Cinta Kasih Sesama: bersama militer

bersama militer

Sebuah jalan hidup kadang memberikan kita sebuah kejutan, yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Entah itu sebuah kejutan yang menyenangkan atau membahagiakan atau malah menyedihkan, bahkan terkadang kita bingung harus merespon seperti apa, di satu sisi kejutan tersebut terasa begitu menyenangkan tetapi disisi lain begitu memilukan.
**
Seperti yang telah terjadi beberapa minggu yang lalu denganku. Aku bingung harus merespon seperti apa. Disatu sisi aku merasa begitu bahagia tetapi di sisi lain aku begitu merasa sangat bersalah.
***
Pagi itu aku berangkat kerja seperti biasa sekitar pukul 07.30. Sebenarnya jam masuk kantor pukul 08.00 sehingga aku harus sampai kantor hanya dengan menempuh waktu 30menit. jarak kantor dengan rumah tidak terlalu jauh mungkin sekitar 10km, tetapi jalan yang harus aku tempuh begitu membuat aku merasa jengkel. Begitu banyak jala kecil yang harus aku lalui hanya untuk menghindari kepadatan di pagi hari.

Dasar sial pagi itu motor yang aku tunggangi menyenggol motor yang kebetulan ditumpangi oleh seorang anggota angkatan bersenjata atau orang militer. Begitu terkejut sekaligus shock ketika tahu bahwa orang yang aku senggol dan jatuh itu adalah seorang angkatan.

Seketika itu aku pinggirkan motorku untuk menolong dia, walau aku tahu dia tidak membutuhkan pertolongan dariku, tetapi aku hanya ingin bertanggung jawab atas ulah yang aku lakukan terhadapnya.

Aku menghampiri dia dengan perasaan yang begitu bercampura aduk, tapi aku harus bertanggung jawab atas segalanya. Dia langsung membuka helmnya begitu melihat aku datang menghampiri dia, tak kulihat ekspresi marah atau emosi di wajah tampan kedewasaannya, tetapi hanya senyum manis yang keluar dari mulut tipis serta seksinya, ditambah rambut tipis di sekitar pipi dan dagunya sisa cukur yang mulai tumbuh kembali.

Joko Susilo, itulah nama yang ia ucapkan sambil menyodorkan tangannya kepadaku. "Oh..eh..Setya pak."
Aku begitu terpesona melihat sosok lelaki satu ini, wajahnya begitu menggoda dengan rambut cepak diatas kepalanya ditambah lagi ia memiliki tubuh yang besar dan tinggi. hingga aku harus gemetar menyambut tangan kekarnya dan memperkenalkan diri.

"Maaf, pak. bagaimana keadaanya, pak?"
"Maaf, Pak. Ini salah saya, saya tergesa-gesa takut telat."
"Bukanya saya mau lari dari tanggung jawab, tapi sungguh saya takut telat."
"Ini kartu nama saya, jika butuh apa-apa hubungi saya di nomor ini."
"Maaf pak, saya harus pergi."
Sederetan kata-kata itu muncul begitu saja dari mulutku. Lalu aku meninggalkan dia dan segera menancap gas menuju kantor.

Ah..Untung pagi itu aku tak terlambat masuk kantor, bisa-bisa aku kena semprot atasanku. Aku terus memikirkan kejadian tadi pagi, hingga aku tak punya selera untuk bekerja. Aku tak habis pikir, yang aku tahu orang seperti dia biasanya arogan, mudah emosi dan ringan tangan, tapi dia begitu berbeda dia begitu santun, sabar dan murah senyum. Sama sekali ia tak marah karena aku telah membuat dia celaka, ia malah tersenyum dan memperkenalkan diri.
"Bip......Bip......Bip....." Suara yang tak asing lagi ditelinga ku, bergetar panjang di saku celanaku. Hp ku bergetar panjang tanda ada panggilan masuk.

"Halo selamat siang." Oh tidak! suara yang dari tadi membuat aku begitu gelisah kini terdengar di telinga kananku. Rasa takut bercampur senang menjalar ke seluruh tubuh.
"Ia selamat siang pak, maaf ini saya bicara dengan pak Joko, benar?".
"Benar, ini dengan pak joko. Berarti ini benar saya bicara dengan mas Setya."
"Maaf sebelumnya Bapak Joko, Ada yang bisa saya bantu untuk menebus kesalahan saya tadi pagi?"
"Eh enggak, Eh iya...nanti malam bisa kerumah saya!, enggak enak kalau dibicarakan ditelfon."
"em...Baik Pak nanti malam saya usahakan untuk datang kerumah bapak." Sebenarnya nanti malam aku ada janji dengan teman-teman. tapi untuk menebus kesalahanku kepadanya. Ya..Itung-itung sebuah permintaan maaf.

