Cinta Kasih Sesama: 2 hati part 3

2 hati part 3

Sudah hampir satu bulan berlalu setelah kejadian di Singapura itu, tapi Indah tak menunjukkan tanda-tanda kehamilan kepadaku. Ia cenderung diam, hanya berbicara seperlunya saja. Jelas ini membuat aku bingung, ia begitu berubah semenjak kembalinya dari Singapura.

Padahal, setelah peristiwa malam hari di kamar hotel di Singapura itu, ia menjadi manja dan penuh perhatian terhadapku. Apalagi kalau boleh di ingat , saat kami berdua berada di Pulau Bintan. Ia merelakan seluruh yang ia milki kepadaku.

Ketika ku ingat kenangan indah kami berdua di Pulau itu. Di sebuah pantai berpasir putih yang indah, kami melepaskan lelah dan berjemur di atas pasir di terik matahari dengan telanjang bulat. Ia begitu mesra, mengusap setiap pelu yang menetes di tubuhku dengan lidahnya. Setiap detik tak pernah lepas dari jilatan dan ciuman serta sentuhan-sentuhan lembut nan erotis. Lembutnya pasir pantai sebagai alas bagi kami berdua untuk terus berguling-guling di atasnya, saling berpagutan hingga ombak menyadarkan kami.

Senyuman dan gelak tawa mengiringi, ketika tangan ku menyentuh daerah sensitive nya. Mulanya ia tertawa kecil ketika kusentuh dan kuraba payudaranya yang penuh dengan pasir, semakin lama tawa itu berubah senyuman hingga berubah menjadi desahan. Desahanya semakin menjadi ketika lidahku mulai bermain dengan putingnya. Desahannya bercampur tawa ketika ku gigit-gigit kecil putingnya, antara rasa nikmat bercampur geli.

Kini lidah dan mulutku berubah sasaran, tepat diantara lipatan payudara bagian bawah. Semakin lama semakin turun hingga perutnya. Sungguh aktivitas sex yang tak pernah aku lakukan bersama istriku sebelumnya.

Ombak besar tiba-tiba datang dan membasahi tubuhkami, hingga gelak tawa tak dapat di bendung lagi. Tiba-tiba ia berlari menuju tengah, ku lihat belahan pantatnya bergetas seiring gerakan kakinya. Senyum tipis pun keluar dari kedua bibirku. Akhirnya akupun bangkit dan langsung menyusulnya.

Ditengah hempasan gelombang, ia berenang sembari menyaksikan ikan-ikan kecil yang berenang seolah sedang mengikutinya. Ku susul ia dari belakang, segera ku hampiri dia dan bersama-sama bersnorkling ria.

Puas berenang kami pun menepi,bermain air di tepi pantai dan saling berkejaran. Hap, ku tangakap tubuhnya, kami pun tersungkur di atas pasir dan kembali berguling-guling. Kembali kami saling berpagutan dan tanganku tak tinggal diam, meraba paha dan berlanjut di mulut vaginanya. Ia menghentikan ciumanya dan mendesah keenakan saat telunjuk ku mencoba masuk lubang diantara rimbunya bulu kemaluanya.

Ku mainkan telunjukku hingga keluar masuk vaginanya, semakin lama semaki cepat kemudian melambat lagi begitu seterusnya. Matanya terpejam dan mulutnya mengerang keenakan hingga sesekali ia menjerit. Kembali mulutku mencium mulutnya karena melihat mulutnya yang terus mngerang, sontak membuat dia terdiam tapi nafasnya terus memburu seiring gerakan tanganku yang semakin tak terkendali, kadang sangat cepat kadang sangat lambat.

Kurasakan cairan hangat keluar dari Vaginanya, seketika itupun dia melepas ciumanku dan mengerang hebat. Kulihat wajahnya begitu cerah terlihat kepuasan dari cara dia tersenyum kepadaku.

Kemudian ia merebahkan tubuhnya diatas pasir dan membuka lebar kakinya. Tanpa pikir panjang, ku benamkan kepalaku diantara kedua pahanya, kulihat bekas cairan orgasme masih menempel dimulut Vaginanya. Kubersihkan sisa cairan itu dengan lidahku, ketika ujung lidahku menyentuh kulit vaginanya sontak pahanya menjepit kepalaku dan kedua tanganya menjambak rambutku, tak kupedulikan ia hingga jilatan ini semakin dalam merasakan kehangatanya di lubang kewanitaanya. Semakin keras ia menjambak rambutku, kemudian kedua tanganya memegang kedua tanganku agar aku menghentikannya.

