkali untuk sekedar melepas kangen." gurauku.
"Kalau begitu, aku masih butuh servismu satu hari ini lagi, bagaimana?"
"Memangnya kamu nggak pulang? nggak dicari orang tua nih?"
"Orangtuaku di luar kota, jadi aku punya sedikit kebebasan."
"Okelah kalau begitu. Aku juga kebetulan nggak ada janji hari ini,"
Jadilah selama dua hari itu aku menemani Michael yang "kesepian" ditinggal oleh orang tuanya. Jam sebelas siang, kami beranjak dari kasur dan mandi. Bahkan ketika kami di dalam bath tub pun, kami masih tak cukup puas untuk menyalurkan hasrat kami masing-masing. Dalam keadaan yang sama-sama telanjang bulat, kami bergumul di dalam bath tub yang sempit itu. Asyik dan jauh lebih seru daripada semalam, dengan bermandikan busa-busa sabun yang melumasi badan kami saat itu.
"Vian, aku mau ngoral." pinta Michael sambil meremas batang rudalku di dalam air hangat yang memenuhi bath tub. Aku pun menurut saja, apalagi rudalku saat itu sudah melesak karena full ereksi dengan panjangnya yang 15 cm itu, tak jauh beda dengan punya Michael.
Aku menarik badanku, merangsek ke bibir bath tub dan duduk di atasnya. Muka Michael di dekatkan ke kepala penisku, makin lama makin dekat, dan akhirnya, "Plok."
Michael mencaplok penisku, kemudian menghisapnya maju mundur dengan nikmatnya. Otomatis, aku tak kuasa menahan kenikmatan yang kurasakan saat itu, aku mendesah, mengerang dan menggelinjang sambil menikmati permainan Michael.
Michael cukup lama mengoralku saat itu.
"Kau liar juga, Mich." kataku sambil mengelus rambutnya, sambil sesekali mendorong perlahan kepalanya untuk memasukkan penisku ke dalam mulutnya yang mungil.
Michael melirikku dari bawah sana, ia hanya tersenyum menanggapi kata-kataku barusan.
Setelah Michael puas mengoralku, sampai spermaku pun muncrat memenuhi mukanya, aku mengangkat tubuh Michael, kemudian mendudukkannya di tempat dimana aku duduk tadi.
"Sekarang giliranku." kataku sembari mencengkeram penis Michael yang keras membatu.
Michael pun pasrah saja, ketika aku mulai memasukkan penisnya yang kemerahan dan tak bersunat itu ke dalam mulutku, menghisapnya dengan berirama keluar masuk mulutku. Lama kelamaan, kurasakan penis Michael makin kenyal seiring dengan cairan hangat yang kurasakan menyemprot masuk dari penis Michael ke dalam kerongkonganku. Sampai-sampai aku dibuat tersedak karenanya.
"Vian, minggu depan aku akan ke Paris, ke tempat Opaku. Namun, mungkin aku tak akan kembali kemari sampai libur natal nanti." kata Michael sesaat setelah kami memutuskan untuk beristirahat di dalam rendaman air hangat. Kami saat itu duduk berhadapan di dalam bath tub, aku memandang Michael dengan tatapan penuh tanda tanya. Apakah ini berarti aku akan kehilangan satu pelanggan setiaku lagi.
"I"m sorry. Aku akan melanjutkan SMU-ku di Jerman. Mulai bulan depan, awal semester baru disana. Sebenarnya, berat juga meninggalkan teman-temanku di sini, tapi mau bagaimana lagi? Aku terpaksa." tutur Michael dengan muka muram.
Saat itu, barulah terlihat tekanan batin yang ia rasakan saat ia harus mengikuti kemauan orang tuanya. Michael banyak bercerita tentang watak kedua orang tuanya yang keras, sehingga dari sana pula, aku dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa Michael termasuk salah satu dari jutaan anak yang kurang mendapat pelukan kasih sayang dari seorang ayah, mirip dengan kisah perjalanan hidupku yang besar tanpa tahu siapa ayahku.
Dari kurangnya kasih sayang itulah, Michael lantas mencoba mencari kasih sayang di luar dengan caranya sendiri dengan memanfaat fasilitas materi yang diberikan oleh orang tuanya. Ia memang termasuk kaya untuk ukuran anak seusianya, meski semua yang ia miliki adalah kepunyaan bapaknya.
Dengan pekerjaanku ini, entah sudah berapa banyak aku menemui orang-orang yang seperti Michael, baik pria atau pun wanita. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang kesepian, mengalami kehampaan hidup, dan berusaha memperolehnya dariku. Padahal aku sendiri, kalau mau jujur, aku pun adalah seorang yang sangat kesepian, terkadang aku malah berpikir bahwa hidupku ini tak ubahnya seperti sampah yang berbau busuk, bahkan sudah tak ada harganya lagi. Untung saja, sepak terjangku di dunia hitam ini tak sampai menyisakan penyakit kelamin bagiku, jika tidak, aku bukan hanya hidup sebagai sampah, namun mati pun akan sebagai sampah.
Berpisah dari Michael sebenarnya juga menjadi penolong bagiku untuk lepas dari profesiku sebagai gigolo. Beberapa bulan setelah kepergian Michael, aku pun memutuskan untuk meninggalkan kota ini. Dengan sisa tabunganku, aku merantau untuk bekerja di negeri kangguru sampai detik ini, namun tentunya tak lagi mengulang statusku yang lama, pekerjaanku benar-benar halal.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-24503914401477095562013-05-02T07:41:00.001-07:002013-05-02T07:41:14.767-07:00Pesta Malam MingguSaat itu aku diajak oleh temanku Angga ke Disko. Aku memang baru sekali hingga aku kaget saat melihat pasangan cowok-cewek saling berpelukan dalam cahaya temaram ditengah hingar-bingarnya musik rock and roll. Kami cuma minum softdrink saja. Malam makin larut dan akhirnya pasangan yang melantai makin berkurang.
"Pulang Ngga?" tanyaku.
"Ntar. Tunggu dikit lagi. Ada acara istimewa yang oke nih." katanya.
Aku menunggu, dan tanpa kusadari saat itu yang ada cuma cowok semua, dan memenuhi meja yang ada. Dan muncullah para pelayan yang semuanya cowok bertelanjang dada dan hanya mamakai CD yang tampak seksi. Ada yang tampak pinggulnya utuh dengan tali kecil di tengahnya, dan ada yang tertutup pinggulnya. Mereka melayani pesanan sambil menebarkan senyum manisnya. Semua muda-muda dan berotot. Ada yang rambutnya tergerai dan ada yang cepak seperti ABRI, ada yang putih, kuning dan kehitaman. Kulihat beberapa tamu memberikan tips sambil mendapat imbalan kecup dari para pelayan.
"Wuih, gila.." dalam hatiku.
Batang kemaluanku mulai mengeras.
"Ngga, kok gini?" tanyaku.
"Kau mau yang mana, Tom?" tanya Angga.
"Yang gondrong itu aja." kataku karena aku terangsang sama pinggulnya yang bulat menonjol dan terbuka bebas. Angga memilih yang putih bersih. Rupanya dia memilih yang batangnya gede.
Setelah melayaniku, ia memberikan secarik kertas kecil bertuliskan nomor 13.
"Ini nomor apa Ngga?" tanyaku.
"Nomor ruang pribadinya. Ke sana saja. Pokoknya beres lah. Aku kamar 22," katanya.
Kuikuti dia, naik ke lantai 2, dan ia hilang dibalik pintu. Kuketuk 2 kali. Tampak ia berdiri membukakan pintu dengan senyum lebarnya. Aku diajaknya ke ruang duduknya yang nyaman. Dibukanya kancing bajuku yang paling atas, lalu diambilnya softdrink. Kupandangi saja sambil menunggu apa yang akan terjadi. Diputarnya instrumentalia yang lembut diiringi suara desahan yang merangsang birahi. Dan kini dia mulai menari meliuk-liuk di hadapanku. Kupandangi tubuhnya yang berotot namun bisa meliuk dengan seksinya. Sesekali ia mendekat membelai wajahku, dan meremas rambutku. Aku tak kuasa menahan birahiku yang memuncak. Kadang didekatkannya dadaku dan dibiarkannya lidahku memainkannya dan gigiku menggigitnya pelan. Ia mendesah nikmat, tangannya mulai nakal meraba batangku yang sudah mulai mengeras. Makin lama gerakannya makin panas, dan ia lalu menari sambil bergerak-gerak di lantai yang berkarpet tebal.
Akhirnya dengan nakalnya ia mengambil posisi doggy dan menepuk-nepuk pinggulnya yang bulat berkali-kali. Kuberanikan diri menghampirinya. Kudekatkan wajahku untuk mulai menciuminya. Ia mengerang sambil menoleh ke belakang, menggoda. Kusibakkan tali CD yang kecil di belahan pinggulnya, hingga aku dapat melihat lubang nikmatnya yang mengkerut indah. Kujulurkan lidahku kearahnya dan kusentuhkan ditepi lubangnya. Ia melengos sambil menggoda dan menjauh 2 langkah di depanku.
"Permainan gila," pikirku.
"Akan kulayani dia."
Tampak dia menikmati belaian lidahku di lubangnya sambil terus mengerang-erang. Aku memang paling suka menikmati lubang kenikmatan pria berlama-lama. Mungkin karena lelah ia menjatuhkan tubuhnya ke karpet sambil terus menaikkan pinggul indahnya untukku. Kini pakaianku kubuka pelan-pelan, dan tak terasa dengan cepatnya aku sudah bugil. Ia menoleh padaku menggoda."Please.." itu saja kata yang keluar dari mulutnya selain desahan nikmatnya. Kumasukkan jari telunjukku dan kukeluar-masukkan pelahan.Ia mendesah terus sambil sesekali menoleh ke belakang. Satu tangannya menarik satu pinggulnya untuk memudahkanku menikmatinya. Aku berdiri ke arah lemari es dan kukeluarkan sebotol madu raja. Kutuangkan di sekitar pinggulnya dan belahan pinggulnya, lalu kujilati dengan nikmatnya pelahan. Sensasi itu menyebabkan ia makin mendesah keras. Kuturunkan CD-nya, hingga aku bebas memasukkan lagi telunjukku. Ia mengangsurkan lotion (KY) padaku. Lalu kumasukkan dua jariku ke lubangnya. Aku tak mau lebih.
"Fuck me, please.." itulah kata keduanya.
Kini kuangkat sedikit pinggulnya untuk memudahkanku memasuki tubuhnya. Ia menurut dengan pasrahnya. Dan kini bazokaku yang 17,5 cm dengan warnanya yang kehitaman berurat siap menyerang. Kugeser-geserkan dulu di sekitar lubangnya. Ia menggerakkan pinggulnya, berusaha mencari glans-ku dengan tak sabar. Aku menggodanya dengan tetap menghindari penetrasi.
"Please, please, fuck me.."
Setelah aku puas melihatnya menantiku, mulailah penetrasiku. Ternyata sulit ditembus, rupanya dibalasnya aku dengan mengencangkannya. Aku tak patah akal. Kucium lembut bibirnya dan kulumat beberapa menit sampai aku yakin bahwa ia lengah. Dan dengan tiba-tiba kutusukkan bazokaku di lubangnya dengan keras sampai terbenam seluruhnya. Ia teriak keras kesakitan dan kaget dengan suara seperti kerbau disembelih. Pasti ia tak menyangka serangan bazokaku yang mendadak.
"Sakit..? Atau kucabut saja?" tanyaku.
Ia menggeleng dan berkata, "Please, do it.."
Dengan keras kutusukkan kejantananku berkali -kali dan kulihat ia mengeluarkan air mata disudut matanya. Kuciumi ia dengan lembutnya sambil kuhentakkan dengan keras terus-menerus. Memang, aku paling suka main keras dan puas saat melihat pasanganku merintih, walaupun cara romantis aku pun suka juga.
Setelah beberapa menit berlalu, kubalikkan tubuhnya sehingga aku dapat memandanginya. Ia menoleh ke kanan-kiri berkali-kali sambil menarik-narik rambutnya yang panjang dan basah oleh keringatnya. Aku makin gila dibuatnya. Tetap tusukan kerasku berlanjut lalu kuganti posisinya, kuangkat tungkainya di bahuku dan kusetubuhi dia sambil posisi miring. Sensasinya beda dan makin nikmat. Ia mengerang terus dan bergerak-gerak nikmat.
Beberapa menit berlalu, kubopong tubuhnya yang sudah pasrah dan kupindahkan ke atas meja kayu di ruangan itu. Kusetubuhi lagi tetap dengan keras dan terus mengerang-erang dia. Kubalikkan sampai ia menghadap meja, dan kunaikkan satu kakinya ke atas meja. Kusetubuhi lagi tetap dengan ritme 'rock n roll'.
"More, more.. please.." itulah kata ketiga yang keluar dari bibirnya yang ditumbuhi kumis tipis dan janggut yang tercukur pendek. Dan terakhir setelah kurasakan hampir mencapai puncak, maka kubalikkan tubuhnya dan kuminta ia memelukku dan aku menyangga tubuhnya dengan kedua tanganku sambil terus batanganku menusuk-nusuk lubangnya dengan ganasnya. Tubuhnya kuangkat dan berayun-ayun dengan gerakan yang berlawanan menyambut seranganku. Akhirnya dengan teriakan keras kukeluarkan spermaku di dalam lubang surganya. "Akhh.." Lalu kupeluk tubuhnya yang mana keringat kami bercampur dengan derasnya. Dan baru kusadari bahwa di perut dan dadaku spermanya membasahi dengan banyaknya. Aku tak pedulikan itu. Lalu kubopong tubuhnya yang basah ke sofa. Aku keluar dari lubangnya, masih setengah lemas dan duduk dekat kakinya. Lelah tapi puas.
"Mas, silahkan ambil minum sendiri ya. Maaf ini tugas saya, tapi rasanya saya tak mampu berjalan sementara waktu. Lubang saya perih dan lemas kaki saya rasanya." bisiknya mesra.
Aku jadi kasihan. Memang selama ini aku bisa bermain lama dengan pasanganku dan kuberikan semua yang kupunya secara totalitas. Kuambil softdrink dua buah dan kami minum bareng.
"Maaf, saya menyakiti dirimu," kataku.
Ia menggeleng, "Tapi nikmat kok, Mas.."
"Mau lagi?" tanyaku, "Saya masih kuat lho.."
"Sebenarnya mau, Mas. tapi waktunya habis. Mau tutup." katanya singkat.
"Kapan kemari lagi, Mas?" tanyanya kembali.
"Entahlah," kataku.
Segera aku mandi dan kutinggal dirinya masih tergolek di sofa berselimut tebal dengan bau sperma tersebar di ruangan itu.
"Lho Ngga, udah rampung?" tanyaku melihatnya duduk menunggu.
"Gila, lu! Udah hampir tutup nih. Kalau masih kurang lama, kerjain aku saja." katanya memancing. Kami pulang bersama dan sesampainya di rumahnya, giliran Angga sobatku mengerang-erang kenikmatan merasakan serangan senjataku yang bergerak kasar dan keras. Untung tidak ada orang lain di rumah itu, karena pembantunya yang tua selalu pulang bila malam hari.
"Gila, lu! Abis gua!" kata Angga.
Aku tersenyum menanggapi tingkah genitnya.
"Baru tahu dia!" kataku dalam hati sambil kuisap rokok kesayanganku dalam-dalam sementara kepalanya tergeletak di pangkuanku.
"Terima kasih Ngga, met tidur, ya." kataku pelan.
Ternyata ia sudah tertidurAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-35900145757894888982013-05-02T07:40:00.001-07:002013-05-02T07:40:21.213-07:00Menang TaruhanAku seorang mahasiswa, Riki namaku. Sejak awal kuliah aku kost di daerah Pahlawan Bandung, dan aku serumah dengan enam orang cowok yang kebetulan semuanya adalah mahasiswa. Aku tidak terlalu cakep, tampangku standar dengan bodi yang tidak terlalu besar, kesimpulan aku ini orangnya biasa-biasa saja. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan sesama jenis, tapi sejak ada anak baru itu ada perasaan aneh dalam hatiku.
Oki nama anak itu, sudah dua bulan dia kost di tempat ini, dan sekarang dia masih SMU kelas I usianya kurang lebih 15 tahunan dan ingin mencoba hidup mandiri di Bandung, asalnya sendiri dari Lampung. Anaknya cukup ganteng dan gagah. Dia anaknya cepat akrab dan suka bercanda. Pernah waktu aku sedang minum aku diganggunya sampai tersedak, dan dia cuma tertawa sambil melarikan diri. Pernah juga waktu dia baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk, handuknya aku tarik dan saat itulah pertama kali aku melihatnya telanjang bulat. Secara refleks aku melihat ke batang kemaluannya dan jantungku berdegup sangat kencang, terutama setelah melihat batang kemaluannya yang lebih besar dari punyaku dan tanpa aku sadari dia lalu merebut handuk yang aku pegang dan aku pun segera lari sebelum kena tinjunya sambil tertawa.
Sejak saat itu perasaanku tidak karuan, aku sering membuka situs-situs khusus homo dan aku mulai sulit melupakan dirinya, terutama saat dia telanjang batang kemaluanku pasti langsung tegang dan pasti setelah itu aku langsung onani sambil terus membayangkannya. Seperti biasa kalau musim liburan semester anak-anak kost-an pada mudik, kecuali aku dan Adi karena kebetulan kami berdua sama-sama seret alias bokek belum dapat kiriman. Sedangkan Oki masih belum libur maklum dia kan anak SMA. Dan untuk menghilangkan kebosanan kami bertiga nonton VCD (tapi kalau ada Oki kami nggak nonton VCD porno, soalnya dia itu masih lugu banget, bahaya!) dan kadang main remi. Karena kesibukan inilah aku sedikit melupakan hasratku pada Oki.
Tapi belakangan ini, setelah Adi pulang karena ibunya mendadak sakit dan dia dijemput kakaknya, tinggal aku dan Oki di kost-an. Perasaan aneh itu mulai lagi, aku sulit membendungnya, rasanya aku sangat ingin sekali melumat batang kemaluannya itu sepuasnya, terlebih lagi si Oki sering tidur di kamarku soalnya di kamar atas dia nggak ada temen, sepi katanya. "Ah aku suntuk banget nih Mas, bosen nggak ada kerjaan mau pulang nanggung, bentar lagi masuk, nonton CD bosen filmnya itu-itu lagi, jalan-jalan belon dapet kiriman."
Aku cuma tertawa mendengarnya, tapi kemudian timpul pikiranku untuk dapat menyalurkan keinginanku.
"Maen remi saja yuk! tapi ada taruhannya."
"Beeu tarohan, duit saja pas-pasan buat makan ini diajak tarohan, mending kalau menang, kalau kalah puasa deh aku."
"Tenang Ki tarohannya bukan uang tapi siapa yang kalah harus buka bajunya sampai telanjang, mumpung nggak ada orang di rumah, gimana berani nggak?"
Oki kelihatannya sedikit terkejut tapi dia juga tertarik.
"Boleh juga tuh Mas, terus kalau udah telanjang udahan saja ya Mas?"
"Ya nggak lah, apaan yang enak ya."
"Eh nyuciin baju yang menang saja Mas sekalian traktir makan."
"Ah nggak seru, ngapain pake acara telanjang kalau cuman gitu, mm gimana kalau yang kalah harus ngejilatin batang kemaluannya yang menang biar seru?"
"Haa gila Mas jorok banget!"
"Ya resiko namanya juga tarohan harus mau apapun juga dong. Mau nggak kalau nggak ya udah."
Oki cuman diam, dan kemudian aku pun pura-pura nggak ambil pusing dan sibuk membereskan tugas-tugasku. Cukup lama Oki cuma diam, selang waktu kemudian, "Maen remi saja yuk Mas, suntuk nih bolehlah tarohan yang kayak tadi dari pada nggak ada kerjaan, lagian cuman ngejilat batang kemaluan ini dan nggak ada masalah." Dalam hatiku bersorak senang, tapi aku pura-pura males dan nggak ambil pusing. Aku lihat Oki sudah mengambil kartu remi di laci lemariku dan duduk di karpet kamarku. Aku pun mendekatinya dengan jantung yang terus berdegup kencang.
"Bagiin saja Ki, kita liat siapa yang bakalan jadi penjilat batang kemaluan he.. he.. he.."
"OK siapa takut."
Permainan pun dimulai, karena cuma kami berdua aku tidak terlalu sulit memegang kendali permainan, sehingga aku dengan mudah menang atau kalah, soalnya remi adalah keahlianku. Setelah beberapa kali main, sekarang aku tinggal pakai celana dalam dan Oki masih tersisa celana pendeknya saja. Dan seperti sebelumnya kali ini pun aku pura-pura kalah sehingga aku harus melepas celana dalamku.
"Wah Mas batang kemaluanmu kecil ya Mas kayak jempolku saja."
"Biarin yang penting masih bisa bikin anak ukuran bukan masalah."
Memang batang kemaluanku tergolong kecil panjangnya kalau lagi tegang cuma 9 cm dan dengan diameter 3 cm, aku pun tidak PD dengan ukuran penisku tapi ah bodo amat batang kemaluanku ini. Aku melihat Oki cuma tertawa meledek tapi aku merasa senang saat dia memperhatikan aku saat aku telanjang.
"Wah Mas, jangan-jangan nggak jadi nih acara jilat batang kemaluannya."
"Tenang Ki, aku pantang menelan ludah sendiri, tapi jangang seneng dulu aku belum mengeluarkan jurus pamungkasku."
Dan kami pun melanjutkan permainan, sampai akhirnya Oki kalah dan harus melepaskan CD-nya. Saat dia membuka celana dalamnya, batang kemaluanku langsung berdiri, tapi langsung aku tutupi dengan kedua kakiku sambil berpura-pura tertawa meledek.
"Wah Ki, batang kemaluanmu gede juga ya dua kalinya punya aku."
"Eh siapa dulu dong kan disesuaikan bodinya, tapi sialan satu sama sekarang, tapi kita liat saja siapa yang bakalan kalah sekarang Oki atau Mas Riki."
Oki lalu membagikan kartu dan kami melanjutkan permainan lagi. Tapi tidak seperti biasanya aku pura-pura mengalah, sekarang aku benar-benar kalah karena kartu yang aku punya benar-benar hancur dan akhirnya aku kalah, walaupun sebenarnya itu yang aku inginkan.
"Wah sialan kartuku rusak ancur nih aku dasar licik kamu, wah aku harus ngejilat batang kemaluan kamu mana pasti bau lagi."
"He.. he.. he.. resiko Mas lagian kan cuman ngejilat saja bukannya mencium baunya seperti yang Mas bilang."
"Sialan kamu Ki, udah sini aku jilat batang kemaluan mu yang gede itu."
Oki kelihatanya sedikit ragu-ragu.
"Sekali saja ya Ki ngejilatnya, aku takut muntah," pura-pura aku mengalihkan perhatiannya, supaya dia tidak terlalu tegang.
"Sini batang kemaluan kamu."
Oki cuma tertawa, lalu aku membuka kakinya yang dia lipat dan aku luruskan. Aku sesaat menikmati pemandangan yang selama ini aku harapkan dan meresapi aroma di sekitar batang kemaluannya si Oki. Aku pura-pura melihat ke arah Oki dia cuman mesem tapi juga sedikit ragu, "Susah ki kalau gini kasih aku ruang dong," lalu aku suruh Oki bersandar dan kedua tangannya menopang badannya kebelakang sambil terus memperhatikanku, tibalah kesempatanku. Aku pegang batang kemaluannya dan bukannya menjilat batang kemaluannya si Oki tapi langsung melumatnya ke dalam mulutku, si Oki terkejut, "Eh Mas mau diapain?" sambil tangannya memegang kepalaku dan menjambak rambutku.
Aku nggak peduli, aku terus mengulum batang kemaluannya walau kepalaku sakit dijambaknya, tapi kemudian tangannya mulai mengendur dan dia mulai menikmatinya. Batang kemaluannya aku rasakan mulai tambah besar cepat sekali tegangnya rupanya dia mulai terangsang, batang kemaluannya yang semula masuk semua ke mulutku sekarang cuma separuhnya saja. Aku terus mengulumnya sambil tanganku mengocok batang batang kemaluannya. Sesekali aku melihat ke arah Oki tangannya tetap menopang badanya dan kepalanya mendongkak ke atas, matanya terpejam dan aku hanya mendengar rintihannya, "Ehh.. ss.. ahh.. Mas.. ahh.." pantatnya ikut bergerak-gerak mengikuti kulumanku. Aku terus mengulumnya, kadang aku kulum zakarnya, kemudian aku kulum dan sesekali aku sedot kepala penisnya. Rasanya sedikit asin, tapi hal ini justru menambah semangatku. Oki mengelinjang saat aku menjilati lubang batang kemaluannya, "Ahh.. Mas aduh sshh.. terus Mas ahh.." Aku mengulum batang kemaluannya sambil terus memperhatikan wajahnya yang mulai memerah dan sesekali tersenyum kepadaku. Oki kadang melihatku dan kadang memejamkan matanya menikmati kuluman dan sedotanku. Kadang aku menggigit pelan batang kemaluannya dan membuatnya semakin mendesah.
Aku terus mengulum dan menyedot batang kemaluannya, kadang aku sedot dengan kuat dan kadang aku hanya mengusapnya perlahan dengan bibirku. batang kemaluannya sudah basah oleh air liurku yang menetes pada batang batang kemaluannya. Aku mengulum, menyedot, menggigit pelan seperti sedang menulum permen coklat kesukaanku. Sambil tengkurap aku terus mengulum batang kemaluannya. Kaki Oki mulai bergerak-gerak dan aku merasakan pahanya juga sedikit menegang pantatnya bergerak mengikuti sedotan mulutku, penisnya juga bertambah panas dan kepala penisnya mulai membesar, "Ehh.. Mas.. aduh.. Mas.. enggkh.." Oki mendesah, kepalanya mendongkak ke atas, mulutnya terbuka mengeluarkan erangan nikmat dan matanya terpejam meresapi kenikmatan yang dia rasakan. Aku merasakan kepala batang kemaluannya bertambah besar dan berdenyut-denyut, terus aku sedot kepala batang kemaluannya dan tanganku mengocok batangnya, dan aku hampir saja tersedak saat pantat Oki naik menerobos mulutku dan masuk ke kerongkonganku. Dan kemudian kurasakan ada sesuatu yang panas menyembur berkali-kali di kerongkonganku dan memenuhi mulutku, rasanya amis, kenyal dan sedikit asin tapi sungguh nikmat sekali, dan semuanya kau coba telan walaupun sebagian keluar dari mulutku dan mengenai batang batang kemaluannya Oki.