GA/31 Sebuah rumah sederhana di sebuah perumahan pinggiran kota, Ku pakirkan motorku didepan rumah itu. Sosok pria hanya menggunakan celana boxer berdiri didepan pintu menyilahkan aku untuk masuk segera.

"Silahkan duduk, anggap seperti rumah sendiri tak perlu canggung!"
"Eh ya, Pak." Aku begitu grogi dihadapanya ,sebenarnya aku tak canggung atau sungkan harus bertamu di rumah orang yang baru aku kenal tapi masalahnya orang yang mengajak bicara didepanku adalah sosok sempurna. Berbadan tegap gempal, memiliki dada yang begitu indah ditambah bulu lebat hampir menyelimuti seluruh tubuhnya kecuali lengan kekarnya dan puting susu yang merah kehitaman yang menantang di tengah gunungan dan hutan bulu yang lebat, seolah menarik dan memanggilku untuk segera melumat, menggigit dan memakan habis benda kecil seksi itu.

"Sebentar ya, saya ambilkan minum."
"Maaf, pak tidak usah repot-repot."
"Oh...Enggak cuma minuman aja." Ia lalu beranjak kedalam rumah.

Kupandangi seluruh sudut ruangan ini. Kulihat sebuah foto keluarga, terdiri dari dia ,seorang perempuan dan bocah masih balita. Itu mungkin anak dan istrinya. Dan sebuah lukisan tepat di samping foto terebut. Oh betapa lengkap kebahagian dia, bersama dengan seorang istri yang cantik dan anak yang begitu lucu.

Selang tak berapa lama Pak Joko datang dengan dua gelas teh diatas nampan. "Ni minumnya, maaf istri dan anak lagi pulang kampung jadi tidak ada apa-apa dirumah."
"Emm, ini saja sudah cukup." jawabku.
"Ayo dimiunum, mumpung masih hangat."
"Terima kasih."

Kami pun bercerita panjang lebar tentang kehidupan kami berdua disela-sela minum teh. Aku baru tahu bahwa dia baru menikah satu tahun yang lalu. Tepatnya dengan istri sahabat dekatny, yang meninggal dalam tugas. Begitu mulianya dia hingga mau menikahi seorang janda beranak satu. Dari ceritanya pun aku tahu baha sebenarnya dia tidak begitu mencintai istrinya melainkan hanya sebagai rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan oleh sahabatnya.

Sebenarnya aku tidak begitu fokus dengan apa yang diceritakan olehnya, aku terus memperhatikan sesuatu di balik celana boxernya. Ditambah ia beberapa kali menggosokan tanganya seakan ingin memperlihatkan nya kepadaku.