Kini hanya erangan bercampur jeritan kala lidah ini mempermainkan lubang vaginanya. Puas dengan jilatan di bibir vaginanya kini jilatan ku berlanjut keatas, mulai dari bulu halus diatas bibir vaginnya hingga perus ratanya kemudian berlanjut pada payudara sebelah kirinya hingga lidah ini bertemu dengan putting kecil merah muda.

Gigitan-gigitan kecil menambah aksi liarku hingga ia kembali mendesah. Kurasakan tangan kanannya mencengkeram erat batang Kontolku seolah mengisyaratkan ku untuk segerra memuaskannya, kulepaskan gigitanku, kemudian ku basahi batang Kontolku dengan ludah dan kukocok pelan agar mencapai ereksi sempurna.

Paha kirinya kuangkat, ke atas untuk membuka lebar jalanku, tangan ini mengarahkan kontolku untuk masuk kedalam lubang Vaginanya.
Dan seketika itu batang besar Kontolku telah bersarang di dalam Vaginanya. Ia menggigit bibir atasnya dan meutup kudua matanya, terlihat ia sedikit merasa kesakitan, belaian lembut tangna ini di rambutnya memberikan kepercayaanpenuh bahwa aku takka akan menyakitinya. Ia kembali membuka matanya dan tersenyum kecut terhadapku, seakan mengisyaratkan dia ingin lebih walau sedikit merasa sakit.

Aku memulai aksiku dengan mnggoyangkan pinggluku seirama gerakan keluar masuk batang Kontolku. Desahan dan jeritan yang tertahan mengiringi gerakan pinggul ini.

Kembali ku usap lembut rambut halusnya, kemudian ku kecup mesra pipinya lalu leher jenjangnya dan berakhir pada mulutnya yang terus berucap tak jelas dan mendesah keenakan. Kedua tangannya merangkul pinngangku dan kuku-kukunya seakan menancap di kulitku.

Ku hentikan aksiku kubiarkan ia untuk kembali mengatur pernafasannya. Kedua tangannya meraih pipiku dan kembali kukecup mesra bibirnya, Lama kami bercumbu mesra hingga tak tersadar oleh deburan ombak yang semakin meninggi dan mengagetkan kami.

Sontak kmi pun bangkit dan bergegas pergi, mencari pakaian yang tak sadar dimana kami melepsnya. Berjarak cukup jauh dari tempat kami sekarang,, Sepotong celana pantai dan sepasang bikini tergeletak di tepi pantai.

Segera kami pun kembali ke hotel.

*****

Tinggal sejam lagi, kami harus meninggalkan pulau ini dan kembali ke Singapura untuk segera bertolak, kembali ke kota kami.

Dengan waktu sesingkat itu, kembali kami melanjutkan permaianan kami yang tertunda. Belum sempat aku untuk membersihkan badan, tetapi Indah merayuku untuk segera menuntaskan permainan kami. Ku raih kedua pipinya dank u lumat habis bibrnya, tanganku bergerak turun hingga kedua Payudaranya berada pada genggamanku, bersamaan dengan itu kedua tanganya melepaskan bikini nya. Dan seketika itu ia kembali telanjang di hadapanku.

Ia berjalan menuju ranjang dan terlentang dengan membuka lebar kedua pahanya. Segera ku tanggalkan celana ini yang telah penuh sesak oleh batang besar Kontolku yang telah ereksi , Ku ludahi batangku dan Bles!!! Seluruh batang Kontolku telah masuk kedalam lubang Vaginanya.

“Mas….Sakit, pelan-pelan!”.

Gerakanku semakin cepat, dan ia pun tak henti-hentinya berteriak, hingga seluruh kamar hotel tersa gaduh. Untung kami berada di kamar VIP hingga ke privacy-an kami terjaga.

“Ah…Ah…..Oh…!!!”.
“Pelan-pelan!!.”
“Yeah….yeah…!!!.”
“ourghhhhh…..Aaahhh…!!.”
“Terus mas, enak……aaahhhh…!!!”

Semakin lama semakin tak karuan. Hingga peluh membasahi tubuhku, hentakan demi hentakan hingga semakin cepat dan keringat terus membanjiri tubuhku dan tubuh Indah.

“Arghhhh….!!”.
“Yeah…..ough..ough…!!.”
“Emmhhhh…..Arghh…I love tou Beibe!!!!.”
“Arghhhhh….yeah….Oughhh!!.”
”Ah…ah….Aku mau keluar, sayang”
“Oughh……,”

Lenguhan panjang dariku mengakhiri semua dan lelah di tubuh ini memaksaku untuk berbaring disampingnya, kulihat wajah ayunya dengan senyum yang manis di bibirnya membuat aku berfikir unutk tak ingin jauh darinya. Dan akupun tertidur disampingnya.