Rasanya luar biasa merasakan semburannya di mulutku sekaligus melihat wajah Oki yang diterjang rasa nikmat yang luar biasa. Aku masih terus menjilati dan mengulum batang kemaluannya, membersihkan sisa-sisa mani dari batang kemaluannya. "Udah Mas geli ahh.." kemudian Oki bersandar pada tembok kamarku, dan aku tetap tengkurap melihat sisa-sisa kenikmatan dari wajah Oki selain itu mulutku juga sedikit pegal cape mengulum dan menyedot batang kemaluan Oki yang besar itu.
"Wah Mas, baru sekarang aku ngerasain yang seenak ini."
"Emangnya kamu belum pernah mimpi basah Ki?"
"Mimpi basah, ngompol maksud Mas Riki, kan Oki udah gede Mas masa sih ngompol, tapi waktu kelas tiga aku pernah tidur dan celanaku basah tapi nggak bau pesing Mas, sekarang kadang juga masih suka gitu."
"Ya itu yang namanya mimpi basah masa sih nggak ada yang ngasih tau, berarti belum pernah onani dong?"
Oki kelihatannya bingung.
"Wah payah nih anak kampung, yang tadi kita lakuin itu namanya oral sex, ada juga anal sex itu melalui dubur dan kalau dari vagina itu yang paling umum dan kalau onani itu main sendiri gitu bego!"
Oki cuman tertawa, kemudian dia mendekatiku.
"Mas aku mau nyobain dong yang kayak tadi," biar adil gitu.
"Mau ngejilatin batang kemaluanku boleh saja bukannya harus aku kalahin dulu nih."
"Ah Mas ini, sekarang bukan waktunya main kartu."
Dan kemudian Oki mulai mengulum batang kemaluanku, aku cuma bisa mengerang sambil pantatku mengikuti isapan mulut Oki, kadang giginya mengenai batang kemaluanku sedikit sakit tapi enak, sampai akhirnya aku menyemburkan maniku di mulutnya, Oki cuma tersenyum kemudian dia tidur disampingku. Kami baru bangun waktu hampri jam delapan malam, lalu kami bangun karena perut kami lapar kami masak mie dan makan sambil masih telanjang mumpung lagi nggak ada orang.
"Eh Ki gimana kalau kita nyobain anal sex, tadi oral udah sekarang kita coba yang baru rasanya nggak kalah deh."
"Emangnya kayak gimana sih, emangnya bisa masuk kan dubur kecil lubangnya nggak kayak mulut?"
Aku lalu berdiri dan mengambil sabun cair yang biasa aku gunakan untuk onani, sambil duduk di meja makan, kemudian dan duburku aku olesi dengan sabun sambil jari tanganku kumasukan. Oki hanya melihatku dan batang kemaluannya sudah mulai tegang lagi. Aku coba memasukan dua jariku dan aku putar-putar, rasanya enak sekali. Setelah bisa masuk tiga jari lalu aku mengoleskan sabun tersebut ke batang kemaluan Oki, dan aku menyuruhnya memasukkan batang kemaluannya ke duburku. Oki mencoba memasukannya ke dalam duburku. Agak perih dan sakit, rasanya ada sesuatu yang mendorong masuk ke dalam usus besarku. Oki sedikit meringis mungkin perih dan sedikit seret, dia mulai ragu-ragu mungkin melihat aku merasa kesakitan tapi kemudian aku dorong dengan paksa pantatnya sakit tapi aku merasakan nikmat saat semua batang kemaluannya masuk ke dalam duburku panas dan usus duburku terasa penuh oleh batang kemaluannya, Oki mendesah kemudian terdiam tidak tahu harus bagaimana.
Setelah aku merasa sedikit terbiasa aku suruh Oki menggerakkan pantatnya maju mundur, batang kemaluanku sendiri sudah ikut tegang dari tadi. Oki menggerakkan pantatnya maju mundur sambil mengerang nikmat,
"Terus Ki ahh.. enak sekali dorong yang keras Ki ahh.. sshh.. ahh Oki.. ahh.."
"Mas enak sekali Mas akh.. Oki mau keluar nih Mas.."
Gerakan Oki bertambah cepat dan aku pun merasakan nikmat yang luar biasa, dan sepertinya ada sesuatu yang mendesak keluar dari batang kemaluanku,
"Ahh.. Mas Oki kelu.. akhh.."
Aku merasakan nikmat yang berlipat ganda dari duburku yang kurasakan ada semburan panas menyembur ke usus besarku.
Kemudian Oki masuk ke kamarku dan laluu menjatuhkan dirinya ke tempat tidurku, aku mendekatinya dan mengoleskan sabun cair ke duburnya dan juga ke batang kemaluanku. "Ki giliran aku ya", Oki cuma tersenyum. Kemudian aku langsung mencoba memasukkannya ke dalam duburnya, sedikit seret, lalu suruh oki mengangkat kakinya dan memegang bawah lututnya. Aku tambahkan sabun cair ke duburnya sambil kedua tanganku masuk, kemudian aku mencoba memasukkan batang kemaluanku lagi, seret dan perih yang pertama aku rasakan tapi aku tetap penasaran dan dengan sekali sentakan aku masukan batang kemaluanku ke duburnya, "akhh.." aku dan Oki mengerang bersamaan sakit tapi enak. Aku menindih tubuh Oki dan bertopang pada ke dua tanganku sambil pantatku bergerak naik turun menghujam duburnya Oki. Gerakanku aku percepat saat batang kemaluanku mau meledak dan aku hujamkan batang kemaluanku sedalam mungkin di dubur Oki, "Engkhh.. aakkhh.." batang kemaluanku menyemburkan maninya ke dalam dubur Oki dan kurasakan bagian pusarku juga ada cairan kental yang menyembur, ternyata Oki menyemburkan maninya lagi.
Aku menjatuhkan tubuhku di atas tubuh Oki dan setelah kurasakan semua kenikmatan itu sudah mulai hilang dan batang kemaluanku mengecil lagi aku cabut batang kemaluanku, kemudian aku menjilati sisa-sisa mani di perut dan batang kemaluannya bau tapi nikmat, begitu juga Oki menjilati batang kemaluanku sampai beris. Kemudian aku berbaring di samping Oki, dan kami pun tertidur karena kelelahan. Kami bangun kesiangan, dan akhirnya Oki membolos kuliah dan aku menelepon ke sekolahnya kalau Oki sedang sakit. Kemudian kami mandi bersama-sama, di kamar mandi aku mengajarinya melakukan onani. Sejak saat itu kami sering melakukannya baik onani dan oral sex dengan berbagai variasi. Tapi anal sex kami merupakan yang pertama dan terakhir soalnya aku nggak mau ambil resiko dengannya, lagi pula menurutku lebih enak melakukan onani dan oral sex lebih aman dan lebih bersih.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-24176842007007483452013-05-02T07:37:00.002-07:002013-05-02T07:37:41.759-07:00Bosku 2Aku pemuda bernama Arief berusia 28 tahun, mempunyai kisah nyata menjadi seorang gay bahkan sampai sekarang statusku adalah simpanan bos elektronik yang kaya raya tetapi tidak bahagia dengan istrinya, maklum Pak Albert (nama bosku) yang warga keturunan itu mempunyai kelainan seks, yaitu biseks.
Awal mula kisah nyataku ini pada saat aku ditawari salah seorang tetanggaku untuk kerja di toko elektronik milik Pak Albert, dan tentu saja dengan senang hati kusambut tawaran tetanggaku.
Setelah bertemu Pak Albert, aku langsung diterima sebagai karyawannya, bahkan Pak Albert ingin berbicara empat mata saja denganku. Tanpa perasaan yang aneh-aneh aku ikut Pak Albert ke ruang kerjanya.
"Kamu siap Rief kerja di toko elektronikku..?" tanya Pak Albert.
"Siap Pak..!" kataku polos dan tegas.
"Bahkan berkorban segalanya." pancing Pak Albert.
Aku hanya mengangguk tanpa memikirkan arti ucapannya dan aku tidak melihat arti tatapan mata Pak Albert yang seakan-akan ingin melahap tubuhku.
Kuakui aku mempunyai tubuh yang aduhai mirip tubuh seorang wanita, walaupun gayaku adalah gaya pria bukan gaya feminim, apalagi gaya seorang gay. Selain itu aku juga ditunjang dengan kemulusan kulitku, bahkan kalau aku mengaca, tidak ada selembar bulu pun yang tumbuh di betis dan pahaku.
Setelah seminggu aku masuk kerja, aku mendengar selentingan kalau Pak Albert suka menggoda karyawan pria. Dan aku mendengar kalau ada yang sampai merelakan ke'perawan'an anusnya demi pekerjaan, tapi aku mendengarkan sambil lalu saja. Dan suatu ketika aku dipanggil Pak Albert ke ruang kerjanya. Sebagai karyawan baru aku langsung bergegas menuju ke ruang kerjanya.
"Rief.. apakah kamu mau menemani makan siang hari ini..?" tanya Pak Albert.
"Baik Pak.. tapi apa tidak sebaiknya nanti saja jam istirahat Pak..?" kataku dengan penuh hormat.
"Tak usah, sekarang aja. Ayo..!" sambung Pak Albert sambil membimbingku.
Aku menurut saja ketika masuk mobil Pak Albert, dan meluncurlah mobil sedan hitam pekat itu ke restoran terkemuka di kota Surabaya.
Sesampainya di restoran, Pak Albert menawariku beberapa jenis makanan dan aku menurut saja apa yang ditawarkan oleh Pak Albert. Setelah menyikat habis makanan yang kami pesan, barulah Pak Albert mengutarakan maksudnya.
"Rief.. sebetulnya aku ada perlu sama kamu.. penting sekali..!" kata Pak Albert berusaha menyakinkanku.
"Perlu apa Pak..?" tanyaku.
"Pokoknya penting sekali. Tapi jangan di sini, nanti saja di suatu tempat." sambung Pak Albert.
"Ayo kita ke sana..!" ajak Pak Albert sekali lagi.
Aku yang bagai kerbau dicocok hidung hanya menurut saja, dan tidak lama sampailah mobil Pak Albert di sebuah hotel XX (edited) di Surabaya yang kamarnya memang telah dipesan Pak Albert jauh-jauh hari.
"Ayo kita masuk..!" ajak Pak Albert sambil merangkulku persis seperti Om-om yang merangkul cewek ABG.
Aku hanya diam setelah Pak Albert menuntunku untuk masuk ke salah satu kamar dan mendudukkan di atas ranjang, mataku hanya melihat sekeliling kamar. Setelah Pak Albert mencopot dasi, kemeja dan celana panjangnya, aku tertegun melihat sesuatu di tengah celana pendek Pak Albert yang menegang.
"Rief.., aku sebenarnya ingin minta tolong sama kamu." kata Pak Albert seraya mengelus rambutku.
"Minta tolong apa Pak..?" tanyaku penuh curiga.
"Tolong Rief.. puaskan aku. Sebelum kamu masuk jadi karyawanku, sebenarnya aku ingin merasakan mulusnya pahamu." kata Pak Albert sambil mencumbuiku.
"Jangan Pak.. Bapak khan tahu saya adalah karyawan Bapak." jawabku agak memelas.
"Nggak peduli Rief.. sejak kamu pertama masuk kerja, aku memutar otak bagaimana caranya supaya aku bisa mengajakmu seperti ini. Dan sekarang adalah kesempatan emas buatku." lanjut Pak Albert sambil tangannya berusaha mencari penisku.
Mendengar kata-kata Pak Albert itu kepalaku jadi pusing dan keringat dingin keluar dari tubuhku, tanpa kusadari Pak Albert telah berhasil membuka ikat pinggang dan retslueting celanaku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menuruti kemauan Pak Albert.
"Wah.. mulus benar pahamu Rief, aku tidak menyangka kalau kamu punya tubuh semulus ini." mata Pak Albert seperti serigala kelaparan melihat paha mulusku yang tidak ditumbuhi bulu sehelai pun.
Aku hanya diam tatkala Pak Albert menyuruhku untuk mengulum penisnya yang panjangnya sekitar 21 cm itu.
"Aakkhh.. hangat sekali lidahmu Rief.." erang Pak Albert.
Meskipun dengan perut mual aku terpaksa mengulum penis Pak Albert yang sebesar buah jagung dan berbau keamis-amisan itu.
Setelah nafsu birahi Pak Albert memuncak, Pak Albert langsung meraih pahaku dan ditelusurinya kakiku, mulai betis, paha sampai di bawah buah zakarku.
"Heemm.., nikmat sekali bau anusmu Rief.. Anusmu lain dengan anus karyawan-karyawan lainnya." kata Pak Albert seraya menjilati bibir anusku.
Kuakui kalau Pak Albert pandai sekali membangkitkan nafsu lawan mainnya, dan aku pun yang tadinya takut dan malu sekarang jadi berani karena dirangsang terus oleh Pak Albert.
"Aadduuh Pakk.. geli.. sekali.. Aaa..kk..kuu suu.. dahh.. ngak.. kuu..aatt.. laa.. gii.." aku mengerang-erang karena bibir anusku digigiti pelan-pelan oleh Pak Albert persis seperti anak kecil yang membuat maian puting susu ibunya.
Dan Pak Albert tahu kalau aku ingin sekali dimasuki penisnya. Dengan cekatan Pak Albert membelah pantatku yang sangat gemol itu dan seketika itu juga bibir anusku merekah kemerah-merahan siap menerima tusukan penis Pak Albert.
Pak Albert berusaha memasukkan ujung penisnya, tapi dia agak kesulitan karena memang anus ini masih perawan dan aku juga membantu menuntun penis Pak Albert supaya tepat ada di tengah bibir anusku. Setelah bersusah payah memasukkan ujung penisnya di bibir anusku, langsung pantat Pak Albert mendorong sekuat tenaga agar seluruh penisnya tenggelam ke dalam anusku.
"Aakhh.. adduuhh.. saakkiitt.. Pakk..!" jeritku tertahan.
"Engak Sayang.. sebentar lagi kamu akan merasakan nikmatnya penisku ini..!" kata Pak Albert dengan napas yang memburu.
"Eegghh.. egghh.. hangat sekali Rief jepitan anusmu. Seret sekali anusmu ini. Kamu masih perawan ya..?" tanya Pak Albert sambil berbisik di telingaku, dan dengan rakus sekali diciuminya leher yang juga putih mulus ini.
"Hhee.. eehh.. Pak.. aduh sakit sekali Pak..!" kataku mengiyakan pertayaan Pak Albert.
"Eghh.. egghh.. egghh.. aduh..! Aku memecah durian nich.. eghh.. egghh..!" kata Pak Albert kesenangan yang mendapat keperawananku ini.
"Eeghkk.. egghkk..!" rengekku yang sudah kuat lagi menahan perih di sekitar anusku.
"Eegghhkk.. egghhkk.. eghhkk..!" rengekku lagi dibarengi dengan mengejan dan meremas-remas bantal yang ada di kepalaku.
"Eeghhk.. Pak.., jangan.. cepat-cepat.. Pak. Aduh..!" kataku sambil menggeliat-geliat karena rasa yang bercampur aduk, yaitu antara nikmat dan perih itu.
"Eeghhkk.. eghhkk.. eghkk.. enak ya Rief.., aduh.. seret sekali silitmu ini Rief..!" kata Pak Albert yang dengan rakus melumat bibirku.
Aku mengigit bibirku, sesekali mendesah-desah karena merasakan genjotan pantat dan penis Pak Albert yang semakin dahsyat itu.
"Aduhh Rief.., aku sudah nggak kuat lagi.. Aadduh.. silitmu.. terasa mengempot-empot. Aadduh.. akhh..!" Pak Albert semakin keras menggenjot pantatnya dan genjotan penis Pak Albert terasa sampai di pusar.
"Ayo.. Pak.. akkh.. akhh..! Cepetan Pak, anusku.. sudah nggak kuat ditusuk nich..!" kataku dengan nada kemanja-manjaan dan aku mengimbanginya dengan menggoyang-goyangkan pinggulku.
"Aagkkh..!" tubuh Pak Albert pun bergetar karena sudah akan mencapai klimaksnya, dan aku merasakan di dalam anusku terasa ada cairan hangat yang membasahi dinding anusku dan dengan cepat langsung mengalir ke dalam perutku ini.
Setelah mencapai klimaks, Pak Albert langsung rebahan di sisiku sambil meletakkan kepalaku di lengannya. Dan meskipun sudah pada titik klimaks, tapi tangan Pak Albert masih meremas-remas bokongku yang super besar itu. Setelah meremas-remas bokongku, tangan Pak Albert pindah ke pahaku yang putih mulus itu.
"Kamu puas Rief..?" tanya Pak Albert sambil mempermainkan anusku yang tadinya perawan kini jadi memble karena serangan penis Pak Albert yang sangat dasyat itu.
Aku hanya mengangguk pelan, maklum aku kelelahan dan kerepotan sekali karena meladeni nafsu Pak Albert yang seperti singa itu. Lalu aku tidak berkata sepatah kata pun lagi kecuali bergelayut manja di dada Pak Albert.
"Bagaimana kalau kita main lagi Rief..?" tanya Pak Albert sambil siap-siap untuk meniduriku lagi.
"Nanti dulu lah Pak.., anusku masih perih nich..! Dan tenagaku masih lemas..!" kataku bermalas-malsan.
Rupanya Pak Albert kasihan padaku dan kembali rebahan di sisiku.
"Rief.., aku punya rencana, bagaimana kalau kamu nggak usah kerja tapi kamu jadi simpananku. Khan enak tiap bulan kamu dapat uang, nggak usah kerja." kata Pak Albert menawariku untuk menjadi simpanannya.
Aku pun menimpali, "Semua terserah Pak Albert aja. Aku hanya menurut dan pasrah pada Bapak aja, karena keperawanan anusku sudah Bapak renggut."
Pak Albert hanya tersenyum dan sambil mengelus-elus pahaku ia meneruskan kata-katanya, "Kalau begitu, mulai lusa kamu bisa menempati rumahku satunya yang masih kosong, bagaimana..?"
"Aku khan sudah bilang, semua tergantung pada Bapak aja.. bahkan aku mau koq operasi kelamin, asal nanti Bapak mau bertanggung jawab." kataku lagi.
"Nggak.. nggak usah operasi, buat apa..? Toh aku sudah punya isteri." kata Pak Albert lagi.
"Aku hanya mau anusmu, anusmu lain sekali Rief. Dan lagian kamu laki-laki tapi body-mu nggak beda sama perempuan, bahenol sekali." kata Pak Albert seraya memasukkan jarinya ke dalam anusku.
"Aakhh Bapak.., bisa aja..!" rengekku manja.
Dan sejak saat itu aku jadi pasangan gay Pak Albert hingga sekarang. Tidak jarang seminggu atau dua minggu sekali Pak Albert mengunjungiku untuk melepaskan hajatnya. Bahkan Pak Albert menginap di rumahku sampai tiga hari hanya untuk menikmati tubuhku ini.
Lama-lama karena seringnya Pak Albert meniduriku, timbul rasa kewanitaan pada diriku, dan perasaan itu kuungkapan pada Pak Albert karena aku sudah menganggap kalau Pak Albert itu 'suami'-ku walaupun anggapan itu terjadi hanya di ranjang saja. Tapi Pak Albert selalu menolak kalau aku operasi dengan alasan yang sama. Aku hanya pasrah saja pada 'suami'-ku yang tidak lain adalah mantan boss-ku.