Aku begitu terkejut!, tiba-tiba dia mengeluarkan apa yang dari tadi ia gosok didalam celananya. Begitu besar, serta begitu lebat dan panjang bulu jembut dikontol gedenya. Dia langsung menarik tanganku dan menyambar mulutku dengan mulutnya. Dilumatlah seluruh bibir mulutku penuh sesak oleh lidahnya yang seolah-olah menari didalam mulutku, seakan-akan mengajak lidahku untuk menari juga.
jujur aku begitu kaget dibuat olehnya. Tak kusangka dia akan berbuat ini padaku, tapi aku merasa begitu istimewa, sosok yang begitu sempurna bagiku, kini melakukan aku bak seorang kekasih hati yang sekian lama tak ia jumpai. Benar juga pikirku ia memperlakukan aku dengan begitu lembut bahkan aku sendiri sempat merasa takut karena diawal percintaan ini (aku menyebutnya sebuah percintaan karena aku merasa bahwa aku adalah seorang kekasih yang begitu diperlakukan dengan lembut) dia begitu kasar tapi setelah itu aku merasakan kehangatan yang menjalar di seluruh tubuhku.
"Gimana sayang kamu suka".  tak kujawab pertanyaannya dengan sebuah kata-kata tapi aku langsung meraih tangan besar yang dipenuhi olah bulu itu, Ku cium tangannya dan itu membuat di tersenyum manis bagiku. "Tuhan maafkan hambamu ini yang begitu bodoh mau melanjutkan dosa ini". desah ku dalam hati.
Aku langsung melanjutkan aksi ciuman tangan hingga lebih ketas lagi, aku begitu bernafsu malam itu hingga aku lepas kendali siapa aku sebernarnya dan siapa orang yang saat ini aku hadapi. Aku terus menciumi lengan kekarnya tapi kali ini aku  mulai sedikit memberikan kesan erotik dengan sedikit menjulurkan lidahku dan menjilati lengan perkasa itu, sengaja aku tinggalkan sisa liurku diatas bulu lenganya itu. Aku melihat mukanya begitu berbinar dan seraya dia berbisik, "Mari kita lanjutkan dikamar ku". Seketika itu kami bangun dari duduk dan menuju kamar "Pak Joko".
Kami berjalan dengan begitu mesra, kami benar-benar dibuai oleh asmara yang berlandaskan nafsu yang membara. Tangan Kanannya melingkar di punggung bawahku dan sesekali mengelu perutku dengan sentuhan yang menggairahkan. Ketika sampai dimuka kamar dia berhenti dan kedua tanganya memegang kepala ku, dengan lembut ia mencium bibirku dan melumat lidahku . Aku begitu senang dibuatnya karena aku merasa dia benar-benar menghargai aku sebagai seoarang yang akan memuaskan dahaga terhadap belaian dan kasih sayang seorang lelaki, bukan menganggap hanya sebagai pelampiasan nafsu belaka, ketika sudah terlampiaskan ia akan buang begitu saja dan menganggap semua itu tak pernah terjadi.
Perlahan ia membuka pintu kamar tanpa melepaskan lumatan bibirnya. Kami melanjutkan ciuman penuh nafsu yang dibalut dengan rasa penuh cinta. Spontan aku melepaskanbibirku dari ciumanya, bukan karena aku merasa bosan dengannya tapi aku merasa dada ini begitu sesak hampir aku kehabisan oksigen dibuatnya. Sekali lagi dia tidak menunjukkan rasa kecewa tapi ia malah tersenyum lembut, aku semakin dibuatnya penasaran dia benar-benar sosok yang sempurna bukan hanya dari segi fisik semata tapi dari sisi penghargaan dia terhadap seorang di sekitar nya.
Setelah mendapat pasokan Oksigen yang cukup dan aku merasa sudah mulai bisa bernafas lega kembali aku melanjutkan aksiku, kali ini aku melanjutkan aksiku dengan membelai lembut dada bidangnya yang begitu menggoda setiapp mata orang yang melihatnya. "Sayang, aku begitu merindukan saat-saat seperti ini berikan aku kebahagiaan malam ini". Bisik dia didekat telingaku dengan sedikit menjulurkan lidahnya.
Aku begitu terbang dibuatnya, tak hanya belaian tangan saja kali ini aku menjilat dada bidang penuh buklu ini dengan sesekali menggigit-gigit kecil ketika lidah ini sampai pada puting indah nan kekar ini. Kubasuh seluruh dadanya dengan liurku hingga terlihat sedikit basah, begitu lebat bulu yang ada sehingga air liurku pun tak bisa benar-benar membasahinya.
"Hmmmmm..........sssstttttttttttt" Suara itu berkali -kali muncul dari bibirnya. Terang saja aku semakin gila dan semakin bringas, tak hanya dadanya saja aku juga menjilat perut sixpacknya  yang lagi-lagi dipenuhi oleh bulu tapi didaerah ini lebih sedikit daripada didada. Aku sengaja tidak memainkan barang dia terlebih dahulu, karena aku ingin benar-benar merasakan tubuh kekar berbulu seorang anggota militer yang selama ini hanya menjadi fantasi sexualku ketika aku sedang onanai disela-sela mandiku.