Terdengar suara sayup-sayup bel kamar, hotel dan baru tersadar bahwa kami harus segera meninggalkan pulau indah ini, segera kami bergegas untuk membersihkan diri dari pasir dan keringat.

*******

Mengingat saat-saat indah bersama Indah, membuat ku kembali merasakan kerinduan yang sangat. Tapi saat ini Indah telah banyak berubah. Apakah itu karena ia cemburu melihat rumah tanggaku yang sampai dengan detik ini masih terasa begitu membahagiakan.

Walau telah mengalami saat-saat indah bersama Sekretaris kesayanganku, tapi tak pernah hati ini mencoba berpaling dari Istriku. Karena bagiku Istriku adalah segalanya bagiku. Aku mencintai Istriku dan aku juga menyayangi sekretarisku. Andai kalian berdua bisa aku milki maka lengakaplah sudah kebahagiaanku.

“Selamat siang Pak, boleh saya masuk?”. Suara Indah membuyarkan konsentrasiku.
“Iya, silahkan. Ada yang bisa saya Bantu”.
Benar-benar keterlaluan Indah, ia telah menganggap aku sebagai orang lain. Apakah ia sudah lupa dengan apa yang telah terjadi beberapa bulan yang lalu Apakah ia dengan sengaja melupakan semua hanya ingin melihatku bahagia dengan keluargaku. Atau kah malah ia marah melihat ku merasa bahagia dengan istriku saat ini.

Ah, itu semua membuatku semakin bingung melihat kelakuanya saat ini. Sering kali aku mencoba untuk mencari jawabannya dan sesering itu pula dia selalu menghindar. Pernah ketika sepulang kantor ku ajak dia untuk pulang bersamaku, tetapi ia menolaknya dan lebih memilih untuk pulang bersama teman-teman sekantornya. Dan pernah juga aku mencoba mendatangi rumahnya, tetapi hasilnya juga tetap nihil.

“Saya mau resign dari perusahaan ini, saya berharap bapak mau menandatangani surat pengunduran diri saya.”
“Saya berterima kasih, atas semua pengalaman-pengalaman berharga selama menjadi sekretaris bapak.” Kata-katanya semakin membuat dada ini semakin menjadi sesak.

“Tapi kenapa harus secepat ini.”
“Apakah ini sudah menjadi keputusan final kamu?.”
“Apakah sudah ada pengganti pekerjaan yang lain?.” Serentetan pertanyaan aku lontarkan kepadanya, seolah tak ingin melepaskanya.

Tetapi semakin, aku bertanya semakin keras pendirianya untuk segera resign.

“Maaf, pertanyaan ini sedikit pribadi. Apakah ini semua ada kaitanya dengan saya?.”
“Sama sekali bukan Pak, hanya saja, saya ingin kembali ke kota asal saya.”
“Disana keluarga telah menunggu, dan juga calon suami saya.”
“Orang Tua saya telah menjodohkan saya dengan lelaki yang dulu telah menjadi mantan pacar saya.”

Betapa sakit hati ini, ketika mendengar jawaban Indah yang akan segera menikah dengan lelaki lain. Rasanya ingin mata ini menitikan air mata, tapi ini tak boleh terjadi. Aku harus bersikap Profesional. Apakah seperti ini rasa yang selama ini Indah rasakan, betapa pahit rasanya jika orang yang kita sayangi lebih memilih orang lain. Sungguh bodohnya aku jika selama ini tak merasakn kepedihan hati Indah, hingga saat ini terasa terlambat sudah.

“Kini aku tahu, apa yang selama ini telah engakau rasakan.”
“Dan kini telah aku rasakan.” Ku genggam kedua tangannya dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca, tak kuasa untuk menahan lagi luka yang terasa di hati.

Dihadapanya telah aku rendahkan harga diriku memohon kepadanya untuk berfikir kembali dengan keputusannya. Tapi bagiku itu semua tak ada artinya jika harus dibandingkan betapa teriris hati ini mendengar ucapanya.

“Apakah ini juga menjadi keputusanmu, bukan orang tuamu.”
“Tak bisakah engaku, untuk sekali lagi memberi kesempatan kepadaku untuk menjalin kembali hubungan kita seperti saat itu.”

Ku lihat matanya mulai berkaca-kaca dan seketika itu air matanya pun berlinang dan mulai terisak-isak. Ku hampiri dia dan memluknya.

Semakin erat pelukanku, semakin ia menangis tersedu-sedu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Cinta Kasih Sesama Urang-kurai