Inilah pembaca kisah nyataku yang menjadi pria simpanan bosku.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-81488508143590769382013-05-02T07:34:00.003-07:002013-05-02T07:34:48.141-07:00Pertama kali PijatAku adalah seorang pemuda berusia 16 tahun. Walau masih lumayan muda aku mempunyai tubuh yang cukup bagus karena sering latihan di gymnasium. Aku memang menyukai olahraga. Namaku Anton, walaupun banyak cewek di sekolah yang suka atau naksir kepadaku, entah kenapa aku tidak merasa tertarik kepada satupun diantara mereka. Aku menganggap mereka semua sebagai teman. <br />
<br />
Di lingkungan sekolah aku tidak mempunyai teman yang sangat akrab, aku lebih sering bergaul dengan tetangga sebelah rumahku yang kebetulan merupakan tempat kost dan salah seorang yang paling akrab bergaul denganku adalah Syarif, seorang mahasiswa yang mempunyai banyak kesamaan denganku. Syarif berusia 23 tahun. Dia pula yang mengajakku rutin berlatih di klub fitness atau renang. <br />
<br />
Pada suatu sore, Syarif menawariku untuk main ke tempat kerjanya. Setahuku memang beberapa minggu terakhir ini Syarif agak sibuk dan mempunyai jadwal kerja walaupun bukan berstatus pegawai tetap. Yang jelas dia sering pulang agak larut dan jarang bisa ngobrol denganku seperti biasa. <br />
<br />
Aku menerima tawarannya dan berangkat bersama. Sekitar 20 menit aku berboncengan motor dengannya dan sampailah kami di sebuah rumah di sebuah kampung. Syarif lalu memarkir motor dan mengajakku masuk ke rumah tersebut. <br />
<br />
Di dalam terdapat sebuah meja seperti meja penerima tamu dan beberapa kursi berjajar. Ada beberapa orang pemuda yang sebaya Syarif dan rata rata berbadan kekar sedang mengobrol. Mereka menyapa Syarif dan Syarif lalu mengenalkanku kepada mereka. Rata-rata mereka ramah sehingga aku merasa lumayan betah disana. <br />
<br />
Syarif lalu memintaku duduk menunggu di ruang tamu tersebut dan beberapa temannya mengajakku mengobrol ringan. Syarif sendiri lalu masuk ke ruang dalam. Tak lama kemudian ada seorang bapak bapak masuk dan menyapa salah seorang pemuda yang sedang duduk. Lalu setelah bercakap cakap sebentar mereka keluar. <br />
<br />
Selang beberapa menit Syarif keluar dengan seorang lelaki yang usianya kira kira 30 tahunan. <br />
<br />
"Ton, kenalkan.. ini mas Amir.. boss gue", kata Syarif <br />
<br />
Aku lalu berjabat tangan dengan mas Amir yang tubuhnya juga boleh dibilang bagus. <br />
<br />
Kami lalu mengobrol ringan dan dalam waktu 20 menit, para pemuda yang tadi di ruang tamu telah kedatangan tamu dan ada yang langsung pergi, ada pula yang naik ke lantai atas. <br />
<br />
"Mas.. kerjanya apa sih, dari tadi kok banyak sekali tamu yang keluar masuk ?" tanyaku penasaran. <br />
<br />
"Ah.. kerja gue sih ringan aja.. cuman nemenin tamu ngobrol terus.." <br />
<br />
Belum sempat Syarif menyelesaikan kalimatnya pintu terbuka dan muncul seorang lelaki. Syarif lalu menyapa dan menyilahkan masuk. Setelah berbincang bincang beberapa saat. <br />
<br />
"Ton, gue tinggal dulu ya.. gue harus temenin tamu nih.. elo tunggu aja disini bentar" <br />
<br />
Tanpa memberi kesempatan padaku untuk bertanya, Syarif sudah keluar dengan lelaki yang disebut tamunya itu. <br />
<br />
Aku mulai heran dan bertanya tanya apa sebenarnya pekerjaan Syarif. Tapi karena aku hanya sendirian, akhirnya aku mengambil majalah yang terletak di meja. Majalah itu ternyata adalah majalah fitness yang memuat banyak sekali gambar gambar pria yang memamerkan keindahan tubuhnya. Harus kuakui sebenarnya aku agak bingung dengan diriku karena aku lebih suka melihat pria yang bertelanjang dada. Kelihatan gagah dan perkasa. <br />
<br />
Sedang asyik asyiknya aku melihat lihat majalah tersebut, tiba tiba pintu kembali terbuka. Muncullah seorang lelaki bertubuh kekar memakai kaos ketat sehingga keindahan tubuhnya dieksploitasi. Aku mengangguk dan mencoba menyilahkan dia duduk. Kulitnya agak hitam terbakar matahari dan rambutnya dipotong cepak sekali. Dia lalu duduk di sebelahku. <br />
<br />
"Sendirian saja dik ?" tanyanya ramah. <br />
<br />
<br />
"E.. iya.. lagi pergi semua.." jawabku. <br />
<br />
Diam diam aku memperhatikan tubuh lelaki itu yang benar benar kelihatan gagah dan jantan. Kaos hijau ketat yang dipakainya semakin melihatkan otot otot tubuh yang dimilikinya. Puting susunya kelihatan menonjol. Tiba tiba dia mengulurkan tangan dan mengajakku berkenalan. <br />
<br />
"Kenalkan, nama gue Jamal", katanya. <br />
<br />
"Anton", kataku menyambut uluran tangannya. <br />
<br />
"Bisa kita pergi sekarang Ton ?" <br />
<br />
"Eh.. ini.. sebentar.." aku gugup sekali karena tidak menyangka aku dikira sebagai pegawai disana. <br />
<br />
"Kenapa ? harus jaga kandang ? pamit aja sama Amir." katanya memberi saran. <br />
<br />
<br />
Aku teringat bahwa mas Amir masih ada di dalam. Aku lalu pamit sebentar dan masuk ke <br />
<br />
dalam untuk mencari mas Amir. Kudapati mas Amir baru selesai mandi. Aku lalu menyapanya dan memberitahu bahwa ada tamu di luar. Mas Amir lalu keluar. Rupanya mereka telah kenal. <br />
<br />
"Buset elo Mir.. dapet darimana barang bagus begitu ?" sempat kudengar Jamal bertanya seperti itu kepada mas Amir. <br />
<br />
"Ah.. ...<br />
...elo Mal.. sebenarnya...." mas Amir lalu berbisik bisik kepada Jamal. <br />
<br />
Setelah berbincang bincang beberapa saat. Jamal kembali duduk sementara mas Amir menghampiriku dan menggamit lenganku untuk masuk ke dalam. <br />
<br />
"Ton.. elo mau kagak bantuin gue ?" <br />
<br />
"Bantuin apa mas ?" <br />
<br />
"Anak buah gue kan pada pergi semua nih.. elo temenin tuh mas Jamal ya.." <br />
<br />
"Loh.. saya kan gak kerja disini mas ?" <br />
<br />
"Kagak apa apa.. Jamal sendiri yang minta kok.. " <br />
<br />
"Tugas saya nanti apa aja mas ?" <br />
<br />
"Elo bisa mijit kagak.. ?" <br />
<br />
"Saya.. kagak gitu bisa mijit mas.. " <br />
<br />
"Ah.. udahlah.. elo temenin aja dia.. entar elo turutin aja dia maunya apa.." <br />
<br />
"Tapi nanti Syarif.." <br />
<br />
"Udah.. itu urusan kecil.. " <br />
<br />
<br />
Usai berkata begitu, mas Amir langsung menggamit lenganku keluar dan menyorongkanku kepada Jamal. Aku mulai berdebar debar, apa yang akan terjadi padaku nanti. <br />
<br />
Jamal lalu mengajakku keluar dan kami lalu berjalan menyusuri kampung itu sampai di jalan raya dimana Jamal memarkir mobilnya dan menyuruhku masuk ke dalam jeepnya. Dia lalu melarikan mobilnya. Untung Jamal orangnya ramah. Dia mengajakku mengobrol santai, kadang juga kita bercanda. Dia juga menceritakan tentang dirinya sendiri. Dia berusia 28 tahun tapi dia tidak bercerita banyak tentang pekerjaannya kecuali bahwa dia sedang cuti dan ingin refreshing. <br />
<br />
Aku mulai bingung saat Jamal melarikan mobilnya ke arah luar kota. <br />
<br />
"Kita mau kemana ini mas ?" <br />
<br />
"Gue lagi pengen ke pantai nih.. dan tolong jangan panggil gue mas dong.. " <br />
<br />
"Tapi saya belum bilang orang rumah, nanti mereka mencari.." <br />
<br />
"Nih ada telpon, elo telpon sekarang.. bilang elo diajak temen nginap" dia melemparkan handphonenya ke arahku. <br />
<br />
Walau agak ragu, tapi akhirnya aku menelpon juga ke rumah dan memberi kabar aku akan menginap di rumah temanku supaya tidak terlalu banyak ditanya. <br />
<br />
Hari sudah malam saat kami sampai di sebuah pantai yang cukup sepi. Jamal lalu memarkir jeepnya di sebuah rumah dan dia turun meminta kunci ke sebuah rumah. Lalu dia mengajakku masuk ke sebuah rumah kecil di pinggir pantai. <br />
<br />
"Kenapa Ton, kamu tegang ya ? Jangan khawatir lah.. gue cuman butuh ditemenin aja kok" <br />
<br />
Jamal lalu merangkul pundakku dan mengajakku masuk ke dalam rumah. <br />
<br />
Rumah itu berupa kamar berukuran sekitar 3 X 4 meter plus sebuah kamar mandi. Di tengah tengah terdapat sebuah kasur pegas. Jamal lalu membuka jendela kamar dan membiarkan angin pantai bertiup masuk ke dalam kamar. <br />
<br />
"Ah... segar sekarang.. Nah.. Ton, anggap rumah elo sendiri deh" <br />
<br />
Jamal lalu melepas sepatunya kemudian berdiri dan meloloskan kaos hijau ketatnya. Aku yang sedang duduk di ranjang amat terkagum kagum melihat dadanya yang begitu kekar perkasa. Puting susunya begitu hitam dan tegang. Dia tersenyum melihatku melihatnya seperti itu. <br />
<br />
"Kenapa Ton, elo suka liat tetek gue ?" <br />
<br />
"Eh.. i.. iya.. tetek elo bagus " <br />
<br />
"Tubuh elo juga lumayan bagus kok.. cuman butuh latihan rutin aja" <br />
<br />
Dengan cuek Jamal lalu melorot celana panjangnya sehingga dia hanya mengenakan kolor yang alamak seksi sekali. Mana kontolnya kulihat begitu jelas membayang di balik kolornya yang tipis dan minim itu. <br />
<br />
Diam diam aku merasakan bahwa kontolku juga tegang melihat dia hampir telanjang seperti itu. Baru kali ini memang aku melihat langsung di depan mataku tubuh lelaki yang hampir polos. Jamal lalu tersenyum dan menyuruhku untuk melepas pakaianku. <br />
<br />
"Ayo Ton, lepas pakaian elo.. terus pijitin gue.. tubuh gue capek semua nih" <br />
<br />
Dia lalu menelungkupkan diri ke ranjang. Alamak.. kolor dia hanya berupa tali di bagian belakangnya sehingga pantatnya yang bulat kencang itu terlihat dengan jelas. Aku semakin gemetaran menahan nafsuku dan juga menahan rasa sesak di celanaku akibat kontolku yang semakin ngaceng. <br />
<br />
Aku lalu melepas bajuku dan mengambil body lotion yang disiapkan oleh Jamal. Kemudian aku menduduki pahanya dan mulai mengoleskan body lotion ke punggungnya. <br />
<br />
Saat aku mulai memijit tubuhnya yang kencang itu, Jamal sesekali mengerang nikmat. Setelah beberapa lama, dia memintaku untuk memijit kaki dan pahanya. Dia mengangkangkan kakinya sedikit sehingga terlihat lubang pantatnyayang dipenuhi oleh bulu bulu lebat berwarna hitam itu. <br />
<br />
Tiba tiba Jamal berbalik sehingga kini dia terlentang dan memintaku memijit dadanya. Saat aku hendak duduk di sebelah tubuhnya, Jamal melarangku dan memintaku duduk diatas pahanya, sehingga saat aku membungkuk memijit ...<br />
..dadanya, bagian kontolku bersentuhan dengan kontolnya yang masih terbungkus celana dalam minim itu. Kurasakan kontol dia juga mulai ngaceng. <br />
<br />
<br />
<br />
Jamal mengangkat tangannya sehingga bulu bulu ketiaknya terlihat dan membuatku semakin terangsang. Dia mengerang penuh kenikmatan saat tanganku memijit dadanya dan memintaku untuk memainkan jariku di puting susunya. <br />
<br />
"Sekarang.. lepas kolor gue" perintahnya <br />
<br />
Antara ragu dan ingin tahu, kulepas juga perlahan lahan kolornya sehingga kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu tersembul keluar. Gila.. kontol dia cukup besar dan panjang. Hitam dan dikelilingi oleh bulu bulu jembut yang keriting dan lebat. <br />
<br />
"Ya.. sekarang pijitin tuh kontol gue.." suruhnya lagi <br />
<br />
Tanpa diulang dua kali aku lalu meraih kontolnya dan memainkannya. <br />
<br />
"Bukan dengan tangan.. dengan lidah elo" <br />
<br />
Bagai kerbau dicucuk hidung, aku mendekatkan kepalaku ke kontolnya dan kujulurkan lidahku untuk menjilati kontolnya bagaikan es krim. <br />
<br />
"Oh ya.. euhhh... enak... bagus.. pintar elo Ton" <br />
<br />
Aku semakin bernafsu menjilati kontolnya yang super ngaceng itu dan kumainkan tanganku di pelernya. <br />
<br />
"Masukin ke mulut elo Ton.. masukin semuanya..." <br />
<br />
Lagi lagi aku menuruti kata katanya untuk memasukkan kontolnya ke mulutku, mulai dari ujung sampai ke pangkalnya. <br />
<br />
"Ooooooooooohhhh... yeaaaaaaaaaaaahhhh..... terusssssss... jangan berhenti Tooonnnn" <br />
<br />
Puas kujilati dan kukulum kontolnya, Jamal lalu bangkit dan melepas kolornya. Dia lalu menyuruhku melepas celana jeans dan kolorku. Setelah aku telanjang bulat, dia menyuruhku berdiri di depannya dan kini dia yang menjilati kontolku. Nikmatnya benar benar tak terhingga. Aku sampai merasa terbang di awang awang. Bahkan tak lama kemudian aku tak tahan lagi atas rasa geli dan nikmat yang tak terkira. <br />
<br />
<br />
"Oooohh.. Mal... gue gak tahan.... oooooohh..... ehhhh... yeaaaaa... <br />
<br />
AAHHHHHHHHHHH" <br />
<br />
Kusemprotkan air maniku yang sudah tak tertahankan itu mengenai mulut, muka dan rambutnya. Aku kemudian terkapar lemas di ranjang. Benar benar suatu kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Jamal lalu memelukku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Mulutnya tiba tiba menempel di mulutku. Aku membalas ciumannya dengan bernafsu. Ohhh... nikmat sekali rasanya, sementara tangannya meremas remas tetekku. <br />
<br />
"Gimana Ton, elo suka kan ?" <br />
<br />
"Suka sekali Mal... nikmat..." <br />
<br />
"Itu belum seberapa sayang... gue akan kasih elo sesuatu yang lebih enak" <br />
<br />
"Apa itu Mal ?" <br />
<br />
"Gue pengen ngentotin elo Ton, elo mau kan gue entot ?" <br />
<br />
Tanpa menunggu jawabanku, Jamal lalu menggamit kakiku dan membentangkannya lebar lebar sambil diangkat. Diganjalnya pinggulku dengan bantal dan dia mengambil lotion yang masih tersisa lalu dioleskannya ke lubang anusku. Jarinya lalu dimasukkan ke silitku, pertama tama satu jari, dua jari dan entah sampai berapa jari yang dia masukkan yang jelas aku merasa aneh tapi nikmat menjalari sekujur tubuhku. <br />
<br />
Jamal kemudian berlutut di antara kedua kakiku yang tetap terangkat. Disandarkannya kakiku ke dadaku sementara dia memainkan kontolnya dan mengarahkannya ke lubang silitku. Kurasakan kepala kontolnya menempel di lubang silitku. Dia lalu membungkuk dan mencium bibirku, saat itu juga kurasakan kontolnya memasuki silitku. Rasanya benar benar gila. Aku ingin menjerit karena merasakan silitku seperti terbakar tapi yang keluar dari mulutku hanyalah rintihan kecil. Rontaanku juga tak berarti karena tubuhnya begitu berat menindih tubuhku. <br />
<br />
Akhirnya aku hanya bisa pasrah membiarkan rasa panas itu. Rupanya kontolnya telah masuk semua sampai ke pangkalnya ke dalam silitku karena kurasakan bulu bulu jembutnya menempel di pantatku. Saat itu dia berhenti sejenak dan kurasakan rasa panas dan perih itu hilang seketika berganti dengan suatu rasa aneh dan nikmat yang menjalari tubuhku. Apalagi saat setelah itu Jamal mulai menggerak gerakkan kontolnya maju mundur di dalam silitku. Aku merasa suatu kenikmatan yang paling hebat. Aku merintih dan mengerang saat dia menghentakkan kontolnya keras keras ke dasar silitku. <br />
<br />
Entah berapa lama Jamal menyanggamaiku seperti itu, yang jelas dia kemudian kembali menegakkan tubuhnya sambil tetap mengentot silitku. <br />
<br />
"Ohhh... ahhh.. enak kan Ton.. eeehh... ?" <br />
<br />
"Eeeeeeeeeehh... i... yaaaaa..... euuhhhhhhhhhhhhhhhh... aahhhhhhhhh" <br />
<br />
Hentakan kontol Jamal makin lama makin cepat sampai akhirnya. <br />
<br />
"OOhhhhhhhhhh... Toooonnnnnn..... gue keluar........................" teriaknya <br />
<br />
Setelah itu Jamal menghentakkan kontolnya beberapa kali sampai akhirnya dia berhenti total dan ambruk di ...<br />
..atas tubuhku tanpa mencabut kontolnya dari dalam silitku. Kurasakan ada cairan yang meleleh keluar dari sela sela kontolnya dan silitku. <br />
<br />
Jamal lalu mencium bibirku dengan mesra. <br />
<br />
"Thanks Ton, gue suka elo" <br />
<br />
"Sama sama Mal.. gue juga suka sama elo" <br />
<br />
Setelah beristirahat beberapa jam, Jamal mengajakku keluar ke pantai yang masih gelap itu dengan telanjang bulat. Kami kemudian mandi di pantai dan saat duduk di pasir, kembali Jamal menciumi bibirku dengan bernafsu. Lagi lagi dia ngentotin aku di atas pasir pantai. <br />
<br />
Sampai sekarang Jamal masih sering mengajakku untuk menemaninya. Tapi dia tidak lagi menjemputku di tempat temanku Syarif bekerja, melainkan langsung ke rumahku. Ya, kami sudah menjadi sepasang kekasih. Aku harus mengucapkan terimakasih pada Syarif yang telah mengenalkanku kepada Jamal kekasihku. Kadang kami juga mengundang Syarif untuk ikut join dalam permainan kami.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-48292895047662162022013-05-02T07:34:00.001-07:002013-05-02T07:34:30.153-07:00Model Majalah SekxSetelah pindah dari surat kabar ternama di Propinsi Jawa Timur ini, aku memutuskan untuk berkiprah di salah satu tabloid olah raga.<br />
Kegiatanku tentu meliput dan memotret even dan pertandingan olah raga. Semua olahraga, tentunya.<br />
Namun karena olahraga sepakbola menjadi favorit semua orang, maka seringkali aku meliput pertandingan olahraga. Dan beberapa kerusuhan supporter kerap kualami. Sungguh ngeri ketika harus terjebak di antara dua supporter yang saling serang dengan beringasnya.<br />
Akhirnya, aku hanya bertahan enam bulan saja di tabloid olah raga ini. Dan sekarang aku memilih menjadi fotografer untuk majalah kebugaran pria “Men Health”.<br />
Kebiasaanku dalam memotret memang unik. Baik dilakukan indoor maupun outdoor, saya tidak ingin diganggu, alias hanya saya dan model saja yang boleh berada di lokasi pemotretan. Ketika ditanya kenapa, saya beralasan bahwa dengan demikian saya baru bisa berkonsentrasi. Tak pernah ada yang menaruh curiga. Oleh sebab itu saya selalu dapat dengan untuk mengeksplorasi dan menikmati tubuh para modelku, baik pria ataupun yang wanita. Namun karena ini majalah kebugaran khusus pria, maka modelnya didominasi oleh kaum pria.<br />
Di awal karirku di majalah kebugaran pria ini, aku hanya sebatas menikmati dan mengagumi keindahan tubuh para model itu tanpa berani berbuat apa apa. Aku masih menjaga image dan reputasiku untuk berbuat tidak senonoh.<br />
Namun setelah beberapa minggu kulalui, aku mulai memahami karakter dan menguasai lapangan. Hampir sebagian besar para model yang kukenal, baik itu model peragawan, model foto ataupun model majalah kebugaran sekalipun, ternyata rata rata biseks ataupun punya kecenderungan menyukai sejenisnya. Memang ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan pekerja jasa ataupun pekerja seni serta entertainer. Kadang ada bisik bisik diantara para staf, tentang model tampan A itu ternyata simpanan dari pejabat negara. Hingga model B itu ternyata pacar cowoknya artis sekaligus laris jadi presenter di banyak stasiun Televisi Swasta.<br />
Dan untuk edisi Hari Kemerdekaan RI ini, kami sengaja menampilkan model model terbaik yang ada dengan nuansa merah putih. Salah satunya model Kevin Castro. Dia model keturunan, blasteran Indo-China dan Meksiko.<br />
Model yang satu ini nampak sangat segar dan bersemangat. Dari segi fisik, dia tidak berbeda dengan model pria lainnya: bertubuh kekar dan penuh otot. Yang pasti, Kevin cukup menyita perhatianku selain karena tampan juga bentuk tubuhnya cukup menarik siapapun yang memandangnya. Tentu siapapun dia, akan susah sekali untuk tidak membayangkan lekuk tubuh dan senyum manisnya.<br />
Saya teringat bagaimana seksinya dia saat pertama kali melangkah masuk hanya mengenakan celana tinju saja. Dada bidangnya nampak besar dari samping dengan kedua puting yang menonjol. Saat dia tersenyum padaku, rasanya begitu manis dan menyejukkan mata.<br />
Keuntungan menjadi fotografer model fitness adalah saya bisa memiliki foto-foto model pria seksi dari segala sudut. Kevin Castro memang fantastik. Tanpa canggung, dia berpose, memamerkan dadanya. Dada yang diinginkan oleh semua wanita dan pria penyuka sejenisnya. Patuh sekali, Kevin menuruti semua perintahku untuk berpose secara professional.<br />
Saya menyuruhnya untuk memamerkan otot bisepnya, pungung, dada, kaki, dan bahkan tonjolan di balik celananya. Saya tidak tahu apakah tonjolan itu karena dia sedang ngaceng ataukah karena kontolnya memang besar. Dan saya berniat untuk tidak mencari tahu, karena saya juga harus professional pada bidang pekerjaan saya.<br />
“Bagus sekali, Kevin,” pujiku, mengganti isi film kameraku dengan yang baru.<br />
“Sekarang kita akan mencoba hal yang berbeda”,kataku.<br />
“Kepala redaksi memintaku untuk mengumpulkan beberapa foto seksi pria yang akan digunakan untuk artikel seks. Apakah kamu mau berpose sedikit lebih berani,” tanyaku menyampaikan pesan Kepala Redaksi.<br />
“Tentu saja. Sudah tugasku untuk berpose di depan kamera. Saya hanya berharap bahwa kepala redaksi akan menyukaiku dan saya akan dipanggil untuk difoto kembali,” jawabnya, tersenyum. Astaga, senyumannya itu sangat seksi.<br />
“Baiklah. Sekarang lepas celana tinjumu,” perintahku datar. Sejujurnya aku tidak terlalu bernafsu ingin tahu seberapa besar punya dia. Karena aku juga bukan pria penyuka sejenis.<br />
Tanpa ragu sedikit pun, Kevin segera melorotkan celananya.<br />
Dan apa yang kusaksikan sungguh membuatku terheran-heran. Kontolnya sudah ngaceng dari tadi! Dia ternyata ngaceng berat selama masa pemotretan. Kameraku menangkap bercak-bercak precum menempel di kepala kontolnya yang tidak bersunat itu.<br />
Namun Kevin nampak cuek dan asyik berpose dengan gayanya sendiri bak model porno. Dengan sensual, dia mempertontonkan kontolnya dan lubang pantatnya. Saya jadi curiga dengan Kevin Castro. Masak dia berpikir majalah kebugaran pria “Men Health” akan memuat foto-fotonya dengan pose panas seperti itu? Mungkinkah dia melakukan itu untuk menarik perhatianku?<br />
Walaupun aku cukup akrab dengan pria pria model yang menyukai sejenis, namun untuk turut terlibat ataupun masuk dalam lingkaran mereka, tidak ada dalam benakku. Biarlah itu menjadi urusan mereka, tapi aku bekerja secara professional saja demi istri dan anakku di rumah.Kali ini Kevin tanpa ragu mengambil pose yang cukup sensual. Dan saya curiga, ini dilakukannya memang untuk membuatku tertarik atau memang dia terangsang melihatku? Kontol ngacengnya yang dilumuri precum mengatakan semuanya.<br />
“Tahu tidak?” kata Kevin tiba-tiba seraya memilin-milin putingnya.<br />
“Kamu seksi sekali, juga tampan.” Kevin memujiku sambil membalikkan badannya dan memamerkan otot punggungnya. Kedua belahan pantatnya yang penuh nampak seperti dua belahan bola.<br />
“Kamu suka badanku?” tanyanya, sensual.<br />
Ahh. Dia menggodaku rupanya. Saya bertahan untuk tidak tergoda. Saya harus tetap professional pada pekerjaanku.<br />
Tiba-tiba Kevin mendekat ke arah kamera, lalu menarik tanganku dan mendekapku. Kevin Castro menatapku dengan penuh nafsu. Matanya mengikuti setiap gerakan tanganku saat saya sibuk dengan kameraku. Tanpa malu, dia semakin berani mempertontonkan kontolku kepadanya. Entah mengapa kontolku ikut ikutan ngaceng menyaksikan semua pemandangan sensual itu.<br />
Ahhh apakah aku terangsang oleh pria ini? Adakah memang ada bakat homoseksual atau minimal biseksual dalam diriku?<br />
Dalam kegalauanku, Kevin maju sebentar lalu menarikku ke depan kamera. Di sana, Kevin menciumiku dengan penuh hasrat.<br />
Kepalaku dipegangnya sambil bibirku dilumatnya. Ooohhh… enak sekali bibir Kevin. Untuk sesaat, saya cemburu berat dengan cewek atau siapapun yang diciumnya. Kevin kembali menciumku, namun kali ini kedua tangannya menjalar ke bawah. Sedetik kemudian, kurasakan tangannya sedang asyik menyentuh dan mencoli kontolku.<br />
“A…aaaahhh…. ooohhh….. aaahhh….” desahku saat jari-jari tangannya yang kasar menggesek kulit kepala kontolku.<br />
Sensasi ini tak pernah kurasakan sebelumnya.<br />
Mengapa aku larut dalam godaan sensual Kevin untuk berhubungan intim sesama jenis?<br />
Kevin melepaskan bibirku lalu berjongkok menghadap kontolku. Saya belum tahu apa yang ingin dia lakukan berikutnya. Namun hampir saja aku dapat menebak apa yang akan dilakukannya, dia dengan sigap telah menangkap kontolku yang terbalut celana katunku.<br />
Aku semakin blingsatan dibuatnya.<br />
Ingin rasanya aku menepis dan menjauhinya. Namun tangannya dengan kuatnya. Tak mungkin juga aku berteriak, jika tidak ingin mendapatkan malu. Maka akupun akhirnya mengambil keputusan pasrah dan mengikuti alur kemauan Kevin. Toh rasanya juga nikmat. Ah, biarlah ini menjadi pengalaman rahasiaku. Mau dicap homo atau apa, terserah. Kini aku telah menikmati permainan sejenis ini dan ternyata asyik juga. Akhirnya terbayanglah adegan adegan film bokep biseks yang pernah muncul dalam salah satu adegan film porno koleksiku. Belum sempurna kilatan adegan itu membangkitkan nafsuku.<br />
Ternyata resleting celanaku pun telah dilepasnya.<br />
Bahkan kontolku kini telah digenggamnya. Kontol ngacengku itu dilepaskannya dari kancutku dan langsung mencuat dengan kokohnya.<br />
Kevin langsung membuka mulutnya lebar-lebar dan menelan kontolku. “A…aaahhhh….” erangku saat kepala kontolku dibungkus mulutnya yang hangat dan basah. Sedotan Kevin bertenaga dan keras. Sungguh nikmat. Sepertinya Kevin sudah pernah mengoral kontol sebelumnya, sebab kuluman mulutnya terasa sangat profesional. Jangan-jangan, Kevin berprofesi ganda, sebagai model fitness dan gigolo juga, pikirku.<br />
“A…aaaahhh…” erangku lagi saat lidah Kevin menggelitik bagian bawah kepala kontolku itu. Kontolku berdenyut semakin keras dan nafsuku semakin menggelegak. Akupun lantas mengikuti permainan Kevin.<br />
Lama Kevin melakukan jilatan dan kuluman pada seluruh batang kontolku. Tak ada satu inchipun yang terlewatkan oleh sapuan lidahnya. Karena sensasinya yang luar biasa, aku hampir saja muncrat dalam hitungan sekejap. Namun, saya tak ingin berejakulasi dulu, aku akan merasa malu sekali kalau itu terjadi. Karena tadi menolak, tapi nyatanya sangat menikmati dan akan ejakulasi duluan. Maka Kevin kudorong sampai kontolku terlepas dari mulutnya.<br />