"Ahhhhh..........Shit! aku benar-benar dibuat gila oleh aksi liarmu, emmmmmm....".
"ouw.......yeah.........jilat terus sampai basah".
"Ahhhhhhh......Anak siapa kau ini, begitu pandai mempermainkan orang dengan jilatan setan milikmu!"
Begitulah kata-kata yang ia keluarkan dari mulutnya ketika sedang mengigau keenakan, membuat aku semakin menjadi gila, karena kini hampir seluruh bagian tubuhnya telah tersapu basah oleh jiilatanku tak terkecuali kening, leher dan telinganya. Hanya satu daerah yang tak aku sentuh oleh lidahku, yaitu daerah kemaluanya. Walau beberapa kali ia mengeluarkan kontol bin panjang miliknya yang sudah benar-benar pada titik klimaks kebesarranya dibalik boxernya. Ia memintaku untuk memainkan dan memanjakan kontolnya dan aku hanya mengelusnya dan menutupinya kembali kedalam boxer. Dan melanjutkan aksi jilatan ku.
Begitu terbuai dan melayang dia hingga ia terbaring tak berdaya menerima serangan lidahku yang seakan tak membiarkan sesentipun aku lewatkan diatas kasurnya. Didalam kamar berukuran 3X3M ini menjadi saksi bahwa sekuat-kuatnya seseorang jika dihadapkan dengan nafsu dan terbuai oleh dahsyatnya percintaan sesama jenis ataupun berlainan jenis, ia akan menjadi makhluk terlemah didunia ini dengan ketidak keberdayaanya membiarkan tubuhnya dan merelakanya untuk diperlakukan seenaknya oleh pasanganya.
"Set.........Aku sudah tak kuat lagi,,,,,please beri service lebih". Ia merengek memelas memintaku untuk mengulum dan menjilat serta menghisap kontolnya dengan mengacungkan kontol besar yang sudah dari tadi ereksi didalam boxer. Pikirku ini lah saatnya aku memberikan service lebih dan mengakhiri jilatanku. Lagipula tenggorokan ini terasa kering karena banyak liur yang aku sapukan pada tubuhnya.
Tanpa kata-kata aku mengakhiri semua dan segera melangkah meninggalkan sosok manusia yang tak berdaya dipermainkan oleh nafsunya dan nafsuku.
"Sebentar pak!, tenggorokan ku terasa kering aku mau minum dulu".
"Oke ambil sendiri di lemari es diujung ruang makan disebelah kamar mandi". Jawabnya dengan nada sedikit kecewa. Tanpa kupedulikannya aku melanjutkan langkahku karena tenggorokan ini benar-benar terasa kering.
Aku melangkah menyusuri ruangan Tv yang ada di tengah rumah, tanpa canggung aku membuka pintu kulkas dan mengambil botol penuh air putih, langsung aku teguk dan seketika terasa segar tenggorokan ini. Saat itu aku merasa berada dirumah sendiri mungkin karena saat itu aku menganggap bahwa pak Joko bukan orang lain lagi bagiku. Tanpa kusadari dari tadi aku masih menggunakan pakaian lengkap dengan kemeja dan celana jeans yang dari tadi pagi aku mengenakanya tapi bedanya rambutku sudah benar-benar acak-acakan  ditambah beberapa kancing baju yang terlepas akibat paksaan dari pak Joko untuk sesegera menghiasap kontolnya.
Aku membuka pintu kamar dan tak kulihat Pak Joko berbaring diatas kasur, mungkin dia mau kencing tapi tak kulihat dia masuk kamarmandi. Ketika kututup pintu kamar dan tiba-tiba sosok dengan tubuh yang sangat besar dan berat mendekap tubuh ku. Jelas saat itu aku tak bisa berbuat banyak ternyata dari tadi Pak Joko sembunyi dibalik pintu kamarnya.
"Ya....Kena kau sekarang, gantian saat ini aku yang pegang kendali....". Dengan begitu erat ia mendekapku. Tangan kanannya mendekapku dengan erat dan tangan kirinnya memegang kedua pipiku dan mengarahkan mukaku kearah nya. denga begitu beringas ia menjilat dan menciumi bibirku hingga aku benar-benar susah untuk bernafas. Begitu bringasnya ia saat ini, percuma aku melawan sehingga aku hanya mengikuti permainannya. Bukan hanya itu saja dibalik celana bagian belakangku, aku merasakan sesuatu yang keras mengganjal, "God, kini ia telah benar-benar telanjang. Ia menggosokan kontolnya pada celana jeansku, walau kau tak melihatnya secara langsung aku tahu kini ia melakukan sedikit tarian erotis dengan pantatku yang terbungkus kain jeans.
Benar-benar kasihan pikirku, ternyata dari tadi ia sudah benar-benar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Cinta Kasih Sesama Urang-kurai