Ah…h kepalang tanggung.<br />
Kevin kecewa namun segera dia mendorong kepalaku untuk berjongkok di depannya. Aku berontak. Namun dia dengan keras mendorong kepalaku dan akhirnya posisiku tepat berjongkok di depannya. Lalu kontolnya disorongkan ke mukaku. Mau tak mau, mulutku membuka dan gantian aku yang menghisap balik kontolnya. Kini dia yang berdiri sementara saya sibuk mengoral kontolnya sambil berjongkok. Pengalaman pertama yang aneh. Namun cukup asyik juga mengoral batang cowok. Aku ga bisa membedakan, ini nikmat ataukah karena terpaksa.<br />
“Hmmmm..mmmmmm….” SLURP! SLURP! Lama lama kuakui kontol Kevin benar-benar terasa enak di mulutku. Harus kuakui, aku belum pernah tau rasanya menghisap kontol. Namun kontol Kevin yang ada kulupnya yang membuka, terasa aneh dalam kuluman mulutku. Saya semakin giat menyedot kontolnya, berusaha menarik kulupnya. Semakin kuat usaha memunculkan gland penisnya! Dan harus keluar sperma dari gland penis itu.<br />
Kulihat kedua puting Kevin yang melenting di atas kepalaku sedang menganggur. Kebetulan nih, pikirku. Langsung saja kupelintir-pelintir kedua putingnya itu. Kevin mengerang kenikmatan dan tubuhnya menggeliat-geliat. Kuperkeras pilinanku, namun dia tidak memprotes tindakanku. Malahan dia nampak menikmati. Tanpa ampun, putingnya kutarik lalu kuputar. Tarik dan putar lagi.<br />
“AAARRRGGGHHH!!!!!” erangnya. Dadanya yang lebar dan bidang itu terangkat-angkat, mencoba untuk menghirup lebih banyak udara. “A…aaahhh…. ooohhh… enak banget…. aahahh… pelintir terus…. aaahhh.. isep kontolku…. aaaahhhh….”<br />
Tiba-tiba kuperhatikan bahwa kedua bola pelernya terangkat pelan-pelan dan Kevin nampak seperti orang kehabisan napas. Saya tahu apa yang akan terjadi dengannya. Dia akan segera berorgasme.<br />
“A…AAARRGGGHHHH!!!” lenguhnya.<br />
Aku semakin mempercepat jilatan dan kulumanku. Hingga selang beberapa saat kontol Kevin semakin menegang dan CCRROOTT!!! CCCRROOTT!!! CCCRROOOTT!!! CCCRROOOTT!!! Banjir pejuh menyerbu masuk kerongkonganku. Langsung kulepaskan kontol itu. Dan sperma Kevin muncrat dan menyemproti mukaku. Kevin terus mengerang-ngerang sambil memegangi kepalaku keras-keras. Lalu dia mengarahkan kontolnya ke mulutku. Dia ingin kontolnya masuk sedalam-dalamnya ke mulutku lagi agar orgasmenya lebih nikmat.<br />
CCRROOOTT!!!!! “AARRGGHH!!!! UUUGGHH!!!! AAAHHHH!!!!! AAARRGGGHHH!!!” erangnya, tubuhnya kelojotan sampai titik pejuh yang penghabisan. Kevin agak sempoyongan, nampak letih sekali. Lalu setelah seluruh spermanya muncrat hingga tetes terakhirnya. Dia terduduk lemas sambil selonjoran. Jadi kubiarkan dia beristirahat sejenak.<br />
Kevin terbaring kelelahan di atas lantai studio pemotretan. Lampu-lampu kamera yang dilengkapi payung pantulan masih menyoroti tubuh kami mulai membuat kami kepanasan setengah mati. Namun semakin kami berkeringat, semakin kami terangsang kembali. Selang satu jam kami terbaring bersama, kurasakan tenaga kami sudah pulih kembali. Kulihat tubuh Kevin yang berkilauan dengan keringat itu. Ah, seksi sekali. Dadanya masih sibuk naik-turun. Saya meraba-raba dadanya kembali dan kurasakan detak jantungnya. Kevin mengerang keenakkan saat kuremas dadanya. Pria blasteran ganteng itu langsung duduk berdiri dan menciumiku dengan penuh nafsu. Bagus, dia sudah ON kembali dan siap beraksi lagi.<br />
“Mau entotin pantat gue ga?,” kata dia, sambil menggaruk-garuk dadaku.<br />
Dan aku pun meresponnya dengan bersemangat. Karena tadi aku belum sempat ejakulasi,. Tanggung. Seperti singa kelaparan, dia mendorong tubuhku ke belakang dan saya pun terbaring tak berdaya di hadapannya. Kevin menggerayangi seluruh tubuhku. Lidahnya sibuk menjilat-jilat setiap bagian tubuhku. AAahhhh…. Tangannya juga sibuk mencubiti kulitku. Saya menjadi semakin terangsang. Rupanya Kevin Castro senang main kasar. Dan anehnya, saya suka permainan kasar seperti ini. Rasanya aku sedang digagahi.Inilah aku telah menemukan jati diriku yang sebenarnya. “O…hhh, sohh…. aaaahhh…. ooohhh….” erangku.<br />
Sebelum saya menyadari apa yang sedang dia lakukan, kedua kakiku sudang diselonjorkan. Dan Kevin mengambil posisi jongkok tepat di atas selangkanganku. Kevin sudah tak sabar lagi rupanya. Tentu saja saya senang melihat kontolku yang diposisikan tepat di depan lubang pembuangannya. Setelah dilumurinya kontolku dengan ludahnya saat dia menghisap dan mengulumi kontolku. Dan dengan sekali dorong, PLOP! Kepala kontolku pun bisa masuk! Kevin segera berusaha serileks mungkin agar kontolku itu mudah masuk. Lalu Kevin menarik pantatnya ke atas lalu didorongkannya kembali dengan perlahan.<br />
Akhirnya kontolku yang cukup besar itupun dapat masuk seluruhnya.<br />
“A…AAARRGGHH1!!” erangku saat Kevin langsung tancap gas dan menggenjot pantatnya tak karuan, begitu kontolku masuk ke lubang pantatnya.<br />
“U….UUUGGHH… OOOHHH…. AAAHHH…. OOOOHHH…. AAAAHHH….” Pantatnya yang montok itu digoyang goyang dan ditarik tancapkan, berirama tetap. Kadang pantatnya ditarik, hhingga kontolku terangkat hampir terlepas dari pantatnya. Kadang dia hunjamkan dengan dalam dalam, hingga kontolku tercancap hingga keseluruh batang kontolku tercengkeram dinding ususnya.<br />
Wajah Kevin meringis-ringis, nampak kecapekan. Napasnya yang memburu serasa habis lari jarak jauh.<br />
“Aa…aaahh… aaahhh… aaahhhh…” desahnya, bibirnya bergetar menahan kenikmatan. Kepala kontolku bergesek-gesek dengan dinding usus Kevin. “A…aaahhh…… ooohhhh…. enakkkk….. aarrgghh….” Keringatnya jatuh menetes-netes ke atas tubuhku yang juga sudah berkeringat.<br />
“A…aahh…..” Aku semakin terangsang melihat kontol Kevin yang tegang berdiri dan terlempar ke samping kanan kiri di atas perutku. Lalu dia meraih tanganku untuk memegangi kontolnya itu dan menyuruhku untuk mengocoknya.<br />
Karena pantat Kevin berkontraksi terus saat kontolnya aku kocok. Saya pun megap-megap, mengambil napas. Rasanya tak tertahankan. Orgasmeku semakin mendekat dengan cepat sekali. Aku terus menahan rasa nikmat itu agar orgasmeku tidak cepat datang. Namun usahaku sia sia, karena rasa nikmat itu begitu hebat mendera sekujur tubuhku, hingga akhirnya tubuhku mengejang dan kelonjotan.<br />
“AAARRRGGGHHHH!!!!!!!” teriakku. CCCRROOTT!!! CCCRROOOTT!!! CCRROOTT!!! Akhirnya saya ngecret juga di dalam lubang pantat Kevin.<br />
“AARRGGHH!!! OOOHH!!!! UUUGGHH!!!! AAAHHH!!!!!” Pejuhku tersembur dan rasanya muncrat muncrat di dalam sana, mengenai dinding dinding usus Kevin. Rasanya cairan itu agak panas saat pejuh itu muncrat. Tubuhku menggelepar-gelepar dan meronta-ronta. Saat kontolku berdenyut tak karuan, lubang anus Kevin juga ikut berdenyut. Dan denyutan anus Kevin itu pertanda orgasme Kevin Castro akan segera datang juga.<br />
“UUUGGGHHH!!!!!” Kevin mengerang, mendorong pinggulnya ke bawah hingga seluruh kontolku tertancap dan tenggelam. CCRROOTT!!!! CCRROOTT!!! CCCRROOTTT!!! Cairan sperma miliknya pun tersemprot ke perut, dada dan sebagian ke leherku. Dengan cepat, pejuh Kevin yang terasa hangat di kulit perutku itu memenuhi perutku.<br />
“AARRGGHH!! OOOHH!!!! UUUGGHH!!!! AAAHH1!!” Kontolnya berdenyut-denyut dan setiap denyutannya dapat kurasakan dengan sangat jelas di genggaman tanganku. Aaahhh, sunguh erotis sekali. CCCROOTT!!! CCCRROOTT!!!!<br />
Kevin menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuhku. Dadanya yang besar dan keras menimpa dadaku. Putingnya yang keras terasa menggesek-gesek putingku. Kami hanya berbaring di situ selama bermenit-menit sambil bernapas terengah-engah. Pejuh kami mengotori lantai studio, becek di mana-mana. Saat kami berdua pulih, Kevin bangkit dan menciumiku lagi. “Thanx,” katanya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-85069182111124330832013-05-02T07:34:00.000-07:002013-05-02T07:34:05.982-07:00pekanbaru malam"Aku.. horny berat nih Bob.". Deni semakin mendekat sambil tangannya meremas-remas bahuku.<br />
Aku yang juga sudah 'on' sejak tadi karena pengaruh kenanganku dengan Rudi tidak memberikan komentar lagi. Aku langsung mendekatkan wajahku dan melumat bibir Deni dengan lembut. Cuupp.. cripp.. crupp.. cipp.. Suara ciuman kami makin keras seiring dengan lumatan yang juga bertambah ganas. Kami lalu pindah ke lantai ruang kerjaku yang berkarpet hijau. Kami mulai saling meraba plus meremas-remas punggung dan pantat lawan. Aku terus memainkan lidahku di dalam mulut Deni dan saat kugelitik langit-langit mulutnya dengan ujung lidahku Deni agak menggeliat sambil meremas kuat punggungku.<br />
<br />
"Hah.. ahh.. Aku pengen Bob.". Masih memelukku Deni mendesis setelah kami menghentikan aksi cium yang berlangsung cukup lama.<br />
"Kerjain aku, Den..", aku bergumam lalu mulai melumat leher Deni hingga Deni mendongak dan tangannya meremas-remas rambut kepalaku.<br />
Deni kemudian melepaskan pelukan. Tidak sabaran lagi Ia segera menelanjangiku lalu gilirannya yang melumat leherku hingga turun ke dadaku. Aku menggeliat sambil mendesah nikmat saat Deni memainkan putingku dengan sapuan lidahnya yang begitu hangat. Nafasnya terasa hangat mendengus menerpa dadaku mendatangkan sensasi nikmat tersendiri. Deni terus menyungsep ke daerah ketiakku yang bebas bulu dan menciumnya dengan nikmat, lalu lidahnya menari-nari di sana membuatku menggelinjang saking merasa geli karena rangsangan yang begitu kuatnya. Akhirnya aku terbaring pasrah sambil dengan sayu menatap Deni.<br />
Deni menanggalkan kaosnya.<br />
<br />
Otot dadanya yang besar bidang kelihatan bergerak-gerak seksi. Dengan agak tergesa Deni menanggalkan celana berikut CD hingga rudalnya mencuat bebas siap diluncurkan. Sukses bertelanjang ria Deni lalu membalikkan badanku yang sudah pasrah hingga terlungkup dan ia mulai menciumi punggungku dan terus menurun ke gundukan bukit pantatku. Disana lidah Deni terus 'hiking' menjelajahi lereng bukit sampai ke lembah-lembahnya menerobos hutan yang nyaris gundul karena terlalu sering ditebangi. Dengan semangatnya lidah Deni terus bertamasya di sekitar lobang hingga suatu ketika lidahnya itu terperosok ke dalam lubang yang membuatku terbeliak sambil mendesah nikmat oleh rontaan lidah Deni yang sepertinya ingin memanjat tepian lobang untuk keluar tapi gagal hingga terus menerobos masuk.<br />
<br />
Puas ber 'hiking' ria Deni segera memasukkan 2 jarinya ke dalam anusku lalu menusuk sambil mengaduk di dalamnya yang membuatku mengencang-ngencangkan otot bukit pantatku. Mungkin karena gemas melihat bukit pantatku yang bergerak-gerak Deni menggigitnya hingga aku menjerit kecil karenanya. Deni segera membalikkan tubuhku hingga aku terbaring lagi menghadapnya. Ia lalu mengangkat tungkaiku dan meletakkannya di bahunya. Sambil bertumpu pada lutut dan lengannya Deni mengarahkan kontolnya dan.. bless.. kontolnya amblas masuk ke lobang pantatku. Ia lalu dengan gairahnya memompa kontolnya maju mundur sambil menatap wajahku dengan tatapan 'kehausan'. Saat itu dari stereo komputer kebetulan sedang mengalunkan house music yang berirama menghentak cepat seolah-olah menyatu dengan entotan Deni.<br />
<br />
"Akh.. truss.. enak.. hmph.. oh.". Aku terus meracau nikmat sambil dengan gencar memainkan putingku sendiri.<br />
Desahanku membuat sodokan Deni makin menggila hingga..<br />
"Oh.. aku mau keluar.. Bob.". Deni mulai mengejang dengan entotan yang makin ganas saja.<br />
"Ah.. oh.. truss.. Den.. truss.". Aku mengimbangi entotan Deni dengan eranganku yang keras dan..<br />
"Aakh.. uh.". crroott.. crott.. Deni akhirnya klimaks didalam pantatku.<br />
Tembakannya terasa menghangat didalam mendatangkan sensasi nikmat. Aku yang masih belum klimaks segera mengocok-ngocok kontol sendiri sambil terus mendesah-desah nikmat. Tidak membiarkanku asyik sendiri Deni yang sudah selesai menikmati sisa puncak kenikmatannya segera mengulum kontolku dan menyedotnya dengan kuat.<br />
<br />
"Akh.. Aku pengen coba pantatmu Den.".<br />
Ungkapan keinginanku disambut Deni dengan menungging hingga pantatnya menghadapku dengan lubang yang siap menerima gempuran.<br />
Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada aku segera mengarahkan kontolku dan mulai memasukkannya ke dalam pantat Deni.<br />
"Sssh.. akh.". Deni agak mendesis saat kontolku menembus lubangnya hingga ke pangkal.<br />
Aku lalu memeluk pinggang Deni dan mulai goyang dengan gerakan yang makin lama makin cepat.<br />
"Oooh.. Bob.. ahh.. ssh.". Entotanku membuat Deni mendesah meracau nikmat.<br />
Aku lalu menghempaskan pantatku ke lantai sambil membaringkan tubuhku. Karena kedua lenganku masih dengan kuat mengunci pinggul Deni sambil menusuk pantatnya dalam-dalam, gerakan menghempasku tadi membuat Deni hampir hilang keseimbangan dan hampir menimpaku yang sudah terbaring. Akhirnya posisiku berbaring dengan Deni yang duduk diatas pahaku membelakangi diriku. Kontolku masih menancap di kedalaman pantat Deni. Sepertinya ia mengerti mauku hingga mulai bergerak naik turun sambil mengencangkan otot duburnya memijati batang kontolku.<br />
<br />
"Ahh.. yes.. enak Den.. oh.. trus.". Aku makin menggila oleh goyangan pantat Deni yang kadang diselingi dengan gerakan melingkar-lingkar.<br />
Masih dalam posisi duduk Deni memutar posisinya hingga menghadapku. Ia lalu memainkan putingku dengan kedua tangannya sambil melanjutkan goyangannya yang membuatku hilang kesadaran dan.. crrott.. crett.. crott.. aku menembak tanpa sempat permisi lagi. Setiap tembakan membuat jiwaku seolah lepas melayang-layang sampai langit ke tujuh. Saat masih melayang nikmat samar-samar aku merasakan ada yang mengecup pipiku dengan mesra. Kubuka mataku dan kulihat wajah Deni yang sedang tersenyum lembut menatapku. Saat itu ia masih dalam posisi 'menduduki' aku.<br />
"Terima kasih Den.. Kamu hebat sekali.". Aku segera memeluk Deni sambil berbisik di telinganya.<br />
"Kamu juga Bob.". Deni juga berbisik di telingaku lalu mengecup keningku dengan lembutnya hingga membuatku melayang lagi.<br />
<br />
Dengan perasaan puas yang mendalam aku melepas pelukanku lalu kami segera bangkit sambil masih terus saling tatap. Tiada kata yang terucap dari mulut kami karena tatapan kami sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan sejuta rasa yang ada.<br />
"Mandi lagi yuk.". Ajakanku disambut Deni dengan anggukan kepala.<br />
Dengan bertelanjang ria kami lalu keluar dari ruang kerja dan masuk ke kamar mandi. Tanpa menutup pintunya kami mulai mengguyurkan air. Rasanya segar sekali. Suara TV yang tidak kumatikan terdengar sampai ke kamar mandi.<br />
"Croott, gosok, bilas.". Saat itu terdengar 'jingle' iklan pembersih kamar mandi yang diperani oleh komedian Indonesia yang ngetop itu.<br />
Mendengar nyanyian itu tiba-tiba saja aku merasa geli sekali hingga tertawa kecil sambil cengengesan sendiri. Aku merasa geli karena nyanyian itu terasa cocok sekali dengan kondisi aku dan Deni yang baru saja crott dan sedang gosok bilas.<br />
<br />
"Ehh.. kok ketawa sendiri. Jangan-jangan kamu.". Deni tersenyum geli sambil menyilangkan satu telunjuk di dahinya.<br />
"Hush.. nggaklah Den, aku cuma geli mendengar 'jingle' iklan TV"<br />
"Hayo.. Apanya yang lucu?" Deni makin menggodaku.<br />
"Itu lho.. crott gosok bilas.". Aku meniru jingle lagu sambil mengejang-ngejang seolah sedang 'crott' lalu menggosok dan mengguyur membilas tubuhku.<br />
"Nggak lucu deh.. nggak lucu.". Mulutnya ngomong nggak lucu tapi Deni malah tertawa keras dan ikut-ikutan menyanyi sambil meniru gayaku. Suaranya ternyata empuk didengar.<br />
"Terserah.. Yang penting tunjukin dong rasa loe.".<br />
Aku menirukan kata-kata dalam iklan kopi yang membuat Deni makin terpingkal.<br />
"Dasar.. TV maniac kamu.". Masih tertawa Deni menimpali candaku dan lalu mengguyurkan air ke mukaku.<br />
Aku ikutan tertawa dan membalas guyuran Deni. Kami terus mandi sambil bercanda seperti dua orang anak kecil saja layaknya.<br />
Selesai mandi dan mengeringkan badan dengan masih bertelanjang aku dan Deni kembali ke ruang kerjaku. Kami lalu memunguti pakaian kami yang tadi berceceran di lantai dan mengenakannya kembali.<br />
"Ngobrol lagi yuk.". Deni kembali duduk di kursi di depan komputer sambil menggerakkan mouse klak-klik mencari lagu yang disukainya.<br />
Sesaat kemudian lagunya Air Supply 'Lost in Love' mengalun lembut menghangatkan suasana. Aku duduk di kursi yang satunya lagi sambil sejenak menikmati alunan lagu yang memang sangat kusukai itu.<br />
<br />
"Eh.. ceritamu tadi itu menarik lho.. Si Rudi beruntung lho bisa mendapatkan kamu.. Terus, apa Rudi terus-terusan bersikap seperti itu?" Deni memulai pembicaraan dengan memberikan komentarnya sekaligus pertanyaan terhadap ceritaku tadi.<br />
"Dia tidak mendapatkan aku kok, Den".<br />
"Kalau begitu, kamu yang mendapatkannya?" Deni tersenyum menggoda.<br />
"Apalagi itu, nggaklah.. Nggak ada yang namanya saling mendapatkan" Jawabku serius.<br />
"Jadi kalian memang nggak pernah mengulangi 'itu' lagi ya?" Deni agak mengernyitkan alisnya.<br />
"Kalau mengulangi sih pernah, malah lebih intens lagi".<br />
"Coba ceritain Bob.". Deni kelihatan semakin penasaran.<br />
"OK, ceritanya begini.".<br />
<br />
*****<br />
<br />
Seperti yang kuceritakan tadi kalau saat jumpa di rental Rudi terus bersikap seolah-olah nggak terjadi apa-apa diantara kami. Dengan demikian aku juga cuek-cuek aja. Hingga pada suatu Minggu siang bel rumahku berbunyi. Aku benar-benar 'surprised' saat membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Rudi berdiri di depanku masih dengan pakaian olahraga basketnya dengan wajah penuh senyum.<br />
"Boleh masuk Mas?" Deni tersenyum sambil memperhatikanku yang masih bengong dan lupa mempersilahkannya masuk.<br />
"Oh.. Eh.. ya.. Masuk Rud.". Aku agak salah tingkah.<br />
Deni masuk dan setelah melepas sepatunya ia dengan cueknya duduk di sofa ruang tamu. Berbeda dengan kunjungan pertamanya kali ini ia sama sekali tidak canggung lagi.<br />
<br />
"Benar-benar beda anak ini", batinku sambil memperhatikan ekspresi Rudi yang seperti biasanya sulit kutebak.<br />
"Minum apa Rud?"<br />
"Air putih saja deh Mas. Biar Rudi yang ambil sendiri saja ya?" Tanpa menunggu jawabanku Rudi bangkit dan beranjak ke dapur.<br />
"Sekalian ambilin segelas untuk Mas ya..", pintaku sambil memperhatikan tubuh jangkung Rudi yang menghilang di balik pintu dapur.<br />
Sesaat kemudian Rudi kembali sambil membawa 2 gelas air putih. Setelah meletakkan satu gelas di depanku Rudi lalu duduk sambil meneguk air di gelasnya dengan nikmat.<br />
<br />
"Wah.. Mas nggak nyangka lho kalau kamu mau main lagi ke sini. Mas kira Rudi marah sama kelakuan Mas yang kemaren".<br />
"Nggak kok Mas. Kan Rudi sudah bilang kalau Rudi nggak marah sama sekali".<br />
"Kalau gitu kamu senang ya?" Aku tersenyum menggoda lalu pindah duduk di samping Rudi.<br />
Rudi cuma tersenyum tidak menanggapi godaanku.<br />
"Kamu baru dari tempat latihan basket ya?" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.<br />
"Nggak kok Mas. Ini cuma formalitas saja supaya dapat keluar. Dan iseng-iseng aku kemari Mas".<br />
Kulihat Rudi agak tersipu malu. Sikap Rudi yang kadang sulit kutebak tapi juga kadang polos membuatku gemas, penasaran sekaligus simpati.<br />
<br />
"Ooh.. Mas kira kamu kangen.. Suka sama Mas gitu.". Aku mencoba mengajak Rudi bercanda sambil mengenang hisapan mulut Rudi di kontolku pada waktu lalu.<br />
"Rudi sudah punya pacar Mas". Rudi serius menanggapi candaku.<br />
"Pasti cewekmu itu cantik sekali ya. Kamu harus jaga baik-baik lho". Mendengar kalau Rudi punya pacar aku mulai serius dan tidak bercanda lagi. Aku membayangkan kalau orang seganteng Rudi pasti punya pacar yang cantik sekali, berarti dia bukan gay dan kejadian kemaren denganku mungkin lebih disebabkan oleh spontanitas saja.<br />
"Mas.., Rudi pengen tahu nih, apa Mas homo ya?" Bukannya ngobrol tentang pacarnya Rudi malah menanyakan hal lain.<br />
"Memangnya kalau homo kenapa? Rudi nggak sudi berteman ya sama Mas?" Dengan lembut aku balik bertanya.<br />
"Sama sekali nggak Mas.. Rudi senang kok temanan sama Mas.".<br />
Rudi buru-buru menjawabku dengan sungguh-sungguh yang membuatku merasa senang sekaligus terharu sekali.<br />
"Yaah.. Mas memang homo. Tapi Mas janji nggak akan berbuat 'itu' lagi sama Rudi. Rudi juga tolong lupain kejadian kemaren ya dan teruslah fokus ke pacar Rudi. Sekali lagi maafin Mas". Aku merasa menyesal juga dengan perbuatanku pada Rudi yang begitu polos, jujur dan menarik.<br />
"Pacar Rudi cowok kok Mas.". Suara Rudi pelan sekali namun sangat jelas masuk ke dalam telingaku hingga aku benar-benar hampir terlonjak saking terkejutnya.<br />
"Jangan bercanda ah.". Suaraku agak keras karena keterkejutanku yang belum hilang.<br />
"Rudi sudah jadian sama dia beberapa bulan yang lalu. Aku sangat cinta padanya Mas. Cuma sepertinya terlalu banyak halangan. Aku benar-benar stress. Tolong aku Mas.". Mata Rudi mulai memerah. Diluar dugaanku ia memelukku dan mulai menangis di dadaku persis seperti anak kecil.<br />
"Cinta."..Aku menggumam masygul sambil menepuk-nepuk punggung Rudi. Aku diam saja dan membiarkan Rudi menangis sepuasnya membasahi bagian dada kaosku dengan air matanya.<br />
<br />
Puas menangis Rudi melepaskan pelukannya lalu segera mengelap sisa air mata yang ada di pipinya.<br />
"Sorry ya Mas. Rudi cengeng nih.". Rudi tersenyum dengan mata yang masih merah yang membuatku serasa ingin memeluknya dan membisikkan sejuta rasa simpatiku padanya.<br />
Lalu Rudi mulai curhat padaku yang aku dengar dengan penuh perhatian. Saat curhat barulah aku merasakan kedewasaan Rudi yang mungkin ditempa oleh penderitaan batin yang dialaminya selama ini. Namun dibalik kedewasaannya Rudi tetap hanyalah seorang anak yang polos dan jujur.<br />
<br />
Rupanya Rudi telah memiliki pacar cowok jauh sebelum pertemuannya denganku. Ia sudah lama menyadari kalau ia suka pada sesama jenis hingga timbul perasaan bersalah dan tertekan pada dirinya. Berbagai usaha telah dilakukannya untuk dapat suka pada lawan jenis. Diantaranya dengan memacari teman cewek satu sekolah. Namun apa daya Rudi tidak bisa mengingkari nuraninya yang terus memberontak hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang cowok sebayanya dan akhirnya saling janji untuk setia. Cerita Rudi membuatku teringat dengan perasaanku dulu saat seusia dengan Rudi. Mungkin kaum gay memang memiliki nasib yang lebih kurang sama di dunia yang serba kejam ini.<br />
"Terima kasih Mas.. Beban Rudi agak berkurang sekarang". Rudi kelihatan lega setelah mengeluarkan beban hatinya.<br />
"Jadi apa Rudi akan mempertahankan hubungan dengan cowok Rudi?" Hanya pertanyaan itu saja yang terlontar dari mulutku saat itu.<br />
"Iya Mas. Rudi sudah terlanjur cinta.".<br />
<br />
Saat itu ingin rasanya aku menasehati Rudi agar jangan ada cinta di hatinya terhadap sesama jenis jika tidak ingin terluka, namun aku sama sekali tidak sanggup melakukannya. Apalagi saat melihat sinar ketegaran yang terpancar dari bola mata Rudi. Aku tahu Rudi tidak dapat menolak sifat gay sama seperti halnya aku.<br />
"Apa orang tuamu tahu Rud..?"<br />
"Kurasa nggak Mas. Aku nggak bisa bayangin kalau seandainya mereka tahu. Mereka itu sangat fanatik Mas". Aku dapat membayangkan ketakutan Rudi yang juga kualami dulu.<br />
"Apa Mas pernah jatuh cinta?" Tiba-tiba saja Rudi memberikan pertanyaan yang sangat susah kutemukan jawabannya.<br />
"Jatuh cinta? Mungkin pernah Rud.. Tapi yang jelas Mas nggak pernah memberi pernyataan cinta pada siapapun hingga Mas nggak pernah punya yang namanya pacar atau semacamnya", jawabku jujur.<br />
"Masak sih.. Mas ini rugi deh masak ganteng-ganteng nggak punya pacar.". Rudi mulai ceria kembali.<br />
"Iya deh.. iya.. kalau gitu Rudi aja yang jadi pacar Mas.". Aku menimpali canda Rudi dengan menggodanya.<br />
"Eit.. stop.. Rudi kan sudah punya pacar.". Rudi memasang tampang emoh yang membuatku gemas.<br />
"Setia ni yee.". aku meniru kata-kata dalam iklan TV yang membuat Rudi tertawa-tawa oleh banyolanku.<br />
"Mas ke WC dulu ya Rud.. Sakit perut nih. Kamu nonton TV aja dulu, ada acara bagus tuh..", kataku sambil memegang perutku yang tiba-tiba saja melilit.<br />
Rudi menggangguk kecil sambil tersenyum memperhatikanku. Kira-kira 15 menit kemudian aku selesai melepas hajat dan keluar dari WC. Aku tidak melihat Rudi di ruang tamu. TV ruang tamu juga sedang dalam keadaan off.<br />
"Mungkin lagi istirahat di kamar", batinku sambil langsung menuju kamarku yang tidak pernah aku tutup di siang hari.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-71289745950419489672013-05-02T07:33:00.002-07:002013-05-02T07:33:46.894-07:00JAKARTA STORYSiang yang terik. Setengah berlari aku menyeberang dari Kwitang menuju Atrium. Sesudah tasku diperiksa Satpam, takut bawa bom, aku masuk tirai angin dan 'nyess' duh, sejuknya Atrium disiang hari. Aku langsung menuju toilet. Sejak di metro mini tadi aku sudah sangat kebelet. Dengan setengah berdesakan aku bisa mengasongkan kontolku ke mulut urinoir untuk melepaskan kebeletku. Dengan diawali bergidik karena lepasnya tekanan kebelet aku membuang banyak air seniku. Tiba-tiba seorang pria setengah baya di sampingku melongok melihati kontolku. Ah.. Aku jadi ingat. Bukankah di Atrium ini banyak berkeliaran kaum 'gay'. Mungkin pria ini salah satu dari mereka. Aku acuh melihati mukanya. Dia melihatiku sambil berbisik,
"Boleh diisep?", sambil melempar lirikkan matanya ke arah belakangku. Alisku berkernyit. Apa maksudmu?
Dia mengancingkan celananya kemudian bergerak menuju salah satu kamar WC yang berderet di belakang kami. Masuk dan menutup pintunya setengah.
Pria itu muda, lebih muda dari aku. Dan cukup cakep, juga kupastikan lebih cakep dari aku, mungkin aku melihatnya hampir mirip Syahrul Gunawan yang bintang sinetron itu. Aku sedikit tegang dan penasaran. Aku yakin dia sedang menunggu aku.
Dengan sedikit bergetar aku melangkah memasuki WC itu. Hitunganku tak mungkin dia mencelakanku mengingat posturku jauh lebih macho dari posturnya.
Begitu aku masuk kulihat dia telah duduk di kloset yang tertutup. Artinya dia memang menunggu aku. Dan tanpa minta ijin tangannya langsung meraih kemudian membuka ikat pinggangku, menarik resluiting celanaku dan dari celana dalamku dia merogoh keluar kontolku yang ngaceng. Memang sejak terpikir olehku bahwa aku sedang berhadapan dengan gay, kontolku telah mulai ngaceng.
"Duuhh.. Gedenya mass.. Tak isepi yaa..", dia mendongak bertanya sambil menganga. Dan tanpa menunggu jawabanku mulutnya mulai menjilati kemaluanku.
Perasaanku seperti disergap stroom listrik. Sentuhan lidahnya pada ujung penisku mengingatkan pada pacarku beberapa waktu lalu yang suka sekali mengulum kontolku. Aku mendesis.
KulihIni adalah demo erotis. Aku menyaksikan perubahan pada kontolnya. Semakin dia mengocok, semakin gede, panjang dan berkilatan. Bonggolnya yang persip menghadap ke mukaku menunjukkan lubang kencingnya yang bolong gede. Dari situ pula spermanya akan muncrat. Demo erotis ini sangat mencekam hasrat syahwatku. Ada semacam keinginan untuk mengelusi atau menyentuh atau membiarkan si Hitam menyenggol-nyenggolkan ke wajahku. Aku masih tak menentu.
Kocokan si Hitam semakin intens dan cepat. Aku melihat dia menyempitkan dan melonggarkan tangannya pegangan kontolnya secara bergantian. Akhirnya dia mendesah dan merintih berbisik..
"Ampuunn.. Hhoocchh.. Hocchh.. Mass..", kontol itu nampak mengangguk-angguk sebelum croott.. crott.. crott.., menyemprotkan pejuhnya. Sebagian besar jatuh ke lantai, namun sebagian lain kubiarkan mengenai dagu dan pipiku. Juga di rambutku. Kini benar-benar selesai. Dia bangun membetulkan celananya.
"Terima kasih ya..", dia kembali mengangkat alisnya.
Aku bersihkan lendir di dagu, pipi dan rambutku. Aku keluar duluan. Sesudah luar ruang toilet, dia menyusul aku. Sekarang baru sempat memperkenalkan dirinya. Namanya Thomas. Asalnya dari Ambon. Dia beri aku dua lembar tiket bola.
"Mas, kalau sempat nonton ya. Do'ain kesebelasanku menang".
"Ya, mudah-mudahan menang. Khan sudah terbukti Thomas pinter bikin 'goal' tadi".
Terimakasih Oom..
Saking panasnya hari dan jalanan Jakarta dengan setengah berlari aku menyeberang jalan Thamrin menuju Toserba Sarinah. Aku mengejar teduhnya AC di gedung megah 15 lantai berikut basement-nya itu. Dan begitu menembus 'air wind' pintu masuk Sarinah rasa nyaman langsung menerpa seluruh tubuhku. Wwuuhh.. Sejuukk..
Toserba Sarinah yang sangat dikenal orang Jakarta ini sangat ramai dikunjungi orang. Di lantai bawahnya selalu ada acara pameran atau demo produk atau tontonan hiburan dengan maksud mengundang sebanyak mungkin pengunjung agar toko-toko di tempat itu juga dibanjiri pembeli. Berikutnya yang mendesakku adalah kepingin kencing. Aku berbelok ke arah kiri eskalator menuju toilet di samping lift. Ternyata di situ orang mengantre untuk bisa kencing. Aku tak sabar. Aku langsung kembali naik eskalator ke lantai 2. Dengan letak yang sama ke arah kiri aku kembali menuju toilet di lantai 2 dan langsung melaju masuk agar selekasnya aku bisa melepaskan desakkan air kencingku. Dengan berdii kukeluarkan kemaluanku dan ssyyuurr.. Pancaran kencing kuningku mancur ke 'urinoir'.. Hhaahh legaa..
Saat menanti habisnya air kencingku tiba-tiba kusadari orang di sampingku, yang ternyata dia adalah Satpam yang lengkap dengan uniform dinasnya, melongok-longok melihati kemaluanku yang sedang memancurkan kandungannya. Aku langsung ingat. Pernah dengar bahwa di Sarinah ini para gay Jakarta biasa cari teman kencan. Apakah Satpam ini juga seorang gay? Aku belum sempat menjawab pikiranku sendiri saat tangan Satpam itu nyelonong ke urinoirku dan membasahkan tangannya dengan kencingku dan kemudian melepas bisikkan paraunya..
"Gede sekali, mass..", kemudian juga meraih batang kontolku.
Aku terangsang. Yaa.. Mengingat apa yang pernah kudengar sebagai pangkalan gay dan tangan Satpam yang tanpa ragu meraih kontolku, aku langsung terangsang. Pelan-pelan kontolku ngaceng. Kami bertumbuk pandang. Satpam itu tidak muda lagi. Kutaksir usianya tak kurang dari 40 tahunan atau sekitar 10 tahun di atasku. Dari warna kulitnya yang hitam mengkilat aku yakin dia orang yang datang dari Indonesia Timur. Mungkin Ambon atau Timor. Dengan kumisnya yang hitam melintang nampak begitu gagah dan sekaligus sangar. Namun saat dia melepaskan senyumannya, terasa begitu manis dan ramahnya.
"Aku mau minum kencing kamu. Aku ingin mengisep-isep kotolmu yang gede ini".
Ucapannya itu sangat vulgar di telingaku serta sekaligus menunjukkan betapa haus birahi dan syahwatnya. Sepertinya dia mau makan atau minum apapun yang keluar dari tubuhku. Dia memalingkan kepalanya dengan terus melirik ke mataku sambil beberapa kali mengangkat alisnya untukku.
"Kita naik yok", dia ngajak aku ke lantai atas. Entah ada apa di sana.
Tanpa menunggu jawabanku dia keluar mendahului aku. Seperti kena hipnotis aku begitu saja mengikuti kemauannya. Dengan lift kami naik ke lantai 6. Setahuku ini adalah lantai buku dan alat tulis. Begitu keluar lift dia memberi isyarat agar aku mengikutinya. Agar tidak menyolok, aku menyusul beberapa saat kemudian.
Kutemui dia sedang berlagak kencing di urinoir. Memang tempat ini sepi. Kebetulan nggak ada orang lain yang kencing. Dia telah keluarkan kontolnya yang ngaceng. Uuhh.. Ampuunn kontolnya begitu gedenya sama dengan pentungan yang selalu dia bawanya ke sana ke mari. Aku terpesona dengan kekasaran kontol itu. Kontol dua warna. Dari pangkalnya nampak coklat hitam mengkilat karena tegang. Batangnya dilingkari urat-urat kasar pula.
Setengah batang ke atas hingga ke bonggol kepalanya warnanya coklat terang. Kepalanya yang mirip betul dengan topi bajanya Nazi lebih kencang dan berkilatan. Kesanku seperti ukiran kayu mahoni yang berkilatan sehabis divernis. Aku bayangkan betapa bahagia cewek yang pernah diperawaninya. Tetapi..,
"Aku nggak ngaceng kalau lihat cewek. Aku hanya ngaceng lihat pemuda macam kamu. Aku ingin minum kencing kamu. Aku mau ngisep-isep kontolmu", dia mengulangi keinginannya sebagaimana dia ucapkan di bawah tadi.
"Di mana?", rupanya aku langsung terbawa hasrat birahinya.
Sangat fantastis membayangkan diri seolah sebagai perempuan yang dihasrati lelaki. Aku sudah membayangkan betapa enaknya kontolku diemut-emut lelaki hitam gagah dan berkumis ini.
"Mau nggak masuk situ?", dia mengajak aku memasuki WC dan kencan di situ. Aku takut kalau ada orang lain yang mengetahuinya. Tertangkap basah dan habislah namaku. Masuk Pos Kota lagi. Aku menolaknya.
"Aku ingin tetapi aku takut", jawabku sambil tanganku meraih kontolnya yang telah menggiurkan hatiku pula. Aku juga meremasinya dengan halus. Ambon ini semakin penasaran.
"OK, bagaimana kalau ikut ke pondokanku?".
"Dimana?", tanyaku melihat adanya harapan.
"Nggak jauh. Aku bawa motor. Di Kampung Bali. Tak sampai 10 menit dari sini", keterangannya.
Aku sudah terlarut dalam hasrat birahi sejenis. Aku membayangkan nikmatnya bercinta sesama lelaki. Apalagi lelaki segagah Ambon ini. Bahkan rasanya aku juga ingin mengisepi kontolnya. Ini merupakan impianku sejak lama. Aku mempunyai kecendurangan biseksual. Bahkan aku suka membayangkan istriku dientot lelaki gagah macam dia dan aku menyaksikan sambil menjilati kontolnya yang keluar masuk menembusi kemaluan lembut istriku.
Aku sering membayangkan betapa desah dan rintih nikmat setiap kali kontol segede si Ambon punya ini keluar masuk dengan sesaknya di kemaluannya. Dan saat istriku hendak meraih orgasmenya mulutnya melepaskan gigitan pada dada lelaki macam si Ambon ini untuk menahan derita nikmatnya.
"Gimana? Ayoo..", dia mulai tidak sabar karena melihat aku terlampau lama menjawab usulannya.
"Ayo deh", akhirnya jawaban enteng keluar dari mulutku.
Namanya Matulete. Aku memanggilnya Oom Matu karena usianya yang lebih tua dari aku. Dia mondok di Kampung Bali. Keluarganya ada di Bogor. Sebulan sekali dia pulang ke Bogor. Kamarnya cukup bersih lengkap dengan kamar mandinya. Macam kamar losmen. Ada meja dan lemari ala kadarnya.
Kami langsung bersama-sama rebah ke ranjangnya untuk melampiaskan hasrat birahi dalam pagutan dan lumatan. Aneh rasanya berciuman dengan sesama lelaki, berkumis lagi. Oom Matu menunjukkan padaku betapa hebatnya dia mencium bibirku. Sangat profesional. Ciuman yang disertai lumatan serta permainan lidahnya langsung menggetarkan sanubariku. Aku jadi terangsang sekali dan sekaligus mengukuhkan bahwa aku memang seorang biseksual sejati.
Sembari melepaskan ciumannya ke bibirku, tangannya merosoti celanaku. Dikeluarkannya kontolku dari celana dalamku. Aku dibawanya melayang dalam nikmat surgawi. Dimulutku lumatan dan permainan lidahnya begitu memabukkan aku, di bawah sana tangannya meremasi dengan sangat lembut. Dan hasrat birahiku sendiri semakin mengeras untuk bangkit. Aku ingin melepasi kemeja seorang yang sesama lelaki yang kini sedang memberikan nikmat syahwat padaku.
Saat aku melihati gempal dadanya, di antara nikmat remasan tangannya pada kontolku, aku melepaskan pagutannya. Aku ingin sekali untuk mencium dan menjilati dadanya yang gempal itu. Oom Matu memanjakan keinginanku. Dia bahkan melepaskan remasan tangannya untuk berbaring telentang dan membuka dadanya dengan cara merentangkan naik tangannya sehingga menampakkan lembah ketiaknya yang ditumbuhi bulu yang lebat.
Aku menjadi sangat dahaga. Jakunku naik turun dan air lirku tak mampu kutahan mengalir deras dalam mulutku. Mulutku mesti memaguti apa yang kini terhidang di depanku. Aku merangkak mencari posisi nikmatku dan kemudian sedikit rebah disampingnya dengan tangan kananku merangkul tubuhnya. Aku mulai dengan menjilat.
Puting susunya kudekati. Kusapukan lidahku di sana sebelum kecupanku menyusulnya. Kemudian aku melepaskan gigitan kecil dengan sepenuh perasaanku. Hasilnya adalah desis kecil yang terdengar dari mulut Oom Matu. 2 atau 3 kali kuulangi sebelum berpindah pada puting susunya yang lain. Sesudah itu aku mulai intens melumat payu daranya yang gempal itu. Dan langsung tangan kanan Oom Matu mengelusi kepalaku sambil memperdengarkan erangan dan rintihannya..
"Aahh.. Nak..,. Kamu pintar sekali. Oom bisa kelenger ini..", dia memberikan semangat padaku.
Dan aku memang langsung terlempar ke alam nikmat syahwatnya cinta sejenis. Aku tak lagi ragu untuk melepaskan ratusan ciuman, lumatan dan sedotan pada dada Oom Matu yang gagah ini. Bahkan kini bibirku sudah mulai mendekat ke lembah ketiaknya. Aroma keringat yang terlepas dari ketiaknya begitu tajam menusuk hidungku. Dan sebagaimana lembah yang terjal menurun, bibirku telah meluncur dalam lerengnya. Dan kini aku mulai tenggelam di semak bulunya.
Aku lumati bulu ketiaknya, aku mengharapkan bisa melarutkan keringatnya dalam ludahku untuk bisa kukecapi rasanya dan kutelan masuk ke kerongkonganku. Aku sangat terangsang sehingga Oom Matu bertindak pasrah, menyerahkan kedua ketiaknya untuk memuaskan dahaga birahiku. Ada tonjolan membukit pada batas bahu Oom Matu. Lidah dan bibirku melata untuk melumat dan mengigit kecil di sana. Telingaku sangat dekat untuk mendengar desah dan rintih nikmat dari bibirnya yang berkesinambungan. Oom Matu seakan mendapatkan sensasi dengan ke-dahaga-an syahwatku.
Aku rasa petualangan nikmat masih terbentang luas di depan haribaanku. Kini aku membimbing bibir dan lidahku turun ke perutnya. Aku menemukan perut yang sangat terawat milik Oom Matu ini. Tak puas-puasnya aku berputar-putar merambatkan dahaga lumatanku disana. Aku juga menjilatkan lidahku pada pusernya yang dalam itu. Di arah lebih bawah lagi kutemui padang penuh bulu. Itu adalah awal jembutnya yang akan semakin lebat membungkus kemaluannya.
Kini yang terjadi kemungkinan terbalik. Bukan Oom Matu yang mengejar kontolku namun justru aku yang mengejar kontolnya. Oom Matu tahu. Namun memang sejak tadi nampaknya dia mendahulukan aku untuk menjemput kedahagaanku. Dia justru mengambil nikmat dengan kepasrahannya pada ulahku. Dia mengalah untuk kepuasan birahiku. Dan aku menggunakan kemanjaan darinya untuk benar-benar larut dalam hasrat syahwatku. Aku meyakini pada akhirnya kepuasanku adalah juga kepuasan Oom Matu.
Kini aku ingin meluncur ke selangkangannya. Aku mengubah posisiku. Sejenak turun dari ranjang dan sedikit menarik kedua kaki Oom Matu agar sebagiannya menjuntai ke lantai. Aku datang dari arah bawahnya. Memeluk betis kanannya dan mendaratkan jilatan dan ciumanku pada lututnya. Aku melumati dan menyedoti pori-porinya. Sungguh fantastis, bahwa aku tengah merangkaki lelaki hitam telanjang dengan bibirku yang seakan menancap pada kakinya.
Lidahku menyapu-nyapu telapak kakinya. Bibirku mengulum jari-jari kakinya. Aroma sepatu kulit Satpamnya merangsek ke hidungku. Dia menggelinjang menggeliat-geliatkan tubuhnya. Aku yakin Oom Matu sedang dilanda badai nikmat yang tak terkira.
Akhirnya dia tak mampu menahan nikmatnya. Oom Matu medesah dan meracau..
"Yaa.. Nak.. Puaskan dirimu. Oom akan kasih apapun yang kamu minta.. Ayolah nak.. Jilati tubuhku.. Biarkan aku merasakan nikmat lidah dan kecupan bibirmu..", dan aku semakin meliar.
Tanganku mulai menggaruk-garuk kecil pada pahanya. Kukuku akan merangsang gatal birahi Oom Matu. Aku ingin dia merasakan betapa nikmat lumatanku pada lututnya ini. Dari lutut kini aku naik ke pahanya. Aku juga memindahkan pelukanku pada paha Oom Matu. Aku mendapatkan sesansi besar dari pahanya. Aku begitu terpesona akan paha Oom yang keras dan gempal penuh otot ini. Sangat sensasional memeluki sambil melumat-lumat paha Oom Matu. Aku benar-benar mendapatkan jalan kepuasan syahwat dari paha Oom Matu. Demikian aku merambahkan lumatanku pada kedua tungkai pahanya.
Kini kembali aku memerlukan perubahan posisi. Aku mendesakkan bahuku ke paha-paha Oom Matu sehingga dia harus sedikit mengangkat pahanya. Dan aku mendapatkan keleluasaan untuk sepenuhnya menjilati kedua selangkangannya yang kehitaman itu. Dan gelora nafsuku telah menuntun keliaran syahwatku melumati kanan dan kiri selangkangan Oom Matu.
Dan ketika sekali lagi aku mendorongkan bahuku disertai sedikit sentuhan tanganku, Oom Matu melipatkan paha dan betisnya hingga nmenyentuh dadanya. Dan aku mendapatkan wilayah selangkangan dengan biji pelir yang menonjol dan lubang anal yang juga dipenuhi bulu-bulu.
Aku terjun melumati wilayah itu. Aku mendengus dan nafasku memburu saat me-nyungsep-kan mukaku ke sana. Aku menciumi dan menjilati apapun yang kutemukan di wilayah itu. Antara biji pelir dan lubang anal ada bukit kecil yang mengeras seiring dengan kontol yang ngaceng. Lidahku menyapu-nyapu bukit itu. Dan ketika akhirnya lidahku tanpa ragu memagut lubang analnya yang penuh bulu, tak ayal lagi mulut Oom Matu tak terkendali. Dalam racaunya dia keluarkan kata makian..
"Aahh.. Nakk.. Kamu memang anjing kelaparan. Kamu mau makan taiku yaa.. Hhehh.. Makan taiku nakk.. Makanlah.. Ayoo".
Aku sendiri tak menghiraukan. Kegilaan dia mengalir karena dia mendapatkan nikmat yang mungkin belum pernah dirasakannya. Akhirnya aku menurunkan kakinya. Aku kini akan memusatkan lumatanku pada kontolnya.
Kusaksikan di depanku kontol itu demikian tegang berkilatan. Lebih berkilat dari saat kulihat pertama di toilet Sarinah tadi. Tanganku menekan rebah batangan tegak itu dan aku mulai mengulum biji pelirnya. Mungkin karena tegang, biji pelir Oom Matu tampil seperti buah salak. Membulat dengan keriputan kulit bungkusnya. Aku mengulum biji itu hingga bungkusnya lumer dan menunjukkan bayangan kedua bijinya.
Selanjutnya aku merangsek lebih ke atas untuk leluasa melumat-lumati batang dan bonggol kepalanya. Aku kecupi akar saraf yang berlingkar –lingkar di seputar batang tegar itu. Dan aku jilati bonggol kepalanya hingga lubang kencingnya yang menganga. Lubang itu mengalirkan lendir bening dengan rasa asin. Kujilati lendir itu. Tiba-tiba Oom Matu berteriak histeris..
"Sudahh.. Anjingkuu.. Sudahh.. Kamu emut saja kontolku. Jangan sok alim kamuu.. Jangan sok sabarr.. Ayoo niihh.. Emut kontolku..", tangan kirinya menjambak rambutku dan tangan kanannya meraih batangan keras kontolnya untuk dijebloskan ke mulutku. Aku tak kuat melawannya. Dari tubuhnya mulai mengucur keringatnya dengan deras.
Aku mesti mencaplok kontol itu. Dan itu yang kulakukan. Dan dengan ketidak sabarannya pula dia menaik turunkan kepalaku agar memompa mulutku pada kontolnya. Aku gelagapan karena ukuran kontol itu tak bisa sepenuhnya memasuki rongga mulutku. Beberapa kali aku tersedak. Untung siku tanganku berhasil menahannya.
Namun ketika cara itu juga belum mencairkan histerisnya, Oom Matu menjepit kepalaku dan membalikkan posisinya hingga kini dialah yang menindihku. Diseretnya aku telentang ke ranjang dengan tanpa melepaskan kontolnya dari mulutku, kemudian dia memompakan kontolnya ngentot mulutku. Aku benar-benar gelagapan. Sulit untuk menahan kekutan Oom Matu. Aku benar-benar tersedak. Kontol gede panjang itu menohok gerbang tenggorokanku. Tanganku menggapai-gapai. Dengan sekuat tenagaku aku menempatkan siku tanganku pada bokongnya sehingga akhirnya bisa terbebas dari tekanannya. Dan Oom Matu bisa terus memompa tanpa membuat aku gelagapan. Tak bisa kuhindari, keringatkupun mengucur deras.
Aku rasa Oom Matu telah mendekati puncak birahinya. Dia harus melepaskan kandungan spermanya agar histerisnya menurun dan terkendali. Aku mengerang dan mencoba mengulum dan melumat kontolnya lebih cepat. Aku tahu spermanya tak jauh lagi. Dengan erangan dan kuluman yang cepat dia nggak akan mampu menahan lebih lama. Dan benar..
Kini tangannya menekan kepalaku sambil mencabik rambutku. Sungguh pedih tekanan tangan itu pada kulit kepalaku. Namun itu tak begitu lama. Bersamaan dengan itu Oom Matu melolong seperti serigala saat menikmati mangsanya. Spermanya muncrat-muncrat tumpah dalam mulutku.
Aku merasakan betapa puncratan panas menembaki langit-langit mulutku dan gerbang tenggorokanku. Entah berapa banyak. Oom Matu langsung memberikan kesempatan pada mulutku untuk mengunyah cairannya dan menelan membasahi kerongkonganku. Dia rebah ke ranjang. Keringatku dan keringatnya menyatu membasahi ranjang.
Pertarungan syahwat sesama lelaki ini telah membuat berantakan ranjang Oom Matu. Seprei dan bantalnya terlempar ke lantai. Kami perlu istirahat sambil menarik nafas panjang. Pertarungan berlangsung hingga sore hari. Oom Matu memuntahkan spermanya 2 kali ke mulutku dan yang terakhir ke lubang analku. Dia berhasil membuat aku menumpahkan spermanya 3 kali ke mulutnya. Yang terakhir membuat saluran di kontolku serasa pedih. Aku pulang sekitar jam 5 sore.
Sejak itu aku tak pernah ketemu dia lagi. Kerinduanku meneguk ulang nikmat tak kesampaian. Dia pindah kerja dan juga pindah pondokan. Aku penasaran karena tak bisa menemukannya.
Panti Pijat Pria
Syahwatku gelisah. Sudah 2 minggu ini aku nggak ngemut kontol dan minum sperma. Dalam keadaan begini rasanya aku tak perlu memilih-milih lelaki macam mana yang mau kusedoti kontolnya. Biarlah pejuhnya muncrat ke mulutku yang selalu siap melahapnya.
Akhirnya aku punya solusi. Aku pergi ke alamat sebuah panti pijat yang kubaca dari koran Pos Kota. Menurut iklannya Panti Pijat Putra Nusantara atau PPN, menyediakan banyak pemijat pria dari berbagai penjuru tanah air. Mereka tampan, macho dan bersedia melayani P&W, atau Pria dan Wanita. Aku panggil taksi untuk mengantarkan ke alamat itu di bilangan Tanah Abang II, Jakarta Pusat.
Penerima tamu membukakan pintu saat aku memasuki ppn. Aku memasuki ruangan dengan dekorasi yang artistik yang cukup luas. Rupanya ini semacam ruang tunggu sekaligus sebagai tempat minum komersiil. Dalam gaya pelayanan layaknya hotel aku diantar ke resepsionis. Kepadaku disodorkan 2 buah album photo.
"Silahkan Oom, pilih yang Oom suka".
Mataku nanar menerima album itu. Aku bergegas membuka-buka halamannya. Wooww.. Hebat sekali. Aku menemui berbagai gambar pria muda yang sedang bergaya. Ada yang berkumis, ada yang menunjukkan gempal otot dadanya. Ada yang membuka lengannya ke atas untuk memamerkan ketiaknya yang berbulu. Aku jadi bingung dan sekaligus senang karena yakin hasrat libidoku akan terpenuhi di PPN ini.
"Kalau ada yang cocok, Oom tinggal pesan kamar. Mau yang VIP atau standar? Semua pakai AC. Atau kalau Oom bawa partner sendiri Oom boleh sewa kamar saja. Rp. 35.000 per jam untuk yang standart".
Wah, wah, wah.. Resepsionisnya ini rupanya salesman yang baik. Sambil menunggu soft drink pesananku, aku menikmati photo-photo yang terpampang pada kedua album itu. Aku harus memilih. Tiba-tiba seseorang menegurku..
"Boleh pinjam albumnya Mas", sapa seorang lelaki sebaya padaku.
Tangannya terulur untuk menerima salah satu album dari tanganku. Namun tak terelakkan kami bertatap pandangan. Lelaki itu nampak sangat macho. Dia melepaskan senyumannya yang langsung kubalas dengan senyumanku pula. Seketika itu pula seluruh ingatanku pada photo-photo pria pemijat dari kedua album itu langsung terhapus.
Lelaki yang mengambil album photo ini telah merampas perhatianku. Mungkinkah aku mengajaknya berkencan? Maukah dia juga melepaskan photo-photo itu dan menggantikannya kencan dengan aku? Aku tak melepaskan pandanganku padanya. Dalam pandanganku pria ini sangat manis dan tampan.
Postur tubuhnya bisa-biasa saja. Mungkin setinggi 165 cm, jauh di bawah saya yang 175 cm. Kulitnya bersih dan nampak mulus, mungkin umurnya sekitar 35 atau 40 tahunan. Sementara aku sudah lebih dari 50 tahun. Namun aku memandangnya dia sebagai lelaki yang memiliki pancaran seksual yang besar. Rasanya akan asyik untuk menggeluti tubuhnya. Menciumi bagian-bagian sensitifnya. Mendengarkan rintihan nikmatnya, menahan gelinjang dan geliat syahwatnya.
Aku sungguh-sunguh menunjukkan ketertarikanku padanya. Dan tampaknya dia tahu. Dia mengangkat alis matanya sebagai sinyal bahwa tahu aku tertarik padanya. Dan perhatiannya pada album itu tal lagi nampak antusias. Kuberanikan membuka omongan..
"Mas, bagaimana kalau kita minum bersama. Kita bisa duduk di meka sana sambil pesan minuman", aku menunjuk pada sebuah meja kosong di pojok ruangan itu. Dalam saling memandang penuh arti kami saling berkenalan diri.
Namanya Sofyan, karyawan swasta. Dia suka mampir tempat ini sepulang kantornya, sambil menunggu jalanan bebas macet, alasannya. Informasinya itu membuat aku lebih berani..
"Bagaimana kalau kita sewa saja kamar. Kita ngobrol di dalam. Minumannya biar diantar ke kamar saja?", ajakanku lugas. Eehh.. Ternyata itu juga yang dia hendak omongkan padaku. Kami saling menepuk tangan untuk 'tos' atas kesepakatan ini.
Kepada pelayan aku minta mengatur keinginan kami. Kami menunggu pelayan mempersiapkan segalanya sambil saling merengkuh tangan di bawah meja. Hasrat syahwatku mulai merambat dengan cepat dan membuat aku gemetar akan apa yang sebentar lagi bisa kunikmati sepuas birahiku. Kuperhatikan Sofyan yang juga setiap kali memandang aku. Akhirnya kami sama-sama hanyut dalam ancang-ancang kencan sesama pria yang sangat menggairahkan.
Tak ada lagi basa-basi. Tak ada lagi foreplay. Begitu memasuki kamar sempit panti pijat ini kami langsung saling berpagut, bertukar lidah dan ludah sambil saling melepasi busana kami. Kami melemparkan pakaian-pakaian kami ke lantai dan bertelanjang kecuali pakaian dalam kami.
Kami juga saling merabai tubuh-tubuh kami dan merogohkan tangan ke celana dalam kami untuk saling menjemput dan meremasi kontol-kontol kami. Ruangan sempit PPN ini menjadi gaduh oleh desah dan rintih nikmat yang melanda sanubari kami. Kontol Sofyan juga tidak luar biasa. Namun aku sangat terangsang karena bersihnya. Aku perhatikan batangnya tidak lebih dari 15 cm saat yang tegang dan kaku. Tanganku meremasinya dengan jari-jariku yang menggelitik lubang kencingnya.
Sebaliknya dia begitu terpesona dengan kontolku. Dia bilang, sebagaimana orang lain juga bilang, kontolku yang gede panjang sangat merangsang gairahnya. Tangannya nampak geregetan meremas-remas dan sesekali mengocoknya. Jari-jarinya mengelusi otot-ototnya yang melingkar-lingkar pada batangnya. Kemudian dengan tidak sabarnya dia berjongkok di depanku.
Tangannya menggenggam mantap kontolku sambil mulutnya menganga menjemput bonggolnya. Aku melihati bagaimana lidahnya dengan rakus menyapu-nyapu topi helm kontolku. Dia mainkan lidahnya di pinggiran topinya, kemudian berputar hingga ujung lidahnya menusuk-nusuk lubang kencingku.
Jangan tanya nikmatnya. Aku merem melek merasakan serangan lidah Sofyan ini. Aku raih dan remasi kepalanya. Terkadang aku menahan untuk mendesakkan kontolku ke mulutnya.
"Mass.. Aku ingin dientot mulutku, mass..", racaunya.
Kepalanya terus berputar menggeleng mengantarkan keinginan mulutnya melumati kontolku. Aku agak heran, ketika masih di luar tadi rasanya aku yang sangat ngebet padanya. Ternyata kini dialah yang begitu haus melumati kemaluanku.
"Sejak Mas turun dari taksi tadi, aku sudah langsung naksir, lho. Mas seksi sekali. Dan aku sudah tebak kontol Mas pasti gedee.. sekali".
Aku senang memberi kepuasan padanya. Aku entot mulutnya hingga spermaku yang muncrat-muncrat ditelannya habis. Aku juga mengisap kontolnya yang bersih itu. Aku ciumi sepuasku. Aku minum spermanya pula. Aku merasakan betapa kental dan manis pejuh Sofyan dalam mulutku.
Menjelang pulang dia bilang masih ingin menikmati syahwat bersama aku. Kami saling bertukar No. HP. Kami janji akan berjumpa sebelum pelantikan Presiden Baru Pilihan Rakyat untuk periode tahun 2004-2009.
Minum Pejuh Supir Metro Mini
Aku kebelet kencing di terminal Senen. Sebelum aku naik metro mini untuk pulang ke Rawamangun aku perlu menyempatkan diri untuk buang air kecil. Sesudah tanya sana-sini dimana ada toilet umum dalam hari panas yang terik aku berjalan ke sana untuk buang air kecil. Di pintu masuk kulihat ada penjaga untuk menerima bayaran dari setiap orang yang kencing, atau berak atau mandi di toilet tersebut.
Dalam aroma pesing sebagaimana umumnya toilet umum, aku kencing di tempat yang sangat sederhana. Nempel ke dinding pipa air paralon yang memanjang dengan lubang airnya yang terus mengalir membersihkan dinding keramik yang terus menerus siap dikencingi siapa saja sepanjang hari. Di bawahnya memanjang pula selokan yang menampung air kencing.
Beberapa orang telah lebih dahulu kencing di sana dan aku masuk ke celah kosong di samping seseorang. Aku mengeluarkan kemaluanku yang sudah sangat kebelet dari celanaku. Dan ssrr.. Duh.. Legaa.. Rasanya.
Tiba-tiba orang di sampingku itu menengok ke wilayah kencingku. Dia melihati kontolku yang lagi memancurkan kencingnya. Aku jadi penasaran. Ada apa? Dan tanpa kusadari aku sendiri juga melihati kontolnya. Namu aku tidak melihatnya sedang kencing. Orang ini sedang memijit-mijit atau mengelus-elus kontolnya yang gede dan panjang sekali. Kontolnya sedang ngaceng dan aku yakin dia memang sedang masturbasi. Dia tersenyum nyengir padaku. Nampak matanya sayu dan haus. Dia mengangkat alisnya seakan memberi kode untukku. Kemudian aku mendengar dia berbisik padaku..
"ingin ngeluarin pejuh nih, Mas. Mau nggak bantuin?".
Nggak tahu bagaimana awalnya, tiba-tiba hal yang begitu saja muncul di depan haribaanku ini langsung mencongkel birahiku. Kencingku langsung tersendat karena kontolku jadi ikutan ngaceng. Aku tergetar menyaksikan kontol tuh orang yang segede dan sepanjang itu. Aku nggak pernah melihat kontol seperti itu sebelumnya. Dan yang membuat aku menjadi demikian tercongkel birahiku adalah bonggol kepala kontolnya yang berkilat-kilat serta batangnya yang gede dipenuhi urat-urat yang melingkar-lingkar di seputarnya. Kontol ini kelihatan sangat menahan desakan nafsu syahwatnya.
"Mau nggak?", sekali lagi orang ini berbisik sambil tangannya terus memijiti dan mengelus-elus kontolnya yang semakin mempesona aku.
Aku nggak berani mengeluarkan suaraku. Namun aku juga nggak mampu mengelak dorongan syahwatku. Dengan gemetar yang hebat aku mengangguk-angguk menyetujui permintaannya. Orang ini menggerakkan kepalanya sebagai kode ajakannya. Dia beranjak sambil seakan tetap memegang kontolnya, berbalik masuk ke salah satu WC tertutup yang berderet di belakang kami kencing. Orang ini langsung masuk dan menutup pintunya separuh. Dia menunggu aku untuk menyusulnya. Dan aku sepertinya dalam pengaruh sihirnya, ikut beranjak untuk menyusul masuk ke WC itu.
"Ayo, kamu isep supaya pejuhku cepat keluar", katanya sambil mengunci pintu dan dengan tajam matanya memandangi aku.
Edan.. Tak pernah aku terpojok macam begini. Masak seseorang yang tak kukenal tiba-tiba menyuruh aku untuk mengisep kontolnya.
"Ayoo.. Keburu ada orang nanti..", sambil tangannya meraih bahuku dan menekan agar aku merunduk dan mendekatkan mulutku ke kemaluannya yang gede panjang dan berkilatan bonggolnya itu.
Aku nyaris berontak dan menolak kemauannya. Namun rangsangan yang sangat hebat menyambar hasrat syahwatku. Aku seakan tertelikung oleh nafsuku. Aku terperangkap dalam arus birahi dan dengan tanpa pertimbangan lagi aku berjongkok pada dengkulku di lantai WC yang basah itu. Aku mengangakan mulutku dan menerima sorongan bonggol kepala kontol orang itu.
"Jilati dulu biar cepat keluar", orang itu bisa memerintah aku seenaknya.
Dan dengan segala keblo'onanku hal itu juga kulakukan. Dengan penuh getaran syahwat aku langsung menyapu bonggol kepalan itu dengan lidahku. Aku mengenyami asin-asin precumnya. Aku menikmati bau selangkangannya. Aku juga menikmati tangan kasar orang itu yang meremas-remas pedih rambutku. Aku juga menikmati entotan maju mundur pantatnya saat mendorong tarik kontolnya yang gede ke mulutku.
Dan ketika puncak nikmatnya hadir, orang itu betul-betul bertindak di luar batas padaku. Dia tekan kepalaku kedinding hingga aku jatuh terduduk pada lantai WC yang basah. Dia genjotkan kontolnya mepet ke tenggorokanku hingga aku tersedak tanpa mampu menghindar. Dia semprotkan pejuhnya yang kental ke langit-langit dan gerbang kerongkongan dalam mulutku. Dia bekap hidungku. Dia buat aku tak bisa bernafas sehingga aku terpaksa menelan seluruh spermanya yang dia tumpahkan.
Seperti bayi yang dicekoki jamu oleh ibunya, orang ini mencekoki mulutku dengan berliter-liter pejuhnya. Dia masih terus mengocokkan maju mundur kontolnya ke mulutku sambil membekap hidungku sampai seluruh cadangan air maninya terkuras habis tertelan membasahi kerongkonganku. Dan yang lebih kurang ajar adalah, saat dia merasa telah selesai dan meraih kepuasannya, dia masukkan kontolnya dan menarik resluiting celananya untuk kemudian bergegas pergi meninggalkan aku yang masih terkapar di lantai WC yang basah.
Aku berusaha bangun secepatnya walaupun agak tertatih-tatih. Sesudah membayar Rp. 500 aku berhasil keluar dari toilet itu dengan celanaku yang basah dan bau pesing. Dan kembali di bawah teriknya matahari aku menuju deretan metro mini yang akan membawa aku pulang ke Rawamangun.
Tanpa ragu aku langsung naik angkutan kota yang paling terkenal ini, aku menuju bangku depan agar bau pesingku tidak mengganggu penumpang lainnya. Tak lama metro miniku ini merangkak keluar terminal dan melaju menuju Rawamangun. Sambil meluruskan pinggangku, aku mengangkat kakiku untuk menginjak pijakan di depanku. Aku terkejut saat melihat ke samping kananku. Kurang ajarr.. Sopir ituu.. Dialah orangnya yang telah memaksa aku untuk minum pejuhnya di WC terminal pesing beberapa menit yang lalu.
Dadang, Pengamen Bis Kota
Sekitar jam 5 sore, sepulang kantor aku langsung masuk ke bis kota yang akan membawa aku ke Pulo Gadung dimana rumahku tidak jauh dari sana. Di Cempaka Putih aku melihat seorang pemuda jangkung naik dengan gitarnya. Dia adalah pengamen bis kota.
Walaupun pakaiannya nampak seadanya, T. Shirt dengan celana jeans butut, namun pengamen ini menampakkan posturnya yang seksi. Jangkungnya yang lebih dari 170 cm, wajahnya yang manis dengan rambutnya yang terurai lepas dan sosoknya yang agak bongkok-bongkok itu membuat aku selalu ingin melihatnya setiap aku pulang kerja. Nggak tahu ya.., rasanya aku ingin sekali menciumi atau mengulum kontolnya. Aku bayangkan pemuda jangkung dengan punggung bongkok-bongkok macam itu biasanya kemaluannya gede dan panjang. Aku semakin terobsesi setiap berjumpa dengannya.
Sore ini kebetulan tak ada acara penting di rumah. Aku bisa telepon istriku pulang terlambat dengan alasan ada keperluan bisnis nyari uang tambahan. Dan itu sudah kulakukan begitu aku melihat si jangkung pengamen ini naik ke bis kota yang aku tumpangi. Sore ini aku ingin membuntuti dia, di mana dia turun.
Aku ingin ngajak istirahat untuk minum atau mungkin makan malam. Aku ingin tahu seharian ngamen dia dapat uang berapa? Maukah dia menerima uangku yang mungkin 2 atau 3 kali lebih besar dari pendapatan ngamennya dengan syarat dia memperbolehkan aku menciumi atau mengulum kontolnya. Aku ingin sekali dia menyemprotkan air maninya ke mulutku. Aku ingin minum pejuhnya.
Aku yakin dia akan memenuhi keinginanku dengan imbalan yang aku berikan untuknya. Apa ruginya? Dan dia bisa libur tanpa perlu ngamen barang 2 atau 3 hari. Ternyata di jalan Pemuda sesudah jalan Velodrome dia turun. Aku juga cepat-cepat ikut turun. Sebelum masuk ke gang di sebelah kanan jalan aku memanggilnya,
"Dik, tunggu", dia berhenti menengok ke arahku.
Hari yang sudah mulai gelap membuat kami tidak bisa saling memandang sehingga dia berjalan balik ke tempatku.
"Aku suka lho. Suaranya enak Dik. Latihannya dimana?", aku berbasa basi untuk membuka dialog.
Dia mengelak dikatakan suaranya bagus. Dia bilang tanpa pernah berlatih. Kemampuan menyanyi maupun main gitarnya sekedar asal-asalan saja demi untuk uang makan yang ala kadarnya. Aku merasa mendapat peluang. Dia yang hanya demi makan ala kadarnya tentu akan senang mendapatkan tawaranku.
"Mas tinggal dimana? Baru pulang kerja?", dia kini yang bertanya. Kebetulan. Aku bisa menjawab sesuai skenarioku,
"Iya, nih. Lapar lagi. Bagaimana kalau kita makan sama-sama sambil ngobrol. Biar aku traktir kamu. OK? Dimana makan yang enak nih?", ajakku layaknya cukong.
"Mas suka makan apa?", nampak kalau dia juga setuju untuk makan sama-sama.
"Terserah. Aku suka apa saja koq", jawabku sambil membayangkan pikiranku yang 'aku juga suka makan kontol kamu'.
Aku gemetar. Hasrat syahwatku bergetar. Rasanya aku akan meraih keinginanku. Dia mengajak aku makan Soto Madura di tenda pinggir jalan itu. Aku merangkul pundaknya sambil duduk berhimpit dengannya. Hidungku sudah sempat mencium keringatnya.
"Kamu ganteng lho. Siapa namamu. Sekolahmu di mana?".
"Dadang, Mas. Aku lulusan SMP. Jebolan SMU karena nggak punya uang buat sekolah", aku mendengarkannya sambil mengelus-eluskan tanganku ke pundaknya.
Aku ingin dia tahu aku memperhatikan dan menaruh simpati padanya. Dia sama sekali tidak mengelak. Adakah dia menerima elusanku sebagai elusan sesama pria yang menaruh minat pada dirinya? Seusai makan kami keluar warung. Pada saat itu aku keluarkan lembaran Rp. 100 ribu. Aku tunjukkan kepadanya sambil berkata..
"Mau nggak? Aku ingin mencium kamu", aku nekat berkata langsung begitu.
Aku sudah gemetar oleh hasrat birahiku yang menggebu. Dadang menatapku. Dan aku mendapatkan kejutan darinya. Uangku langsung diambilnya sambil berkata..
"Mas homo ya? Nggak apa-apa Mas. Banyak kok saya ketemu macam Mas. Mereka mengajak aku tidur di hotel. Aku khan nyari uang. Apa salahnya?", jawaban yang lugas dari Dadang sambil mengajak aku untuk ke tempat nginap yang dekat dari situ.
"Mas mau ke Pulo Gadung? Disitu ada losmen. Rp. 40 ribu semalam".
Aku langsung panggil taksi dan mengajak Dadang ke sana. Rupanya hal ini bukan hal yang baru baginya. Dadang sudah sering menerima ajakan dari lelaki haus macam aku. Bahkan dia tahu tempat-tempat mana yang bisa dipakai kencan untuk orang macam aku yang cinta sesama lelaki.
Begitu masuk kamar Losmen Pulo Gadung Indah, aku langsung memeluki pemuda pengamen ini. Aku buka T. Shirtnya untuk menenggelamkan hidungku ke ketiaknya, untuk menggigiti dadanya, untuk mengisep puting susunya. Aku terkam Dadang. Kehausanku akan tubuh sesama lelaki tak mampu kubendung. Aku ingin cepat melumat tubuhnya dengan lidah dan bibirku.
Dan spesial untuk Dadang yang nampak sangat tampan ketika telanjang di depanku, aku juga menciumi pantatnya. Aku sengaja tak lepaskan dulu celana dalam dekilnya. Aku ingin dia nungging dan lidahku merambati pahanya kemudian melata hingga ke pantatnya. Aku ingin biar bibirkulah yang menggigit dan menarik celana dalamnya hingga dia telanjang bulat. Dan aku ingin menciumi lubang pantat pemuda tampan ini. Aku ingin lidahku membersihkan segala yang bau dan tersisa di seputar pantatnya.
Aku dengar bagaimana Dadang meraung menjalani nikmatnya. Aku dengar bagaimana rintihannya terus bersambungan selama lidahku melumati pantatnya. Aku merasakan betapa tangannya mencakar-cakar kepalaku dan meraih-raih rambutku saat nikmat syahwat melandanya.
Pada kesempatan ini aku berhasil membuat Dadang menumpahkan air maninya ke mulutku. Dan aku sangat rakus menikmati cairan kentalnya itu. Dan ketika aku sendiri semakin dekat menuju puncak syahwatku, kupepetkan kontolku sambil mengayun menggosok-gosokkan ke pahanya. Dengan cara itu khayalanku melambung tinggi unyuk menjemput ejakulasiku dan dengan segala dorongan birahiku aku memohon kepada Dadang..
"Daang.. Dadaanng.. Toloonng.. Ludahi mulutku Daanngg.. Ludahi aku Daanng.. Ludahi akkuu..".
Dia nampak kebingungan. Permintaanku terasa aneh buat kupingnya, namun saat aku mengulangi permintaanku, dia nampaknya baru mengerti. Dia balik tubuhku dan tubuhnya menindih aku. Dengan tetap menggoyang pantat dan pinggulku aku telentang sambil terus menggosok-gosokkan kontolku ke tubuhnya atau pantatnya atau pahanya. Aku semakin histeris. Dan Dadang yang wjahnya kini ada di atas wajahku mulai mengeluarkan ludahya. Dia membuang ludah dan busanya ke mulutku yang terus menganga siap menerima buangannya itu.
Dengan sepenuh nikmat syahwatku, spermaku terasa mulai merambati saraf-saraf yang menuju lubang kencingku. Aku pastikan bahwa spermaku akan muncrat sementara mulut Dadang terus membuang ludahnya ke mulutku. Tak bisa kuhindarkan aku meracau hebat. Aku bilang mencintai kontolnya. Aku bilang mau menjilati tubuhnya. Aku bilang mau menceboki pantatnya. Aku bilang.. Aarrcchh..
Akhirnya.. Tunai sudah. Spermaku muncrat-muncrat. Membasahi tubuhku sendiri. Membasahi tubuh Dadang dan juga membasahi seprei ranjang Losmen Pulo Gadung IndahAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-88901150450834368862013-05-02T07:33:00.001-07:002013-05-02T07:33:28.975-07:00Aku Dan Pacarku RickyAwalnya aku berkenalan dengan Ricky, tentu saja bukan nama sebenarnya, lewat chatting. Setelah sepakat untuk bertemu, kami lalu berangkat dari tempat masing-masing. Aku lalu meninggalkan warnet WH di Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar.
Kami janjian bertemu di Mall Ratu Indah lantai 4. Dari jauh aku sudah melihat ciri-ciri orang yang mirip dengan Ricky seperti foto yang ia kirimkan lewat email. Ricky, 21 tahun, memang seorang yang keren, bertubuh maskulin dengan wajah bentuk oval putih dengan dandanan rambut seadanya namun keren dengan tinggi badan 170 cm, 60 kg.
Aku lalu menyapa si cowok keren itu dengan agak ragu-ragu, apakah dia benar-benar Ricky atau bukan, "Ricky ya?" sapaku sambil melemparkan senyumku.
"Iya, oh ya Geofanny ya?" balasnya dengan menyunggingkan senyuman.
Senyumannya kian membuat dia kelihatan manis. Kami lalu bersalaman dan ngobrol-ngobrol sebentar. Dari pembicaraan kami, ternyata aku dan Ricky satu kampus di salah satu universitas negeri di Makassar, namun kamu beda fakultas.
Singkat cerita, kami jadian pacaran setelah seminggu lebih jalan bareng. Hubungan kami kian hari kian dekat, namun sejauh itu kami belum pernah melakukan hubungan seks. Karena baik aku dan Ricky bukanlah orang yang sex oriented. Kami mengutamakan yang namanya kasih sayang dan cinta, walau cinta kami adalah cinta sesama jenis, namun kami sangat merasakan apa arti cinta itu sendiri.
Kami berdua lalu ke rumah kost Ricky di salah satu rumah kost di Jl. LB. Rumah ini terkesah cukup mewah. Setelah masuk ke kamar Ricky seukuran 4 x 6 m dengan dinding bercat cream, didalam dilengkapi dengan sebuah spring-bed, kulkas, dan lain-lain. Suasana kamar pun dilengkapi dengan sebuah AC di sudut ruangan. Aku lalu duduk di atas sebuah kursi rotan, sementara Ricky mengambil air dingin dari kulkas.
"Geo, minum dulu!"
"ok, thanks", sambil mengambil air putih itu dari tangan Ricky aku membalas senyumannya yang manis dan membuatku selalu ingin menatapnya. Ricky lalu duduk di samping aku sambil memijat-mijat lenganku.
"Geo, apa rencanamu sekarang?" tanya Ricky.
"Apa ya.. Aku juga nggak tahu. Kita duaan aja disini. Gimana?" kataku sambil menatap kedua bola mata coklatnya.
Dia membalas tatapanku dengan senyuman.
"Mandi bareng yuk!" ajakku.
Ricky kembali tersenyum dan menganggukkan kepala, tanda setujunya. Ricky memang seoorang yang mudah menebarkan senyum ke orang lain. Itu salah satu hal yang menarik pada dirinya. Aku merasa beruntung sekali bisa kenalan dengan dia dan lebih beruntung lagi, aku bisa mendapatkan hatinya dan menjadi pacarnya.
Aku lalu berdiri dan mengajak dia berdiri dengan memegang kedua tangannya. Sekarang kami saling berhadapan, karena tinggi kami sama, hingga pandangan kami sejajar dan aku mulai merangkul tubuh Ricky yang hangat dan mengeratkan kedua rangkulanku pada pinggangnya, sementara itu kedua tangan Ricky merangkul pada leherku. Aku mulai mendekatkan bibirku dan mulai menyentuh kulit putih bersihnya dengan bibirku.
"Akh.. Muachh"
Aku melekatkan ciuman pertamaku ke bibir Ricky. Ini memang pertama kalinya kami melakukan ciuman dan sentuhan birahi. Aku mulai menciumi dan merasakan kehangatan tubuh Ricky. Dengan rangkulan yang tetap erat, ciuman pun terus saja berlangsung. Kurasakan kalau kontol Ricky pun sudah mengganjal di perutku.
Menurut pengakuan Ricky, aku yang pertama menyentuh tubuhnya. Selama ini dia hanya sebatas teman dengan yang lain dan tidak pernah sampai ke tingkat pacaran. Sekali lagi aku merasa bangga dan beruntung, ternyata Ricky masih perjaka.
Sementara itu kami terus melakukan ciuman hangat dan penuh birahi yang membara. Aku dan Ricky sudah mulai panas dibakar api birahi masing-masing. Aku lalu melakukan adu lidah dengan Ricky. Aku memasukkan lidahku ke mulut Ricky dan disambut oleh gerakan liar lidahnya menggapai dan mengejar lidahku. Namun sesekali pula kami bermain di bibir. Aku terus saja mengulum dan mengisap bibir Ricky yang memerah.
Ricky pun mulai mengenal dan mulai belajar dari ciuman ini. Aku sengaja diam sejenak dan menunggu apa yang Ricky akan lakukan, ternyata dia agresif juga. Dia lalu menjulurkan lidahnya ke rongga mulutku dan menjelajahi seluruh ruang mulutku yang dapat digapai ujung lidahnya. Aku sendiri merasa kesulitan dalam bernafas, lidahnya terus saja menggeliat dan meliuk-liuk liar di dalam mulutku dan sesekali mengisap dan mengulum bibirku. Sejenak kemudian, Ia melepaskan ciumannya. Bibir kami basah oleh liur birahi kami.
Aku lalu mengusapkan tanganku ke bibirnya, "Enak ya sayang?" tanyaku.
"Enak banget Geo, lanjutin yuk?" ajaknya.
"Kita kan belum mandi, Ricky"
"Oh, iya. Mandi bareng yuk?"
"Ok. Setuju" sahutku. Kami lalu saling melepaskan pelukan.
Aku lalu mulai membuka kancing baju Ricky satu per satu. Setelah bajunya lepas, aku lalu mencium dan menjilati dadanya yang dipenuhi bulu-bulu halus. Ricky hanya mendesah kegelian. Aku lalu melanjutkannya ke bagian celananya. Kubuka resletingnya dan merosotkan celananya hingga tertinggal celana dalamnya saja yang berwarna merah kecoklatan. Di balik celana dalamnya itu, terbayang kontol Ricky yang sudah setengah mengeras. Aku secara refleks mendekati dan menggigit kontol Ricky yang masih berada di balik celana dalamnya. Ricky mengerang dan menggeliatkan tubuhnya sambil menyahut, "Akh.. Oughh". Tapi aku hanya menggigitnya dua kali. Aku lalu berdiri dan menyuruh Ricky melakukan hal yang sama.
Ricky lalu membuka bajuku dan menjilati puting susuku dan meremas-remas dadaku, aku mengerang keenakan, terus saja Ricky meremas dadaku lalu turun menjilati pusarku dan membuka celanaku. Hal yang sama pun dilakukannya kepadaku. Dia lalu menggigit dan sesekali merangsang dan meraba-raba kontolku yang masih terbungkus celana dalamku. Kedua tangan Ricky meraba-raba selangkanganku, aku terangsang dan menggeliat kegelian juga. Ricky lalu merosotkan celana dalamku. Akhirnya aku telanjang tanpa sehelai benang pun melekat pada tubuhku. Kontan saja Ricky yang sudah dibakar berahi langsung menyerang kontolku yang masih berdiri setengah keras, Ricky langsung ingin menelan batang kontolku. Dia memasukkan kontolku ke mulutnya dan mengisapnya terus sesekali menjilatinya.
"Oughh, akh.. Sudah Ricky. Kita belum bersih-bersih nih, nanti dilanjutin ya" sahutku.
Sesaat kemudian dia melepaskan kontolku dan menciuminya dengan bibirnya. Karena tak adil rasanya kalau aku sudah telanjang bulat lalu Ricky masih memakai celana dalamnya. Saat Ricky berdiri mengambil handuk, aku lalu merangkulnya dari belakang hingga tak bisa bergerak, lalu memerosotkan celana dalamnya dengan kedua tanganku ke bawah. Ricky hanya tersenyum memandangiku.
"Woow.. Ricky. Punya kamu gede juga" bisikku ke telinganya.
Kontan saja aku langsung memegang kontolnya dan mengulumnya seperti mengulum eskrim. Ricky mendesah sambil mendongakkan kepalanya ke langit-langit kamar. Aku terus saja mengerjai kontol Ricky yang sudah mulai tegang. Sesudah keras memerah, aku menghentikan aksiku, berdiri lalu dengan sekuat tenaga aku mengangkat tubuh Ricky dan membawanya ke kamar mandi ruangan itu.
Di dalam kamar mandi, kami pun tergoda untuk melakukan aktifitas seks sambil membersihkan badan. Waktu ricky sedang menggosok-gosok badannya dengan busa sabun, aku lalu memeluknya dan kembali menghujamkan ciuman hangat ke badannya. Sambil ciuman mulut, tubuh Ricky terdorong ke dinding kamar mandi hingga bersandar disana dn tubuhku pun menindih dan menghimpit tubuh licin Ricky antara dinding dan tubuhku. Aku menindihnya sambil terus melakukan rangsangan ke Ricky. Kontol Ricky sudah tegang dan berdiri keras, sama dengan kontol aku. Aku lalu turun menjilati badan Ricky yang masih berlumuran busa sabun.
"Ough.. Ough.. Terusin Geo. Enak!" kata Ricky dengan penuh desahan yang sangat membangkitkan gairahku.
Aku dengan liar saja terus saja menjilati badannya hingga mencapai daerah sensitifnya. Aku lalu mengulum dan menjilati kontolnya sesaat lalu mengocoknya dengan tanganku.
"Ricky, kita lanjutin di tempat tidur aja nanti ya?" ajakku.
Kami lalu membersihkan badan hingga selesai. Aku dengan penuh nafsu kembali memanjakan Ricky dengan mengangkat dan membawanya ke kamar tidur seusai mengeringkan badan.
Di atas tempat tidur aku merebahkan tubuh Ricky, dia hanya tertawa kecil sambil menyahut, "Berat ya Geo?"
"Akh.. Lumayan, tapi aku lebih merasakan kenikmatannya daripada beratnya" jawabku.
"Oh yeah? Hahaha" Ricky kembali tertawa kecil.
"Kita mulai aja ya sayang," bisikku, "Aku sudah tidak sabar nih" lanjutku.
Ricky hanya mengangguk dan sekali lagi tersenyum menatapku. Tatapan dan senyumannya kian membuatku gemas dan ingin segera menjamah tubuhnya.
Aku lalu mulai menindih tubuhnya dan mulai menikmati wajahnya dari atas. Dengan kedua tanganku di samping telinganya, aku menatap dan menikmati wajah ganteng dan manis Ricky. Kemudian setelah puas memperhatikan wajah Ricky, kemudian aku mulai menikmatinya dan merasakan langsung. Aku menciumi semua bagian mukanya dan kembali melakukan ciuman mulut, adu lidah dan saling meraba-raba tubuh seadanya yang bisa digapai tangan.
Kurasakan kedua tangannya meremas-remas pantatku dan aku terus saja menikmati ciuman mulut dengan dia. Dia pun menikmatinya dengan memberikan reaksi atas ciumanku dengan menggerakkan lidahnya kesana kemari di dalam mulutku, sesekali mengulum dan mengisap bibirku, menangkap ujung lidahku dan mengisapnya. Aku sangat nikmat sekali dengan ciuman ini. Tapi ini baru sebatas ciuman dan aku sudah merasa puas olehnya. Kami lalu melakukan posisi 69 alias oral seks. Kami melakukannya secara menyamping.
"Akh.. Ouhghh.." kenikmatan yang diberikan Ricky sangat memuaskan aku. Aku terus saja mengisap, menggigit-gigit kecil batang kontolnya dan sesekali mengulumnya seperti eskrim. Sesekali juga aku menjilati sela selangkangan pahanya yang putih bersih.
Sekian lama sesudah puas dengan posisi ini, kami lalu kembali berdiri berhadapan berlutut di atas spring-bed empuknya saling memeluk tubuh masing-masing, merasakan kehangatan dan kasih sayang serta cinta dari dalam hati.
Ricky lalu membaringkan badannya, dan aku masih dalam posisi setengah berdiri, aku hanya menunggu apa yang akan dilakukan Ricky selanjutnya. Dia kemudian meletakkan kedua tungkai bawah kakinya di atas kedua pundakku sambil memberikan kode bahwa aku akan menganalnya.
"Ric, kamu yakin dengan ini?" tanyaku. Setidaknya Ricky akan merasakan sakit dan aku tidak suka jika ia merasakan sakit.
"Ric, ini sakit Ric!" lanjutku meyakinkan.
"Nggak apa-apa kok Geo. Aku mau banget neh" sahutnya.
Karena ini kemauan dia sendiri, aku lalu mengangkap naik pantatnya lalu meludahi dan menggosokkan air liurku yang kental ke kontolku, yakin akan melakukannya, kemudian aku mendekatkan ujung penisku ke lubang pantatnya. Aku terlebih dahulu memasukkan jari tengah tangan kiriku ke lubang pantatnya sebagai awal pengenalan dan penyesuaian. Ricky merasa keenakan dan mendesah "Ouhgg.. Akh.. Uukhhss.."
Kemudian aku mulai memasukkan kedua jari tengah tangan kanan dan kiriku, lalu menarik kedua sisi lubang pantatnya ke arah yang berlawanan hingga lubang pantat Ricky agak melebar. Aku terangsang melihat lubang pantatnya yang agak melebar, "Sakit?" tanyaku.
"Iya, lanjutin aja Geo, jangan peduli sakitnya ya, nanti juga enak kok," jawabnya.
"Lho, kok kamu tahu? Kamu sudah pernah ya?" tanyaku lagi.
"Nggak pernah, kata orang sih begitu" jawabnyya mendesah.
Aku lalu dengan perlahan-lahan memasukkan ujung penisku ke dalam lubang yang sudah menganga lebar di depan kontolku. Kontolku sudah tidak siap memangsa dan menembus apa yang ada didepannya. Kini kepala kontolku menyentuh bibir pantatnya dan aku mulai mendorongnya masuk dan akhirnya, "Akh, ough, akh.. Ukhh.. Terusin pelan-pelan Mas" sahutnya.
Aku terus saja melambatkan masuknya penisku menembus keperjakaannya dan merasakan setiap sensasi yang daapt dirasakan dan dinikmati. Sambil memasukkan "senjataku" menembus lubang itu, aku mendongak ke langit-langit kamar namun konsentrasiku terus tertuju pada apa yang dapat kurasakan saat itu. Dan akhirnya seluruh batang penisku masuk ke lubang anus Ricky. Aku menghentikan aktifitas saat itu juga dan kembali memandangi raut wajah Ricky yang penuh pesona. Kulihat dia agak merasa kesakitan dan ia berusaha untuk menutupi itu.
"Ric, sakit kan Ric?"
"Iya, tapi nggak apa-apa kok Geo. Terusin aja ya, justru disitu sensasinya"
Aku hanya menaikkan alis mendengar tuturnya, "Benar juga sih" kataku dalam hati.
Aku mulai dengan perlahan-lahan mengayunkan pantatku atau mengocok lubang pantatnya dengan kontolku "Akh.. Akh.. Akh.. Akh" desahku membuat Ricky pun kian horny. Sambil mengentot Rick, aku mengocok penisnya yang tegang berdiri dengan tangan kananku membuat Ricky kian merasakan sensasi yang amat membuatnya merasa dalam surga dunia seks. Sementara tangan kiriku tak ketinggalan, tangan kiriku meraba-raba, mengelus-elus paha dan perut serta dada Ricky. Aku ingin membuat Ricky merasakan semua yang bisa ia rasakan dari aku.
Aku lalu berdiri lurus ke atas dan dengan kedua tanganku, aku menahan dan mengangkap bagian pantatnya ke atas untuk menjaga agar kontolku tetap berada dalam "rumah amannya" Aku ingin mengentot Ricky sambil berdiri dan dia dalam posisi terbalik. Akhirnya bisa juga aku berdiri meski dengan tubuh agak membungkuk sedikit, aku kembali mengentot Ricky secara perlahan.
Tak lama kemudian aku turunkan badan dan kembali ke posisi semula. Aku kembali mengentotnya dengan kuat, karena Ricky sudah merasa keenakan dan tidak merasa kesakitan lagi.
Akhirnya, "Oughh, akh.. Croott, croot, croot" Aku menghentakkan senjataku dan mengeluarkan peluru panasnya ke dalam tubuh Ricky.
"Akh.. Akh.." hanya itu yang bisa keluar dari mulutku, aku merasa begitu jauh melayang dan merasakan sensasi seksual yang teramat sekali.
Aku sendiri saat itu lupa perasaan apa yang dialami si Ricky saat aku sudah mulai keluar sperma dan menghujamkan cairan kental ke dalam tubuhnya. Berahiku mulai reda namun Ricky belum mencapai klimaks. Aku mengeluarkan penisku dan berbaring lemas di tempat tidur. Ricky lalu berdiri dan membuka selangkanganku lalu dengan nafsu yang masih membara, dia lalu menusukkan penisnya yang masih berdiri keras dan kuat itu ke dalam anusku.
"Akh.. Oughh.. Oughh" rintihku kesakitan saat Ricky kontan saja tanpa basa-basi langsung menembus lubang pantatku. Aku tak menyangka kalau si Ricky begitu agresif soal ini.
Ricky mengentot aku dengan semangat birahinya yang masih tinggi, entot-annya luar biasa banet. Isi perutku terasa goyang semua badanku pun ikut goyang di atas spring-bed itu. Dan akhirnya, croott, croot, croott.. si Ricky menghujankan cairan hangat yang banyak ke dalam lubang pantatku.
"Oughh.. Akh.. Akh.. Ushh," desah Ricky dengan kepala mendongak ke langit-langit kamar.
Akhirnya kami selesai mencapai puncaknya, kami sangat puas sekarang. Kami lalu terasa mengantuk dan capek, kami lalu berbaring telanjang dan tertidur hingga pagi.
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-159226341238713205.post-60872570869624684292012-11-11T20:33:00.002-08:002012-11-11T20:33:58.936-08:00BOSKUBoss Ku Dan Senior Ku
Mengapa tiba-tiba jantungku terasa berdesir ketika melihat celana dalam Pak Hans yang mengecap di balik celana olahraganya. Darahku terasa mengalir ketika melihat goyangan pantat Pak Hans bergerak seksi mengikuti gerakan instruktur senam. Setelah senam pagi di kantorku usai, seperti biasa kami langsung memasuki ruang kerja masing-masing untuk melaksanakan tugas rutin kantor.
Saya bekerja dalam satu ruangan dengan Pak Hans. Pak Hans merupakan seniorku sekaligus orang yang selalu memberi tumpangan aku baik berangkat maupun pulang kerja. Maklum, aku merupakan karyawan terbaru di kantor tersebut, dan aku kost di sekitar rumah Pak Hans, karena aku berasal dari desa. Dengan ruangan kerja yang lumayan besar tetapi hanya ditempati dua orang, tentu saja membuat kami terlalu bebas dalam bekerja. Kadang kami bermain game di komputer jika tak ada kerjaan, bahkan Pak Hans sering membawa VCD porno dari rumah, dan kadang memutarnya di ruang kerja. Dan kami pun sering menonton bersama ketika lagi tidak ada kerjaan.
Sehabis senam aku merasakan tubuhku malas untuk diajak bekerja, dan seperti biasa aku memutar lagu-lagu MP3 di komputerku untuk melepas kejenuhan.
"Lagi malas, Dik Bram..?" tiba-tiba suara Pak Hans mengejutkanku.
Ketika kuangkat kepalaku, ternyata Pak Hans sudah ada di depan meja kerjaku.
"Iya, nich Pak..! Habis mikirin kerjaan nggak pernah ada habisnya." sahutku sambil memandangi wajah Pak Hans di hadapanku.
Diam-diam baru kali ini aku mengagumi wajah Pak Hans yang begitu ganteng, rambutnya hitam yang tersisir rapi, kumisnya lebat tapi tertata rapi, juga dagunya yang berwarna hijau karena bekas dicukur. Tanpa sadar mataku terus menelusuri penampilan Pak Hans, betapa tegapnya dia walaupun usianya 40 tahun, lebih tua 14 tahun dari umurku, tetapi Pak Hans masih kelihatan gagah. Kulitnya putih bersih, dan kedua tangannya yang tertutup bulu lebat semakin melengkapi kegagahannya. Baru kali ini aku mengagumi kesempurnaan seorang pria. Tanpa kusadari, tiba-tiba mataku mulai melirik ke bawah, tepatnya di depan meja kerjaku. Disana aku melihat suatu benda yang menonjol dan melingkar dari balik celana olah raga Pak Hans yang dekat merapat di ujung meja kerjaku.
http://ceritakita.hexat.com
"Ada apa Dik, kok bengong..?" pertanyaan Pak Hans mengejutkanku."Nggak pa-pa kok Pak..," jawabku sekenanya.
"Pak Hans sendiri akhir-akhir ini kok kelihatan kurang bergairah..?" ganti aku mulai coba bertanya.
Sambil mendekatiku dari samping, dia mulai duduk di meja kerjaku.
"Yach.., beginilah Dik Bram, nasib bujangan." sahut Pak Hans.
"Lho.., emangnya istri Pak Hans dikemanain..?" tanyaku sedikit heran.
"Istriku lagi hamil tua Dik, dan aku pulangin ke rumah mertua daripada disini nanti repot dan nggak ada yang ngurusin."
"Wah, berarti tiap malam Pak Hans kesepian dong..?" kataku sambil menggoda Pak Hans.
"Iya Dik, udah tiga bulan ini aku nggak pernah hubungan lagi." jawab Pak Hans dengan nada lesu.
Entah setan apa yang merasuki pikiranku sehingga tiba-tiba mataku kembali melirik suatu benda bersarang dari balik celana olah raga Pak Hans. Tanpa kusadari pula tanganku berani-beraninya meraba tonjolan di dalam celana olah raga Pak Hans. Aku terkejut dan baru tersadar ketika tangan Pak Hans memegang erat tanganku. Aku malu dan ketakutan melihat Pak Hans memandangi wajahku. Sesekali kulihat matanya yang teduh."Maaf kan saya Pak, saya nggak sadar. Dan saya juga heran kenapa tiba-tiba saja saya tertarik dengan penampilan Pak Hans. Sekali lagi saya minta maaf Pak." kuucapkan perminta maafaku dengan nada ketakutan, dan Pak Hans pun diam saja. Aku gemetaran dan takut setengah mati.
Sesaat kulirik matanya, Pak Hans malah tersenyum. Tanpa kusadari, tangan Pak Hans tiba-tiba meraih tangan kananku, dan diletakkannya tanganku tepat di atas batang kemaluannya yang masih tertutup celana olah raganya. Aku pun bertambah bingung melihat perlakuan Pak Hans. Tanpa kusadari tangan Pak Hans mulai membimbing tanganku. Diusap-usapkannya tangan kananku hingga menyentuh batang kemaluannya, dan aku pun menurut saja dengan penuh penasaran. Mungkin sudah tiga bulan lamanya batang kemaluannya tidak ada yang menyentuh, pikirku.
Sesaat kulihat wajah Pak Hans, dia malah tersenyum manis dan sambil menganggukkan kepala. Aku pun mencoba untuk mengerti apa arti dari anggukkan kepalanya. Entah setan apa yang telah merasuki pikiranku, hingga aku benar-benar menyukai Pak Hans. Padahal selama ini aku adalah seorang laki-laki tulen. Dan aku pun mulai memberanikan diri merogohkan tangan kananku masuk ke dalam celana Pak Hans. Kucari benda yang membuatku penasaran tadi, dan akhirnya kutemukan seonggok urat yang begitu besar dari dalam celananya. Tanganku mulai merasakan hangatnya daging yang masih bersarang dan serabut kasar dari dalam celananya.
"Ahh.. oh my god.. ahh.." kudengar desahan dari mulut Pak Hans, dan kulihat matanya mulai merem melek karena menikmati rogohan tanganku.
Desahan Pak Hans membuatku mulai makin berani untuk melorotkan celana olahraganya. Kulihat CD-nya yang berwarna hijau muda dan tonjolan pistol Pak Hans yang mulai membengkak, hingga kepala batangnya yang berwarna merah sedikit melongok keluar dari CD-nya. Kupelorotkan CD Pak Hans, aku sempat heran dan sangat terkejut melihat pemandangan yang sangat unik di depan mataku. Aku hampir saja tertawa, tetapi dapat kutahan.
Baru kali ini aku melihat nyata kemaluan Pak Hans yang sangat aneh. Kepala batang kemaluan Pak Hans ternyata sangatlah besar, tidak sesuai dengan ukuran batangnya, walaupun batang pistolnya juga tergolong besar dan panjang. Yang membuatku heran adalah ukuran pentolan atau kepala pistol Pak Hans, benar-benar melebihi ukuran normal, jika kubandingkan mungkin sebesar telur ayam potong.
Kutelusuri rambut kemaluan Pak Hans yang begitu lebat dan sangat kasar. Tanganku kubiarkan gerilya di sekitar kedua lipatan paha Pak Hans, dan telapak tanganku mulai menyentuh suatu benda yang kenyal dan menggantung di bawah batang kemaluan Pak Hans, buah zakar Pak Hans ternyata juga besar tetapi bentuknya sedikit lembek dan merosot ke bawah. Kuraba sambil sesekali kuremas buah zakar Pak Hans yang dilapisi kantung tipis. Kurasakan begitu halusnya kantung buah zakar Pak Hans ini. Selembut sutra.
Kuciumi batang kemaluan Pak Hans, kunikmati aroma kejantanan Pak Hans. Ohh betapa nikmatnya, aromanya begitu khas masculine walaupun sedikit asam karena bau keringatnya sehabis senam tadi pagi. Bulunya begitu lebat sekali di sekitar senjatanya, terus memenuhi hingga paha dan kakinya dan sedikit basah karena keringat. Segera kuhisap dan kunikmati buah zakarnya. Kukocok batang kemaluan Pak Hans yang mulai menegang. Batang pistolnya begitu besar, dan kulihat guratan-guratan otot yang melingkari batang pistolnya.
"Ohh.. nikmat.. sekali.. teruuss.. kocok teruuss.. oohh..!" beberapa kali Pak Hans mengerang menikmati kocokan tanganku.
Kujilati kepala kemaluannya walaupun hal ini terus terang belum pernah kulakukan seumur hidupku, dan mulutku mulai mengulum pentolan kemaluan Pak Hans. Semula pentolannya tidak mampu kumasukkan ke mulutku karena pentolan Pak Hans sangatlah besar dibandingkan dengan lubang mulutku, tetapi kupaksakan hingga pentolan itu dapat memasuki rongga mulutku.
"Ohh teruuss.. ahh.. lagii.. Dik Bram, enak sekali.. teruss..!" Pak Hans kembali mengerang merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Kujilatkan ujung lidahku hingga menelusuri seluruh permukaan pentolan pistol Pak Hans. Ohh.., Pak Hans pun semakin kelojatan menikmati jilatanku, kulihat Pak Hans mulai menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur, sesekali tangannya menjambak rambutku dengan kuatnya. Aku mulai kerepotan menahan mulutku yang penuh sesak dimasuki pistolnya. Ditarik dan ditekannya kepalaku hingga mulutku maju mundur tertusuk pistolnya.
"Ohh.. aku mau keluar.. ahh.. nikmat..! Aku mau keluar.. Dik Bram..!" desis Pak Hans ketika akan orgasme.
Seketika itu kukeluarkan batang kemaluan Pak Hans dari dalam mulutku, karena aku jijik jika mulutku nanti kesemprot lahar putih dari pistol Pak Hans.
"Dikeluarkan di luar saja, ya Pak Hans..?" bisikku lembut di telinganya.
Dan Pak Hans pun hanya mengangguk tidak berdaya menahan nikmat yang luar biasa.
Kembali batang kemaluan Pak Hans kupegang kuat-kuat dan kukocok dengan irama kocokan cepat, dan, "Ahh.. aughh.. lebih cepat Dik Bram..! Ahh.. crott.. croott.. glogok.." dan Pak Hans pun sudah tidak dapat menahan semprotan sperma dari dalam batang kemaluannya.
Kuarahkan semprotan tersebut di atas meja kerjaku, aku kagum sekali melihat banyaknya sperma Pak Hans yang putih kental membanjiri meja kerjaku. Mungkin karena sudah tiga bulan spermanya tertahan di buah zakarnya, sehingga sperma yang dikeluarkan sangatlah banyak dan tidaklah wajar jika dibandingkan dengan lelaki normal.
Kulihat Pak Hans mulai terkulai lemas dan memelukku. Tanpa kusadari, dia memegang kepalaku lalu mencium bibirku. Aku kaget dan heran mendapat perlakuan Pak Hans, baru kali ini aku dicium seorang pria, dan kurasakan betapa hangatnya ciuman dari Pak Hans.
"Makasih ya Dik Bram..!" bisik Pak Hans di telingaku sambil membetulkan kembali celana olahraganya.
Tanpa kusadari, tiba-tiba pintu ruangan kerjaku dibuka oleh seseorang. Astaga.., ternyata yang datang Pak Baskoro atasan kami di kantor. Dengan secepat kilat kututupi sperma Pak Hans yang membanjiri mejaku dengan empat lembar kertas HVS.
"Pagi, Pak..!" sapa kami bersamaan.
"Pagi..!" jawab Pak Baskoro.
"Apa ini Bram..?" tanya Pak Baskoro sambil menciumi telapak tangannya yang basah, mungkin menyentuh sperma Pak Hans yang tidak sempat tertutup kertas.
Wajahku seketika merah padam, begitu juga Pak Hans.
"Eh.. anu.. Pak, tadi bubur kacang ijo saya tumpah, tadinya mau saya makan malah kesenggol Pak Hans.." jawabku sekenanya.
"Iya Pak, sorry ya Dik Bram, besok hari Jum'at kalo senam lagi kuganti dech.." Pak Hans tiba-tiba ikut membantuku.
"Ya sudah-sudah, lain kali kalo ada kondisi seperti ini harusnya kamu panggil cleaning service biar nggak kelihatan jorok..!"
"O.. Ya, laporan keuangan kemarin apa sudah selesai Bram..?" tanya Pak Baskoro lagi.
"Maaf.. Pak, sebenarnya hari ini sudah saya ajukan ke Bapak, tapi berhubung disket saya hilang, jadi semua file saya juga ikut hilang. Sekali lagi saya mohon maaf Pak, dan saya berjanji besok Senin laporan sudah saya serahkan di meja Bapak." jawabku sedikit berbohong, karena memang laporan tersebut belum kuselesaikan.
"Kalau besok Senin kelamaan Bram, soalnya besok minggu aku rencana mau tanding Golf dengan Bapak Manajer sekalian menyerahkan laporan tersebut. Gimana kalo besok Sabtu, kamu lembur buat menyelesaikan laporan itu.."
"Wah kalo besok lembur, saya numpang siapa Pak..? Tempat kost saya jauh dan belum ada angkutan umum. Lagipula Pak Hans besok khan libur..?" tanyaku.
"Ya udah, besok kamu numpang aku saja, aku juga ada kerjaan yang belum bisa kuselesaikan hari ini.." sahut Pak Baskoro.
"Trima kasih Pak, wah saya jadi merepotkan Bapak saja..," jawabku sedikit basa-basi.
Kulihat jam di dinding sudah menunjukkan angka 16.30 WIB, aku dan Pak Hans berkemas untuk pulang. Seperti biasa, aku selalu pulang bersama Pak Hans, karena tempat kostku sejalan dan satu komplek dengannya.
Mobil sudah berhenti di depan pintu pagar rumah Pak Hans, dan seperti biasa aku harus siap-siap turun untuk jalan kaki menuju tempat kostku.
"Dik Bram, tidur di rumah saya saja gimana..?" tiba-tiba Pak Hans menawarkan jasa kepadaku.
"Enggak lah Pak, tempat kost saya cuma dekat kok..," sahutku masih dari dalam mobilnya.
"Nggak pa-pa kok Dik, lagian disini saya sendirian dan Dik Bram juga sendiri di tempat kost, khan kita bisa ngorol bersama. Lagian nanti malam ada Liga Italy lho, khan di tempat kost Dik Bram nggak ada TV-nya."
Pak Hans tahu saja kalau tempat kostku memang tidak ada TV-nya.
"Bener nich nggak ngerepotin Pak Hans..?" tanyaku basa-basi.
Pak Hans hanya tersenyum manis dan menggelengkan kepalanya, aku pun mengangguk tanda setuju.
Aku sempat heran melihat kamar Pak Hans yang begitu luas jika dibandingkan dengan kamar kostku. Pak Hans mengambil remote dan menyalakan TV.
"Anggap seperti rumah sendiri Dik..!" kata Pak Hans sambil membetulkan spray spring bed-nya.
"Dik Bram saya tinggal mandi dulu ya..?" kutengok asal suara tadi, ternyata Pak Hans sudah berlalu ke dalam kamar mandi yang letaknya masih satu kotak dengan kamar tidurnya.
Kucari acara-acara TV, "Sialan..!" umpatku dalam hati karena tidak kutemukan acara yang bagus.
Cerita Sex http://CeritaKita.Hexat.Com
Aku dengar suara percikan sower dari dalam kamar mandi, dan aku menoleh.. oh ternyata Pak Hans lupa menutup pintu kamar mandinya pikirku. Kupandangi lekuk-lekuk tubuh Pak Hans yang mengkilap karena basah. Betapa gagahnya orang tua ini, sanjungku dalam hati. Kulihat pantatnya yang putih bersih dan sintal tidak seperti pantatku yang sedikit coklat, maklumlah orang desa! Dadanya yang bidang penuh ditumbuhi bulu-bulu kejantanan. Pistolnya yang masih terkulai lemas dirimbuni rambut-rambut hitam yang lebat mungkin tidak pernah dicukur, ah.., betapa indahnya pentolan ujung pistolnya yang berukuran XL, kubayangkan kemaluan Pak Hans mirip pemukul gong.
"Dik Bram juga mau mandi..?" tanpa kusadari ternyata Pak Hans tahu kalau aku sedang mengamati tubuhnya yang lagi bugil.
"Nggak ah, nanti saja Pak Hans! Males, hawanya dingin." jawabku.
"Lho, ini airnya hangat lho Dik, saya pake pemanas air kok."
Aku baru tahu kalau Pak Hans memakai pemanas air.
"Dasar orang udik..!" pikirku memaki diriku sendiri.
"Ayo Dik Bram, segerr lho kalo badan udah mandi.." ajak Pak Hans lagi.
Aku diam saja.
"Wah.., Dik Bram malu ya mandi bareng Bapak. Masa sama cowoknya kok malu sih, lagian punya kita khan sama he.. he.." Pak Hans mecoba menggodaku.
Dan aku pun tidak dapat menolak ajakan Pak Hans, benar juga pikirku, ngapain harus malu. Kami kan sama cowoknya, dasar 'wong ndeso'..!
Kulepas baju dan celanaku. Tinggal celana dalamku saja yang kupakai, lalu aku memasuki kamar mandi yang begitu luas buat ukuranku. Pak Hans memberikan gagang sower kepadaku, dan aku mulai mengguyur wajahku sampai seluruh permukaan tubuhku. Seger juga rasanya, baru kali ini aku merasakan nikmatnya mandi dengan air hangat. Sesekali kulirik tubuh Pak Hans, kulihat pula batang kemaluannya yang begitu besar bila dibanding dengan punyaku. Tanpa kusadari, tiba-tiba aku mulai terangsang melihat pemandangan itu. Aku juga heran kenapa aku tertarik kepada Pak Hans. Dan kurasakan senjataku mulai mengeras dan tegak hingga pentolan pistolku mulai menjulang dan berontak ingin keluar dari CD-ku yang berwarna putih.
"Wah.., gawat nich..!" pikirku seketika itu.
Kubalikkan badanku agar Pak Hans tidak mengetahui kalau pistolku membengkak tanda mulai bereaksi.
"Mandi kok celana dalamnya nggak dilepas sich Dik Bram, apa bisa bersih..?" tiba-tiba tangan Pak Hans menurunkan CD-ku yang berwarna putih.
Aku terkejut mendapat perlakuan Pak Hans. Dan dengan gerakan reflek aku menutupi batang kemaluanku dengan kedua tanganku, ternyata kedua tanganku tidak mampu menutupi seluruh permukaan pistolku yang dikarenakan besarnya ukuran pistolku saat berdiri tegak.
Pak Hans malah tersenyum melihat tingkah lakuku, sesekali matanya yang teduh dan nakal menelusuri seluruh lekuk tubuhku. Kulihat dia malah senyum-senyum. Aku tambah semakin gerogi mendapat perlakuan seperti ini.
"Kenapa Dik Bram, malu sama Bapak ya..?" tanya Pak Hans sambil mengulurkan tangannya mencoba menyentuh pistolku yang semakin keras dan tegak.
"Punya kamu ternyata gede juga ya..?" goda Pak Hans sambil mengelus pistolku.
"Jangan ah, Pak Hans.." ucapku karena malu, sambil mencoba melepaskan tangan Pak Hans yang sudah memegang kuat batang pistolku.
"Lho.., tadi pagi kan Dik Bram sudah pegang punya Bapak, lha sekarang supaya adil gantian Bapak yang pegang punya Dik Bram dong..!" kata Pak Hans sambil sesekali mengocok batang pistolku.
Aku tidak dapat menolak perlakuan dari Pak Hans, dan akhirnya kupasrahkan saja apa yang dia kehendaki. Tangan kiri Pak Hans terus mengocok batang pistolku dengan lembutnya, sesekali mengelus dan meremas buah zakarku yang masih menggantung. Ahh.. betapa nikmatnya, dan aku pun mulai menikmatinya.
Diusapnya rambut kemaluanku dengan tangan kirinya, terus naik ke dadaku dan turun kembali berhenti ke pangkal buah zakarku. Tangan kanannya meremas-remas pantatku, dan sesekali diselipkan diantara lipatan pantatku. Jari-jarinya mulai nakal bermain di sekitar lubang anusku. Oohh.., nikmat sekali. Kemudian tangan kanannya beralih menelusuri dadaku yang tidak berbulu, diusapnya puting susuku. Bibirnya mulai mendarat di bibirku, dikulumnya mulutku dengan penuh nafsu hingga aku hampir pingsan karena tidak dapat bernafas. Kurasakan hangatnya bibir Pak Hans, lidahnya menjelajahi gusi, gigi, dan langit-langit mulutku. Aku tidak tahan menahan geli karena tertusuk kumisnya yang lebat. Ahh.., baru kali ini aku merasakan rasa nikmat yang luar biasa.
Sesekali kulirik pistol Pak Hans, ternyata pistolnya sudah berdiri dengan kuatnya. Wow.. betapa besar dan indahnya kemaluan orang tua ini pikirku. Kulihat guratan-guratan otot melingkari batang kemaluannya. Rambut kemaluannya yang lebat menggodaku untuk memegang pistolnya. Dikocoknya batang pistolku oleh tangan kiri Pak Hans dengan lembut, sesekali tangannya yang kuat meremas buah zakarku dengan nakal.
"Ahh.. nikmat sekali Pak Hans."
Aku menggeliat, menahan nikmatnya kocokan dan remasan tangan Pak Hans. Aku hanya menutup mata sambil menikmati permainan ini.
Tanpa kusadari, ternyata batang pistolku sudah masuk di mulutnya.
"Ahh.. hangat.., ohh.. diapakan ini.. Pak Hans..? Enak sekali..!" aku tidak tahan merasakan nikmat yang begitu luar biasa.
Dan aku juga geli menahan rasa gesekan kumis Pak Hans yang sangat lebat. Diambilnya gagang sower dari tanganku, dan disemprotkannya ke panggkal pahaku.
"Ahh.. geli.. Pak Hans.. enak.. ohh.." sesekali aku menggeliat keenakan.
Tiba-tiba Pak Hans jongkok membelakangiku, aku sempat heran melihatnya. Dan dia mulai menungging dan memamerkan pantatnya di hadapanku. Aku sempat geli ketika melihat telur Pak Hans yang menggantung mirip buah mangga dari tanggkainya. Kulihat pantat Pak Hans penuh tertutup rambut, di sela-sela pantatnya aku sempat melihat lubang yang cukup lebar. Lubang anus Pak Hans sangatlah indah karena kulitnya putih, tidak heran kalau lubang anusnya berwarna merah muda.
Kuraba pantatnya yang penuh dengan rambut, sesekali kubelai lubang anusnya.
"Ahh.. nikmat.. terus. Masukkan Dik jarinya..!" teriak Pak Hans bagai orang keranjingan.
Aku pun menuruti perintahnya, kumasukkan jari telunjukku. Kumasukkan dan kukeluarkan jariku, sampai tidak terasa tinggal ibu jariku yang tertinggal di luar anusnya.
"Tekan yang keras Dik.., ayo.. ohh.. my god..!" Pak Hans pun sangat menikmatinya.
Tiba-tiba aku ingin mencoba memasukkan batang pistolku ke dalam anusnya. Terus terang, seumur hidup aku belum pernah berhubungan sex dengan perempuan ataupun wanita nakal. Dan pikiranku mulai menerawang jauh memikirkan betapa nikmatnya jika batang pistolku kumasukkan ke dalam lubang anusnya.
"Ayo.. Dik Bram, tusuk dengan pistolmu.. please..!" rengek Pak Hans mirip anak kecil.
Kugesek-gesekkan kepala pistolku di sekitar lubang anusnya. Dan.. "Bleess..!" kepala pistolku lancar dapat masuk ke dalam anusnya.
"Ohh.. aku merasakan hangat yang luar biasa di batang pistolku. Kudorong lagi pantatku hingga batang pistolku masuk ke dalam sampai tidak tersisa.
"Aughh.. nikmat sekali.." baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Kurasakan ada semacam cincin melingkar kuat di batang pistolku, sesekali kurasakan sedotan dari dalam anusnya. Aku semakin menikmatinya, kemudian kuayunkan pantatku maju mundur, kutusuk anus Pak Hans dengan batang pistolku.
Tangan kananku memegang dan mengocok batang pistol Pak Hans yang semakin keras bersamaan dengan ayunan pantatku. Tangan kiriku meremas-remas kantung zakarnya.
"Teruss.. sodok.. tarik.. sodok.. ahh.." kudengar teriakan Pak Hans saking nikmatnya.
"Aku mau keluar.. ahh.. croott.. crott.. glogok.." kusemprotkan spermaku yang tidak dapat terbendung ke dalam anus Pak Hans.
"Aahh.. nikmat..! Betapa hangatnya spermamu.. aku menikmatinya Dik Bram."
Dan aku pun terkulai lemas menindih tubuh Pak Hans. Aku bangkit dan mencabut batang pistolku dari dalam anusnya. Dan aku duduk terkulai lemas karena puas.
Pak Hans mulai berdiri di hadapanku, disodorkannya kemaluannya ke arah wajahku. Aku meraihnya, kumasukkan pistolnya ke mulutku. Kujilati permukaan pentolan pistolnya yang begitu besar. Ah.. andai saja ini bukan pentolan Pak Hans, mungkin sudah kukunyah karena gemas. Kupegang batang pistolnya dan sesekali kuremas kantung zakarnya, betapa lembutnya.
"Teruss.. Dik..! Enak.. ahh.." Pak Hans pun mulai menggeliat karena keenakan.
Digoyangkannya pantatnya maju mundur, dan aku mulai kelabakan, karena tenggorokanku sakit tersodok batang penisnya yang besar dan panjang.
"Ahh.. nikmat.. aughh.. aku mau keluar Dik.. Jangan dilepas.. please.. ohh.."
Aku pun menuruti perintahnya, kurasakan kemaluannya mulai berdenyut.
"Aahh.. croott.. croott.. glogok..!"
Kurasakan semburan lahar Pak Hans yang hangat memasuki kerongkonganku. Kurasakan hangatnya lahar Pak Hans, asin, gurih, sedikit amis tapi aku menyukainya hingga kutelan habis. Kami pun berpelukan terkulai lemas.
Kami mulai membersihkan badan kami dan masing-masing menyabuni tubuh lawan kami, terutama aku senang menyabuni burungnya yang terkulai. Setelah selesai mandi, Pak Hans tiba-tiba membopongku. Dibopongnya aku bagai anak kecil menuju ruang tidur, digeletakkannya tubuhku di atas spring bed. Wow..! Baru kali ini aku merasakan kasur yang begitu empuk. Pak Hans kemudian menghanduki tubuhku yang masih basah, diusapnya seluruh permukaan tubuhku dengan kasih sayang. Sesekali Pak Hans mengusap-usapkan handuk ke pistolku, dan inilah yang membuat gairahku bangkit kembali.
Kurasakan batang pistolku mulai membengkak. Pak Hans memandangku dengan tersenyum.
"Mau lagi, Dik Bram..?" kata Pak Hans.
"Lagi..? Siapa takut..!" pikirku.
Dan aku pun mengangguk memberi tanda mengiyakan tawarannya. Kuraih pistol Pak Hans yang masih lembek, dan kuremas buah zakarnya. Dia mulai menikmati kembali, kulirik pistolnya ternyata sudah mulai membengkak. Kukocok batang pistolnya dengan lembut, dan Pak Hans mulai menindihku dan segera menggenjot senjatanya di antara kedua belah pahaku, aku pun sangat menikmatinya.
"Ohh.. nikmat sekali."
Kurasakan bulu-bulu dadanya yang lebat menggesek dadaku. Dilumatnya bibirku hingga aku susah bernafas, tapi aku masih dapat menikmati ciumannya yang hangat. Ahh.. betapa indahnya dunia ini.. bibir Pak Hans mulai turun ke leherku, puting susuku, dadaku, perutku, dan akhirnya mendarat ke batang kemaluanku. Dihisapnya batang pistolku dengan mulutnya, kurasakan sapuan lidahnya mengenai pentolan pistolku.
"Ahh.. enak.. diapain sich Pak Hans..? Nikmat sekali.. teruss..!" aku pun kelojotan merasakan nikmatnya sedotan Pak Hans.
Kujambak rambutnya yang tebal, kutarik kepalanya hingga pistolku masuk lebih dalam ke kerongkongannya.
"Ahh.. teruss.. nikmat.. aku mau keluarr.. aku mau keluarr Pak Hans.. ennakk..!Aaah.. croott.. croott..!" kusemprotkan spermaku ke dalam kerongkongan Pak Hans, dan Pak Hans pun menikmatinya.
Dikeluarkannya batang pistolku yang mulai melembek dari dalam mulutnya. Dijilatinya pistolku hingga bersih, rupanya Pak Hans memang sangat menyukai spermaku.
Pak Hans mulai merebahkan tubuhnya dengan posisi telentang ke atas. Kulihat batang pistolnya yang masih tegak sampai melebihi pusarnya.
"Pak Hans juga pingin dikeluarin..?" tanyaku kepadanya.
Dia tersenyum sambil mengusap kepalaku, "Tapi Pakai anus kamu, ya Dik Bram..?" pinta Pak Hans.
Aku agak takut, karena selama ini anusku belum pernah dimasuki benda apapun. Aku pun sedikit ngeri bila membayangkan batang kemaluan Pak Hans memasuki lubang pantatku. Apalagi dengan pentolannya yang berukuran sangat besar. Akhirnya aku pasrah saja. Diludahinya lubang pantatku dengan liurnya, sesekali diratakan oleh lidahnya yang nakal. Aku mulai merasakan sapuan lidahnya.
Kemudian aku mengambil posisi berjongkok di atas tubuh Pak Hans yang telentang. Kupegang panggkal pistolnya, kuusap-usapkan pentolan pistolnya ke lubang anusku. Sedikit demi sedikit akhirnya pentolannya berhasil memasuki lubang pantatku. Aku pun meringis menahan rasa sakit. Kutekan pantatku hingga ke pangkal pistolnya. Kuraba ternyata batang pistolnya sudah hilang tertelan anusku. Pak Hans mulai menggoyangkan pantatnya naik turun. Ahh.., kurasakan nikmat yang luar biasa dari dalam anusku, hangat terkena gesekan batang pistol Pak Hans.
"Ohh.. sekarang enak.. Pak Hans.. terus.. tusukk.. ahh.." dan aku pun mulai menikmati tusukannya.
"Ahh.. nikmatt.. kamu masih perawan Dik. Ohh..!" Pak Hans mulai mengerang menikmati sedotan anusku.
"Aakhh.. aku mau keluar Dik Bram. Ohh..!"
Tiba-tiba Pak Hans bangun dari posisinya dengan batang pistolnya yang masih menancap di lubang anusku. Direbahkannya tubuhku di atas spring bed. Diangkatnya kedua kakiku dan ditaruhnya di atas pundaknya. Pak Hans mulai menggenjot anusku.
"Ohh.. terus genjot.. Pak Hans..!" dan aku pun semakin menikmati tusukan pistolnya.
"Ahh.. aku mau keluar. Ohh.. my god.. crott.. crott..!" kurasakan semburan hangat spermanya memasuki lorong anusku.
Baru kali ini aku menikmati semburan sperma yang luar biasa. Kami pun terkulai lemas, aku rebah dalam pelukan Pak Hans.
"Dik Bram, mendingan kost di tempat Bapak saja, nggak usah bayar, yang penting kita bisa melakukan ini setiap saat." bisik lembut Pak Hans menawarkan jasanya.
Aku pun cuma mengangguk karena kecapaian. Dan akhirnya kami tertidur pulas dan tidak jadi menonton bola.
Paginya kami bangun, mandi, sarapan bersama, kemudian berangkat ke kantor untuk menyelesaikan laporanku yang belum selesai. Diantarnya aku sampai di ujung jalan oleh Pak Hans. Kulihat mobil BMW biru sudah di pinggir jalan. Rupanya Pak Baskoro si Boss-ku sudah lama menungguku. Aku turun dari mobil Pak Hans dan pindah masuk ke mobil Pak Baskoro.
Jam di dinding kantor sudah menunjukkan angka 10.00 WIB, tetapi kerjaanku belum selesai juga.
"Kriinngg..!" kudengar teleponku berbunyi.
Kuangkat gagang telepon, kudengar suara dari balik gagang telepon.
"Bram, coba kamu kesini sebentar..!" ternyata suara Pak Baskoro.
Aku semakin panik, karena pekerjaanku belum selesai.
"Mungkin Pak Baskoro memanggilku untuk meminta laporanku." pikirku dalam hati.
"Baik, Pak.." jawabku lewat telepon.
Aku mengetuk pintu ruang kerjanya, "Masuk saja Bram..!" terdengar sahutan dari dalam.
"Maaf, Pak. Laporannya belum selesai, mungkin nanti dua jam lagi sudah saya selesaikan." ucapku sedikit ketakutan.
Kupandang wajah Pak Baskoro, rupanya dia malah tertawa.
"Udah, nggak pa-pa. Lain waktu aja kamu selesaikan, soalnya aku nggak jadi bertanding sama Bapak Manajer. Habis, kemarin waktu latihan golf, pinggangku rasanya sakit. Mungkin uratku ada yang melintir."
Aku tesenyum lega mendengar jawaban Pak Baskoro.
"Bram, denger-denger katanya kamu mahir dalam mengurut ya?" tanya Pak Baskoro lagi.
"Ah itu dulu Pak, waktu di desa. Saya hanya sedikit bisa, bukan mahir." jawabku sedikit merendah, walau sebenarnya memang aku sudah mahir dalam urusan urut-mengurut.
"Tolongin saya dong Bram, pinggangku rasanya nggak bisa buat bergerak." pinta Pak Baskoro.
Pak Baskoro mulai membuka dasi dan baju putihnya, kemudian kaos dalam yang berwarna putih ditanggalkan di meja kerjanya. Ohh bagus sekali Pak Baskoro, dadanya yang bidang ditumbuhi oleh bulu-bulu yang tipis dan terus sampai ke bawah, dan mungkin sampai ke daerah vitalnya. Kupandangi bentuk badannya, walaupun usianya sudah 51 tahun, tapi Boss-ku ini masih kelihatan gagah. Wajahnya yang ganteng dan brewoknya yang dibiarkan tumbuh, menambah kejantanannya saja.
Kemudian dia mulai merebahkan tubuhnya telungkup di atas sofa tamu. Aku mulai mengurut pinggangnya, kucari uratnya yang melintir, lalu kubetulkan kembali. Kurasakan aroma wangi tubuh Pak Baskoro. Sambil mengurut, tiba-tiba mataku mulai menangkap pemandangan indah. Aku melihat garis segi tiga di balik celananya yang sesak karena terisi pantatnya yang sangat padat. Gairahku mulai bangkit.
"Wah.., urutan tanganmu enak juga Bram, tolong pijit badanku sekalian ya..?" pinta Pak Baskoro.
Tanganku mulai mengusap punggungnya yang putih bersih dan sangat licin, naik ke leher, turun lagi. Ohh.. nikmat.. Bram pijitanmu. Pak Baskoro pun semakin menikmati pijatanku. Tanganku mulai gemas ingin memijat daerah pantatnya yang montok. Aku pijat pantatnya dengan kedua tanganku, sesekali kuputar dan goyangkan pantat Pak Baskoro. Achh.. enak sekali.. terus Bram.. dia pun menyukainya. Tiba-tiba Pak Baskoro membalikkan tubuhnya menghadapiku.
"Bram, aku pingin kamu melakukan seperti kemarin pagi terhadap Pak Hans..,"
Aku pun terkejut, ternyata Boss-ku telah mengetahui permainanku kemarin pagi di kantor dengan Pak Hans.
"Kemarin aku sempat lihat kalian lho, tapi nggak pa-pa kok Bram, itu wajar." perkataan Pak Baskoro membuatku bingung.
Tanpa kusadari tangan Pak Baskoro mulai membuka ikat pinggangnya, dan kemudian menarik resleting celananya. Aku sangat terpana melihat tonjolan besar dari balik CD-nya yang berwarna putih.
Wow.. gede sekali..! Kulihat rambut kemaluannya banyak yang menyerodok dari balik CD-nya. Ditariknya tangan kananku, lalu diletakkanya tanganku di atas alat vitalnya. Aku menjadi penasaran, kupandang sejenak wajah Pak Baskoro. Dia malah tersenyum dan mengangguk. Kemudian aku pun membuka pakaianku. Kubuka celananya sambil terus kunikmati aroma kejantanan Pak Baskoro. Ohh betapa nikmatnya, aromanya begitu khas masculin. Bulunya begitu lebat sekali di sekitar senjatanya terus memenuhi hingga paha dan kakinya, segera kuhisap dan kunikmati senjatanya yang berukuran besar. Ohh nikmat sekali, beberapa kali Pak Baskoro mengerang, menikmati hisapanku.
"Ohh teruuss.. enak sekali.. Bram.. teruss..!"
Kami pun sudah telanjang tanpa busana di sofa ruang tamu. Pak Baskoro sudah tidak tahan, nafsunya telah sampai ke ujung kepalanya, mendidih, dan dia langsung merebahkan tubuhku di sofa panjang menaiki tubuhku. Kuraih batang pistolnya, dan kuselipkan batang pistolnya di antara kedua pahaku. Dan Pak Baskoro pun segera menggenjotkan senjatanya di antara kedua belah pahaku, aku pun sangat menikmatinya.
"Ohh.. nikmat.. sekali.. Bram..!"
"Aku juga.. Pak Bas, teruuss.. Pak Bas..! Ohh.. enak sekali.."
Kurasakan pahaku hangat karena mendapat gesekan batang pistolnya. Dan aku menikmati pistolku yang bergesekan dengan perutnya yang penuh dengan rambut kejantanannya. Kami pun berpelukan, dan aku pun berusaha mencium bibirnya. Ohh nikmat sekali bibirnya, nikmat sekali. Terus kuraba tubuh Pak Baskoro yang kekar berisi sambil terus kuraba pantatnya yang keras berisi.
Dengan nafas yang memburu, Pak Baskoro terus memainkan senjatanya di atas tubuhku, "Teruss.. menggenjot.. teruss.. Pak Bas, teruss..!"
Dia sudah tidak dapat mengontrol diri, dia sudah lupa kalau lawan mainnya adalah aku, anak buahnya sendiri. Dia menikmati permainan ini, makin dia bernafsu, aku pun bertambah nafsu pula. Dia bagaikan banteng liar, benar-benar jantan. Gayanya yang begitu hebat, permainan yang begitu kunikmati, dan belum pernah kutemui permainan seganas itu, makin liar, makin keras, otot-ototnya masih kencang, keras sekali, mengagumkan.
"Aku mau keluar.. aku mau keluar.. Bram..!"
"Oh.. saya.. juga.. mau keluar.. Pak..!"
"Croot.. croot.. croot..!" tumpahlah sperma Pak Baskoro bersatu bersama sperma milikku di tubuhku.
Dia pun kelelahan dan tidur sebentar memeluk tubuhku. Kemudian kuraih alat vitalya, kujilati sampai bersih. Pak Baskoro mulai terangsang kembali. Kulihat senjatanya sudah mulai bereaksi, terus naik dan terus menegang hingga akhirnya benar-benar tegang maksimal, langsung saja kembali kuhisap, dia pun menikmatinya. Senjataku pun menegang dengan keras.
Rupanya Pak Baskoro juga ingin melakukan hal yang sama, dia pun segera menghisap burungku yang sudah menegang maksimal. Tidak dapat kubayangkan, Pak Baskoro yang kuhormati di kantor, ternyata mau menghisap batang pistolku. Disedotnya batang kemaluanku dengan nafsu yang membara.
"Ohh.. my god.. nikmat sekali..! Ohh
Dia memeluk dan menggenjot tubuhku, diadunya batang pistolnya dengan punyaku, tekanannya makin keras, makin kunikmati.
Kubalikkan tubuh Pak Baskoro, kemudian kuangkat kedua kakinya, dan kuciumi sekitar buah zakar dan lubangnya. Kumainkan lidahku keluar masuk ke dalam lubangnya, dan dia pun mengerang nikmat. Sambil kuhisap, kumasukkan jari-jariku ke dalam lubangnya, dia begitu menikmatinya hingga tidak terasa kalau bukan lagi jariku yang masuk ke dalam lubangnya, tapi sudah senjataku berada di dalamnya. Kemudian terus kugenjot naik turun sambil kuciumi kedua pipi dan lehernya. Naik turun pantatku menggenjot senjataku untuk keluar masuk ke dalam lubang. Ohh lubang itu begitu rapat dan belum pernah ada yang memasukinya. Tidak seperti lubang anus Pak Hans, aku menikmatinya, aku pun berteriak.
Sambil tangan kananku terus mengocok senjatanya yang sudah tegang maksimal, terus kukocok sesuai irama pantatku. Begitu juga dengan Pak Baskoro, dia juga tidak tahan dengan permainan senjataku di dalam lubangnya naik dan turun, keluar masuk dengan pelan, kemudian keras, pelan, dan ohh.., kami puas, kami puas.
"Ohh.. aku mau keluar.. Pak..!" kataku.
"Teruss.. lebih keras lagi.. Bram.. teruss.. masukkan lebih dalam lagi..! Aku menikmatinya, teruss..!"
"Croot.. croot.. croot..!" kami pun keluar lagi bersamaan, banyak sekali sperma yang muncrat dari senjata Pak Baskoro, putih dan kental membanjiri dadanya yang berbulu.
Kami pun tidur berpelukan beberapa saat.
Betapa indahnya hari ini. Ohh.., terima kasih Pak Baskoro. Kami setiap hari Sabtu bertemu di kantor, dan kami selalu melakukan permainan ini di ruang kerjanya. Begitu pula dengan Pak Hans, aku selalu melayaninya jika dia memerlukanku. Dan ini kulakukan karena aku senang, dan juga gratis tinggal di rumah.
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02921172167642185276noreply@blogger.com0